Meninggalkan Jejak

Hampir setiap orang Kristen mempunyai kerinduan untuk mengunjungi dan melihat sendiri situs-situs yang menjadi latar belakang Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pengamatan langsung yang dicampur dengan sedikit imajinasi akan membawa kita kembali ke zaman nabi-nabi, Yesus Kristus, dan rasul-rasul.

Sampai saat ini, masih terdapat banyak tempat yang dapat kita kunjungi untuk mengenang sejarah yang dicatat dalam Kitab Suci. Di Israel, kita masih dapat melihat Danau Galilea, Sungai Yordan, pohon-pohon ara, sampai pada bekas tempat Bait Suci yang dibangun oleh Herodes. Turki juga masih mempertahankan kota-kota bersejarah yang sering disebut dalam Perjanjian Baru, seperti Efesus, Antiokia, dan lain-lain.

Sekarang, tempat-tempat tersebut hanya tinggal sejarah. Mereka menunjukkan jejak-jejak kehidupan umat Tuhan di masa silam. Jejak-jejak tersebut memperlihatkan bagaimana orang Kristen zaman dulu dipakai oleh Tuhan untuk menggenapkan rencana-Nya. Apa yang sudah dijejakkan akan menjadi rekaman untuk disaksikan oleh generasi yang akan datang.

Kali ini, marilah kita renungkan, jejak seperti apa yang akan kita tinggalkan bagi generasi masa depan kekristenan. Seribu tahun yang akan datang (jika ada hari itu), ketika orang-orang Kristen mengunjungi situs-situs di mana kita pernah hidup dan berkarya, apa yang akan mereka lihat? Ingat, sepasti hari ini akan menjadi kemarin dari besok, demikian pula abad ini akan menjadi abad-abad silam dari abad-abad yang akan datang. Akankah anak cucu kita melihat jejak pekerjaan Tuhan melalui kita?

Sebelum terlambat, mintalah Tuhan memakai kita sehingga hidup kita dapat menjadi kesaksian bukan saja bagi orang-orang yang hidup sezaman dengan kita, tetapi juga bagi masyarakat di masa yang akan datang. Selama masih ada waktu, kita masih dapat membentuk jejak itu dengan penuh kesadaran. Setelah waktu kita habis, jejak itu akan tertinggal selama-lamanya.