“Aku hanyalah budak dari orang yang tidak kuhormati” teriak Leporello, di depan sebuah rumah sambil menunggu tuannya yang bernama Don Giovanni. Don Giovanni adalah seorang muda, nobleman, dan ternama. Hal yang paling disukainya adalah perempuan dan itulah yang menggerakkan dia untuk berjalan dari kota ke kota, demi mencari perempuan. Ketidaksetiaan bukanlah hal yang tabu dalam keberdosaan manusia, juga bukan suatu isu yang baru bagi zaman sekarang. Isu ini sudah menjadi hal yang biasa bagi manusia berdosa. Keberdosaannya adalah akibat ketidaksetiaannya kepada Sang Pencipta. Hidupnya yang rusak adalah bukti atas ketidaksetiaannya kepada Pemiliknya.
Cerita dimulai dengan adegan Don Giovanni yang sedang berusaha menggoda seorang perempuan bernama Donna Anna, yang padahal sudah memiliki fiance bernama Don Ottavio. Relasi Don Giovanni dan Donna Anna tidak disetujui oleh ayahnya Donna Anna, yang disebut sebagai Commendatore, dan dia mencoba untuk menghalanginya. Kemudian terjadilah pergulatan antara Don Giovanni dan Commendatore, dan Don Giovanni membunuhnya dengan pisau. Sungguh suatu permulaan cerita yang sangat tragis, baru dimulai kisahnya, sudah ada pertumpahan darah secara tidak wajar. Kisah ini mengingatkan kita akan Kejadian 4, ketika pembunuhan terjadi pada keturunan pertama dari manusia pertama. Suatu awal perjalanan kemanusiaan yang tidak indah, suatu tragedi.
Cerita pun berlanjut bagaimana Don Giovanni disertai dengan pembantunya, Leporello, mengelilingi kota untuk menggoda satu perempuan demi perempuan lainnya. Setiap perempuan yang dikenalnya selalu berpisah dengan keadaan sakit hati, di antaranya bernama Donna Elvira. Donna Elvira adalah salah satu perempuan dari ratusan perempuan lainnya di setiap kota yang berbeda yang mengalami kepahitan karena ketidaksetiaan Don Giovanni. Donna Elvira dalam kisahnya kemudian menjadi perempuan penghalang, setiap kali dia melihat Don Giovanni mendekati seorang perempuan. Hal ini dilakukannya karena hatinya kepada Don Giovanni.
Pada suatu saat, di sebuah pernikahan Zerlina dengan Masetto, Don Giovanni hadir. Dia memanfaatkan keberadaan dirinya yang beken alias terkenal. Dia masuk ke ruangan pesta dan seakan ingin mengucapkan selamat terhadap pasangan tersebut. Akan tetapi tidak, Don Giovanni ternyata berusaha menggoda perempuan yang baru menikah tersebut sampai perempuan tersebut hampir jatuh hati padanya, hal ini kemudian ketahuan oleh suami perempuan itu.
Singkat cerita, orang-orang terus mencari siapa yang membunuh Commendatore tersebut sampai akhirnya diketahui bahwa si pembunuh adalah Don Giovanni. Don Giovanni pun mencari akal bagaimana supaya dirinya tidak ditangkap. Akhirnya dia bertukar pakaian dengan Leporello dan bersembunyi di kuburan. Di kuburan itu Don Giovanni melihat batu nisan Commendatore, orang yang dibunuhnya itu. Dia dengan segala kesombongannya masih menawarkan makan malam bersama Commendatore. Tidak disangka, arwah Commendatore menjawab dan menerima undangan makan malam tersebut. Di acara makan malam itu Commendatore memegang tangan Don Giovanni, dia meminta Don Giovanni mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya, akan tetapi Don Giovanni menolaknya.
Opera yang berjudul Don Giovanni ini merupakan salah satu dari tiga opera cemerlang yang dibuat oleh Mozart; dua opera lainnya diberi judul Le Nozze de Figaro dan Cosi Fan Tutte. Mozart pada saat itu berkolaborasi dengan seorang librettist terkenal pada zamannya, bernama Lorenzo da Ponte yang juga merupakan librettist dari kedua opera Mozart lainnya. Opera yang tergolong Opera Komik ini merupakan opera yang berusaha mengangkat cerita keseharian dan ditujukan hanya untuk humor saja. Berbeda dengan golongan Opera Seria yang lebih bersifat serius karena menceritakan mitologi Yunani.
Pada era Mozart, perbedaan Opera Komik dengan Opera Seria sangat jelas. Akan tetapi pendobrakan besar terjadi sewaktu Opera Don Giovanni dirilis. Opera yang pada awalnya ditujukan untuk menghibur, akan tetapi opera ini menyambut para penontonnya dengan suatu ouverture yang tidak seperti biasanya dan terkesan menegangkan. Selain itu, pada adegan pertama saja sudah terjadi pembunuhan di mana hal itu sama sekali tidak menunjukkan sifat humor layaknya sebuah Opera Komik yang bertujuan menghibur.
Seorang filsuf dari Denmark, Søren A. Kierkegaard, pernah menjabarkan mengenai tiga tingkatan dalam hidup, yakni estetika, etika, dan religius. Tingkat estetika adalah tingkatan di mana seseorang hanya hidup demi kepuasan dan kesenangan dirinya saja. Orang seperti ini hanya memilih berdasarkan penilaian dari luar, apakah dia suka atau tidak, apakah secara penampilan baik, dan hanya sebatas apakah menarik untuk dia atau tidak. Konsekuensinya adalah orang seperti ini tidak mempunyai komitmen yang bisa dipegang karena dia hanya berkomitmen dengan perasaan dia saja. Hal ini terwujudkan dalam opera Don Giovanni. Don Giovanni sebenarnya bukan sedang menginginkan perempuan tersebut, tetapi dia ingin mendapatkan perasaan tersebut. Tidak heran Don Giovanni keliling kota dan tidak ada satu perempuan pun yang dia berikan komitmen hidupnya. Dia hanya ingin mendapatkan sensasi dari setiap perempuan baru yang ditemuinya. Secara kehidupan nyata, orang yang hidup di dalam tingkatan ini sebenarnya tidak dapat hidup di dunia karena di dalam dunia kita tidak hidup sendiri, kita sedang hidup dengan orang lain. Orang yang hidupnya hanya sampai pada tingkat ini, akan membuang orang lain jika orang lain tersebut tidak memberikan keuntungan bagi dirinya. Fokus dari hidupnya adalah perasaan dan sensasi dirinya.
Tingkat kedua adalah etika. Orang dalam tingkatan ini adalah orang yang hidupnya masih mengikuti moral-moral pada umumnya. Orang ini sudah mengetahui yang benar dan yang salah, baik dan jahat yang diterima oleh masyarakat umum. Orang seperti ini masih bisa hidup di dalam dunia sepanjang Tuhan masih menopang anugerah umum di dalam setiap hati manusia. Dalam kata lain, hanya jika Tuhan masih membiarkan manusia untuk dapat mengerti yang mana yang baik dan jahat, dia masih bisa eksis. Dalam bagian akhir dari opera Don Giovanni, ditampilkan ciri dari tingkatan etika ini. Setelah Don Giovanni mengundang Commendatore makan malam, tak disangka bahwa Commendatore datang sungguh-sungguh malam itu. Commendatore menawarkan jika Don Giovanni benar-benar ingin makan malam bersamanya, Don Giovanni harus memegang tangannya. Di saat itulah, Commendatore menanyakan apakah dia mau mengakui kesalahannya atau tidak. Don Giovanni ditawarkan untuk hidup naik ke tingkat yang lebih tinggi di mana dengan memikirkan orang lain, memikirkan baik dan jahat, atau minimal mengakui akan kesalahannya. Akan tetapi, Don Giovanni terus bersikeras dengan dirinya dan tidak mau meminta maaf. Dia lebih memilih untuk tetap berada pada tingkat yang di bawah dan menikmati dirinya.
Melalui kisah di atas ini, muncul satu pertanyaan untuk kita semua, “Di manakah tingkat hidup kita sekarang?” Apakah kita hidup hanya sebatas mengikuti mood kita sambil mengatakan, “Memang saya tahu keadaan saya hanya seperti ini,” dan tidak mau berubah, ataukah kita sudah memikirkan orang lain, baik dan jahat, benar dan salah, layaknya naik ke tingkat etika? Akan tetapi bukankah sudah terlalu banyak orang baik lainnya, yang bahkan non-Kristen yang telah mencapai itu? Jadi, di manakah keunikan dan supremasi penebusan Kristus? Atau apakah kita sudah mencapai tingkat religius, di mana kita hidup berdasarkan iman yang sejati? Hidup kita didasarkan kepada percaya kepada Alkitab sebagai firman Allah dan Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita satu-satunya. Kita merespons firman-Nya dengan iman, bukan dengan pengalaman dan rasio kita. Firman Allah sering kali hadir dalam kehidupan manusia secara transenden karena melampaui yang dapat dialami dan dimengertinya saat itu. Ketika Allah mengatakan manusia akan mati jika memakan buah dari pohon tentang pengetahuan baik dan jahat, kematian belum pernah ada di dunia ini dan bahkan belum pernah terpikirkan oleh manusia. Kegagalan manusia saat itu justru karena tidak adanya iman manusia untuk tunduk di bawah firman-Nya, suatu tuntutan yang melampaui keinginan diri, melampaui kebiasaan dan kebaikan yang diterima masyarakat mayoritas, bahkan melampaui akal pikiran dan pengalaman manusia saat itu.
Melalui sedikit ulasan opera Don Giovanni dan sedikit pemikiran Kierkegaard, kiranya kita disadarkan akan natur kehidupan kita yang sudah berdosa ini, yang sebenarnya melanggar seluruh natur penciptaan kita sebagai manusia di hadapan Allah. Mari kita sadar dan kembali kepada hidup yang sesungguhnya, mari kembali kepada tingkatan yang di mana manusia seharusnya berada.
Sarah Charista
Pemudi FIRES