“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Matius 5:16
Panggilan hidup. Dua kata yang krusial bagi seorang Kristen dalam menjalani hidupnya. Jika ditanya mengapa krusial, jawabannya bisa berbeda-beda. Mungkin karena hal itu memang menjadi pergumulan kita setiap hari di hadapan Tuhan, mungkin karena hal itu adalah hal yang kita tahu harus kita perjuangkan namun rasanya begitu sulit, atau mungkin karena kita tidak pernah memikirkannya dan paling malas kalau ada orang yang membicarakannya itu dengan kita?! Hmm… Bagaimanapun, tema panggilan hidup akan tetap dibicarakan dalam artikel singkat ini.
Setiap hari kita bangun tidur, setiap hari kita mandi, setiap hari kita bekerja dan beraktivitas, setiap hari pula kita makan, minum, dan tidur lagi. Ups, setiap hari pula tentunya bersaat teduh dan berdoa, kan? Demikian banyaknya hal yang secara rutin kita lakukan setiap hari, namun apabila ditanya mengapa kita melakukannya, apa jawaban kita? Apakah kita akan meminjam jawaban Agustinus ketika ia ditanya tentang waktu, “Jika tidak ditanya, saya pikir saya tahu. Tetapi ketika ditanya, saya baru tahu bahwa saya tidak tahu.”? Ironisnya, seringkali demikianlah yang terjadi dengan kita.
Kenapa sih hal itu harus dipermasalahkan? Bukankah tadi dikatakan mau dibicarakan tentang panggilan? Kok’ malah nyasar ke hal-hal kecil yang nggak penting itu? Jawabannya adalah bahwa hal-hal kecil yang terkesan kurang penting tersebut pun harus dilakukan berdasarkan panggilan Allah atas hidup kita.
Ya, yang disebut dengan panggilan bukan hanya berbicara tentang hal-hal “besar” dalam hidup kita seperti profesi atau pasangan hidup. Bicara tentang panggilan hidup adalah bicara mengenai definisi Allah atas hidup kita, bagaimana hidup ini harus merespons Allah seutuh-utuhnya. Mengapa demikian? Karena Allah menciptakan kita dengan maksud untuk merespons Dia dan kehendak-Nya, sesuai dengan definisi dan juga aturan yang ditetapkan-Nya sendiri. Di luar itu, boleh dikatakan kita gagal menjadi manusia. Maka, seluruh hidup ini sampai ke bagian terkecilnya sekalipun, sesungguhnya tidak ada bagian di mana kita dapat berkata, “Suka-suka gue lah.”
Lalu bagaimana saya bisa tahu apa yang Allah kehendaki atas hidup saya? Apakah ketika hati saya menginginkan sesuatu, itu adalah kehendak Allah? Tidak, itu adalah kehendak saya. Yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa starting point bukan berada pada diri kita, tetapi pada diri Allah. Dimulai dari Allah dan Kerajaan-Nya yang menyatakan kehendak-Nya di dalam konteks gereja lokal di mana Allah menempatkan kita, konteks gereja inilah yang kemudian menentukan panggilan kita pribadi lepas pribadi. Catat ini: Panggilan pribadi yang sejati tidak pernah terlepas dari Kerajaan Allah! Maka, ordonya adalah Kerajaan Allah, gereja lokal, dan pribadi kita. Mari kita melihat ketiga hal ini satu per satu.
Kerajaan Allah (Kingdom of God)
“Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.”
Matius 6:9-10
Kerajaan Allah mungkin adalah istilah yang sangat sering kita dengar bahkan kita pun sering mengucapkan Doa Bapa Kami yang memohon agar Kerajaan Allah datang. Tetapi apakah sesungguhnya Kerajaan Allah itu dan apa signifikansinya bagi hidup kita?
Kerajaan Allah berarti otoritas Allah ditaati dan tidak ada yang lain yang memiliki otonomi selain Allah yang empunya Kerajaan. Mengakui Kerajaan Allah berarti mengakui ke-Raja-an Allah sekaligus kehambaan kita di hadapan-Nya. Demikianlah kaum pilihan disebut sebagai warga Kerajaan Allah. Karena kaum pilihan dipanggil untuk hidup menaati Rajanya dan bukan yang lain. Mengakui kedaulatan Allah berarti membuang otoritas diri bahkan atas diri ini sendiri.
Selain itu, Kerajaan Allah bersifat kekal, dari Alpha sampai Omega, dari zaman ke zaman Allah akan menyatakan pemerintahan-Nya atas segala sesuatu di dalam kerelaan kehendak-Nya untuk menggenapkan rencana kekal-Nya. Pada masa Perjanjian Lama, Kerajaan Allah dilambangkan oleh Israel, kemudian setelah Kristus datang dan menggenapi karya penebusan, Kerajaan Allah dan pekerjaan-Nya dinyatakan melalui gereja-gereja Tuhan di seluruh dunia. Di manakah posisi dan peranan kita di dalam Kerajaan Allah? Untuk menjawabnya, kita harus sungguh mengerti bagaimana pimpinan Tuhan bagi gereja di dalam sejarah; menghargai dan mempelajari heritage gereja yang diwariskan sepanjang sejarah; menyadari panggilan-Nya bagi gereja hari ini sampai kepada panggilan Tuhan atas gereja lokal di mana kita ditempatkan, karena gereja lokal harus merupakan ungkapan dari sifat gereja yang kudus dan am pada zaman di mana gereja itu berada.
Jikalau demikian, maka konteks lokal apakah yang Tuhan berikan kepada kita di dalam zaman ini untuk kita bekerja bagi Kerajaan-Nya?
Local Church – Gerakan Reformed Injili
Kita yang sedang membaca buletin Pillar ini telah dipertemukan oleh Tuhan dengan Gereja Refomed Injili Indonesia, yang berarti juga dengan Gerakan Reformed Injili. Apakah artinya bagi kita ketika kita menyadari bahwa kita dipertemukan dengan gerakan yang mulia yang Tuhan anugerahkan di tengah-tengah zaman ini? Atau bahkan, adakah artinya bagi kita?
Gerakan Reformed Injili dimulai dengan air mata dan lutut seorang hamba Tuhan yang menyadari dan meratapi betapa manusia, termasuk gereja-gereja, telah sedemikian mengabaikan dan melawan kebenaran Allah. Inilah awal Gerakan Reformed Injili dalam meresponi panggilan Tuhan untuk menggenapkan rencana-Nya di zaman ini. Dalam buku kecil “Gerekan Reformed Injili. Apa? Dan Mengapa?”, Pdt. Dr. Stephen Tong mengatakan bahwa Gerakan Reformed Injili mengemban tugas yang penting untuk mengubah sejarah, tugas mewakili kekristenan sejati di tengah-tengah kesimpangsiuran semangat zaman. Gerakan Reformed Injili adalah gerakan yang didirikan dengan motivasi yang murni, berdasarkan panggilan Tuhan, dan kebutuhan zaman dan juga bagi kelangsungan hidup kekristenan di dalam sejarah, yaitu bagaimana membawa gereja-gereja, bukan hanya GRII, untuk kembali berakar dalam firman Tuhan dan berbuah dalam dunia, membawa cahaya firman menjadi mercusuar yang menuntun orang-orang yang tersesat untuk kembali kepada Allah.
Nama yang agung, Reformed Injili, mari berkaca, punyakah kita kedua hal ini? Theologi Reformed dan semangat Injili? Kemudian berjuang untuk mengerti dan menjalankan mandat Injil dan mandat budaya yang diberikan Allah? Gerakan ini, seperti yang sering dikatakan, sedang memperjuangkan mission impossible, yang dalam anugerah Allah akan menjadi mission possible. Kiranya Allah menganugerahkan pemuda-pemudi yang takut akan Allah, mencintai Tuhan dan firman-Nya melalui gerakan yang mulia ini untuk menggenapkan rencana kekal-Nya.
Self – Hidup Saya
Yang general harus menentukan yang partikular, yang besar menentukan yang kecil, demikianlah Kerajaan Allah menentukan gereja lokal, yang diberikan kepada kita hari ini dalam konteks Gerakan Reformed Injili, yang kemudian akan mendefinisikan panggilan personal kita di hadapan Allah. Panggilan personal inilah yang kemudian akan mendefinisikan kehidupan saya sehari-hari sampai kepada detailnya.
Hari ini, mengapa kita seringkali merasa begitu sulit untuk menjalankan tuntutan Allah atas hidup keseharian kita? Mengapa firman yang kita baca dan khotbah-khotbah Reformed yang kita dengar seringkali terasa sebagai sesuatu yang sangat ideal yang tak mungkin dihidupi? Siapa di antara kita yang tidak tahu bahwa Kerajaan Allah adalah yang paling berharga? Siapa pula yang tidak sering mendengar bahwa Gerakan Reformed Injili adalah gerakan yang penting dan signifikan di dalam sejarah hari ini? Tetapi apakah saya bisa merespons dengan benar semua kebenaran yang dinyatakan kepada saya?
Kita harus ingat bahwa manusia sejatinya dicipta untuk berespons hanya kepada Allah, untuk menghidupi setiap firman yang keluar dari mulut Allah, itulah arti atau makna hidup kita. Sepasti seperti kita bernafas setiap waktu, demikian seharusnya kita menjalankan firman merupakan sesuatu yang pasti kita lakukan setiap waktu, karena hidup kita diciptakan demikian oleh Pencipta kita. Tetapi kita juga tidak dapat menyangkali fakta kejatuhan di dalam dosa. Kejatuhan telah menghentikan ‘nafas’ manusia yang kemudian hanya bisa berjalan menuju kematian. Hanya di dalam Kristus, kita dikembalikan kepada hidup, hidup yang memungkinkan kita untuk kembali ‘bernafas’, kembali dapat mengerti dan menjalankan kehendak Allah. Maka seharusnya, menghidupi firman bagi kita hari ini adalah seperti mendapatkan nafas kita kembali setelah begitu lama tak ada udara. Menghidupi firman bukan seperti berlari mengejar sesuatu yang tak mungkin terjangkau, menghidupi firman adalah kembali kepada yang seharusnya memang demikian.
Marilah bersama-sama kembali kepada definisi Allah atas hidup kita, tidak ada pilihan lain karena di luar definisi Allah, seluruh hidup ini adalah nol besar, gagal total di hadapan Allah. Marilah kita belajar, bekerja, dan berjuang di dalam konteks Gerakan Reformed Injili yang telah Tuhan anugerahkan untuk berbuah bagi Kerajaan Allah. Berbuah baik secara komunal maupun personal, berbuah dalam hal-hal besar maupun dalam setiap detail hidup kita, karena seutuh-utuhnya hidup ini adalah milik Allah.
Anyway, pernahkah kita membaca dan merenungkan kalimat di bawah ini?
“Kami percaya bahwa gereja ada di dalam dunia untuk memberitakan Injil Yesus Kristus dan mengungkapkan ketuhanan Kristus lewat perbuatan-perbuatan nyata. Gereja menjalankan misi Yesus Kristus, yaitu menegakkan pemerintahan Kerajaan Allah atas dunia ini…”
Kalimat ini adalah sepenggal kalimat yang dikutip dari Pengakuan Iman Reformed Injili Indonesia. Marilah kita bersama-sama mengamininya di dalam hidup kita, sampai kehendak Tuhan jadi! Soli Deo Gloria.
Lydiawati Shu
Pemudi FIRES
Referensi:
- Gerakan Reformed Injili. Apa? Dan Mengapa? – Pdt. DR. Stephen Tong
- Kerajaan Allah, Gereja dan Pelayanan – Pdt. DR. Stephen Tong
- Khotbah-khotbah di FIRES
- Café-chat FIRES – www.fires-grii.org