Foto pemain sepak bola Spanyol mengangkat trofi Piala Dunia 2010.

Adios, Spanyol!

Empat tahun yang lalu, kita begitu terkagum-kagum dengan kesebelasan Spanyol yang menjadi juara
Piala Dunia 2010. Kemenangan mereka di partai final tidak diperoleh dengan mudah. Belanda adalah
tim yang tangguh bagi Spanyol. Mereka harus menunggu sampai gol Iniesta di extra time untuk
membawa mereka menjadi juara dunia. Saya masih ingat ketika itu menyaksikan secara langsung
Spanyol mengangkat trofi Piala Dunia untuk pertama kalinya. Wajah pemain tersenyum haru di
tengah-tengah silauan blitz dari kamera-kamera wartawan. Di atas panggung, di atas rumput hijau
lapangan, mereka menikmati kemuliaan yang diimpikan oleh setiap pemain bola.

Empat tahun kemudian, pada Piala Dunia 2014, kita begitu terheran-heran betapa cepatnya juara
dunia 2010 ini harus mengepak koper dan pulang kampung. Nasib mereka sudah ditentukan sejak
mereka kalah dua kali berturut-turut di putaran penyisihan. Secara rekor, mereka adalah juara
bertahan yang paling cepat pulang ke negaranya. Mereka tertunduk. Tidak ada lagi pujian, melainkan
kritikan dan cercaan.

Dari dua kejadian ini, kita dapat merenungkan bahwa kesuksesan dan kemuliaan duniawi adalah hal
yang sangat sementara sifatnya. Mereka seperti asap yang ada pada suatu saat, tetapi segera lenyap di
udara. Jika kita sejajarkan dengan kemuliaan orang Kristen, hal ini sangat berbanding terbalik. Tuhan
Yesus pernah berkata, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap,
tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi
sukacita. Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan
anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah
dilahirkan ke dunia.” (Yoh. 16:20-21)

Yesus mengatakan kalimat ini setelah Dia menjanjikan Roh Kudus, bahwa murid-murid-Nya akan
menjadi saksi-Nya dengan pimpinan Roh Kudus. Orang yang mendapatkan Roh Kudus akan melayani
Kristus, dan sebagai pengikut Kristus, mereka akan mengalami penderitaan. Namun, penderitaan
mereka akan seperti asap yang lenyap di udara. Mereka akan seperti ibu yang setelah melahirkan lupa
akan segala kesakitannya. Mereka akan menyongsong suatu kemuliaan kekal yang tidak akan hilang
dari mereka.

Ketika kalah, tertunduk, dan tersisih, para pemain Spanyol yang menikmati kemuliaan Piala Dunia
2010 pastilah sudah lupa akan semua kesenangan mereka empat tahun lalu, dan yang mereka alami
sekarang adalah rasa malu, kecewa, dan sakit hati. Di sisi lain, orang Kristen menuju pada suatu
kemuliaan, yang pada saatnya itu tiba, orang Kristen akan mengalami sukacita penuh yang tidak akan
hilang.

Kemuliaan apakah yang sedang Anda kejar? Kemuliaan duniawi hanya bersifat sementara. Tuhan
Yesus mengajarkan kepada kita untuk mengejar harta di sorga, di mana hartanya tidak akan dimakan
ngengat, berkarat, dan dicuri orang. Hiduplah bagi kemuliaan Allah dan kejarlah kemuliaan
sesungguhnya, yang dijanjikan oleh Tuhan.