Saya teringat suatu kali teman saya membeli sebotol susu segar, membuka segelnya,
meminum secukupnya, membagi-bagikannya, menutup kembali botolnya, dan menaruh
sisanya di atas meja. Kami sedang retret di tempat yang lumayan sejuk (setidaknya tidak
panas), dan di wisma tidak ada kulkas sehingga dia tidak dapat menyimpannya di sana.
Beberapa jam kemudian, ketika kami kembali ke susu tersebut dan hendak meminumnya
lagi, apa yang terjadi? Ternyata susunya sudah basi. Pada kemasan memang tertulis bahwa
setelah segel dibuka harus dimasukkan ke dalam kulkas. Meskipun suhu ruangan tidak panas,
susu tetap akan basi jika tidak mengikuti instruksi. Dari sini, nyata bahwa natur setiap materi
pada dasarnya adalah berproses menuju kepada kerusakan jika tidak dipreservasi (dijaga,
dirawat, dipelihara, dipertahankan [tidak ada padanan katanya dalam bahasa kita]). Karena
itu, manusia mengembangkan kemampuan untuk mempreservasi barang-barang di sekitarnya,
dari makanan, pakaian, mobil, rumah, sampai barang antik di museum. Usaha-usaha ini
dilakukan untuk melawan kerusakan karena dosa.
Namun, di atas segalanya, Tuhan mempreservasi ciptaan-Nya dengan kekuatan-Nya yang
mahadahsyat. Bayangkan akan jadi apa jika jagad raya dan segala isinya tidak ditopang oleh
Tuhan? Ciptaan Tuhan tidak akan bertahan sedetik pun tanpa dipelihara oleh-Nya.
Katekismus Singkat Westminster mengaitkan preservasi kehidupan kita dengan providensi
Allah. (Juga tidak ada padanan kata untuk providensi. Bahasa Indonesia menggunakan istilah
yang sama “pemeliharaan” untuk menerjemahkan preservasi dan providensi.)
Pertanyaan : Apa karya-karya pemeliharaan [providence] Allah?
Jawaban  : Karya-karya pemeliharaan Allah ialah, Allah memelihara [preserving] dan
memerintah seluruh makhluk-Nya dan semua perbuatannya dengan
kekudusan hikmat, dan kuasa tertinggi.
Di sini dikatakan bahwa Allah memprovidensi dengan cara mempreservasi dan memerintah.
Kaum Puritan yang menyusun katekismus ini pastilah menyarikan kesimpulan ini dari
Alkitab. Namun, saya kira tidak ada salahnya juga jika kita memahami providensi Allah
bukan saja dilakukan dengan mempreservasi dan memerintah, tetapi juga mempreservasi
melalui memerintah.
Bukankah Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk tidak khawatir akan kebutuhan hidup kita
karena Tuhan akan memelihara? Bahkan burung di udara dan bunga bakung di ladang juga
dipelihara oleh Tuhan? “Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan
kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua
itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga
tahu, bahwa kamu memerlukannya semua itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” lanjut Yesus (Mat. 6:31-33
[penekanan oleh saya]).
Dari ayat yang saya kutip tadi jelas bahwa jika kita mencari Kerajaan Allah dan kebenaran-
Nya, yaitu jika kita diperintah oleh-Nya, maka kita akan juga dipelihara oleh-Nya.
Sama seperti jika kita hanya dapat mempreservasi susu segar melalui mengikuti instruksi
preservasinya, kita juga perlu mengikuti instruksi Tuhan supaya hidup kita terpelihara dengan
baik. Jika kita mau kehidupan kita dipelihara (dipreservasi) oleh Tuhan, biarkanlah diri kita
diperintah oleh-Nya.