,

Apa Arti Mengasihi?

Mengasihi dan mencintai lebih umum dikaitkan dengan perasaan. Jika saya mengasihi
seseorang, itu berarti saya mempunyai perasaan cinta terhadapnya. Apa tindakan saya
terhadap yang saya kasihi? Saya mengusahakan kesenangannya dan menjauhkannya dari
segala kesulitan dan penderitaan. Namun, pandangan seperti ini, karena tidak lengkap, dapat
merugikan objek kasih orang yang menghidupinya, karena kasih semacam ini memungkinkan
kasih yang merusak, kasih yang memanjakan, dan kasih yang tidak mendidik. Apa yang
dapat kita pelajari dari kasih Allah?

Sedikit jalan memutar perlu diambil sebelum tema utama artikel ini diperjelas. Jika lawan
dari kasih adalah kebencian, kita dapat memahami dulu perihal kebencian, baru menarik
keparalelan antara kebencian dan kasih. Di dalam Khobah di Bukit, Yesus memberikan
penafsiran yang Tuhan inginkan terhadap hukum-hukum Taurat. Salah satunya adalah
larangan membunuh.

Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita:
Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang
yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir!
harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam
neraka yang menyala-nyala. (Mat. 5:21-22)

Jika kita memahami aplikasi hukum keenam ini dari praktik luarnya, yaitu secara fisik
menghabisi nyawa seseorang, kita kurang memahami secara radikal. Perintah itu, alih-alih
hanya merujuk pada “perbuatan tangan”, ditujukan kepada “perbuatan hati”. Jika tidak, kita
tidak akan dapat mengerti mengapa di bagian lain dari perintah Tuhan di Taurat Musa diatur
tentang hukuman mati. Tuhan Yesus menunjukkan bahwa perintah itu bermaksud bahwa kita
tidak boleh membenci orang lain. Kebencian bersifat merusak, menihilkan, atau meniadakan.
Kebencian terhadap seseorang menimbulkan keinginan supaya orang tersebut “pergi”,
“enyah”, “menjauh”, atau ekstremnya “menghilang”. Jika dibiarkan sampai kematangannya,
ia akan berbuah pembunuhan.

Bagaimana kita memahami cinta kasih jika diparalelkan dengan kebencian? Mari kita melihat
buah dari kasih Allah kepada manusia di dalam ayat ini.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yoh. 3:16)

Jika tindakan dari dari kebencian adalah perusakan, penihilan, dan pembunuhan, buah dari
kasih adalah perhatian, perawatan, pembangunan, dan pemberian hidup. Dalam konteks
dialog antara Yesus dan Nikodemus dalam Yohanes 3, kasih berkaitan dengan pembaruan
dan pembangunan hidup untuk menjadi manusia yang penuh dan sejati.

Dengan demikian, selain tentang perasaan, mengasihi orang lain juga adalah mengusahakan
kehidupan yang lebih penuh. Dalam kerangka ini, kasih yang memanja dan merusak menjadi
tidak dapat dipahami. Itu bukanlah kasih yang alkitabiah. Pewujudan kasih di dalam Alkitab
dapat berupa mengarahkan orang yang dikasihi ke jalan yang benar, mengembangkan potensi
manusianya, dan mengiringi jalannya untuk menjadi semakin mirip dengan Kristus. Dalam
kerangka ini pula, kita dapat memahami apa itu mengkritik dan menegur dalam kasih.

Akhirnya, Amanat Agung harus dipahami di dalam kerangka Perintah Agung. Kita harus
pergi menjadikan segala bangsa murid Kristus bukan supaya orang Kristen mendapatkan
nama besar karena menjadi warga mayoritas. Kita menginjili karena perintah Tuhan untuk
menyebarkan kasih-Nya, dan dengan begitu memperkenalkan kehidupan yang baru dan sejati
kepada orang berdosa yang sedang di bawah kuasa kematian. Marilah kita belajar mengasihi
dengan benar!