Bahwa rata-rata setiap tahun jatuh korban jiwa di Jakarta akibat tawuran pelajar memang
memprihatinkan. Pelajar bukannya menunjukkan identitas diri sebagai orang yang belajar dan
menuntut ilmu, malah “mengadu nyali” untuk membawa senjata tajam, turun ke jalan. Saya teringat
cerita seorang pelajar yang sehabis membunuh orang di dalam sebuah tawuran, melarikan diri ke luar
kota untuk bersembunyi, sebelum akhirnya tertangkap dan diadili. Itukah yang namanya keberanian?
Keberanian di dalam iman Kristen bukanlah keberanian untuk mengangkat senjata dalam pertarungan
yang konyol. Terlebih lagi, keberanian Kristen sudah pasti bukan berani berbuat dosa tetapi takut dan
melarikan diri dari keadialan. Orang Kristen tidak akan takut dicap sebagai penakut hanya karena
tidak mau mengambil bagian di dalam ajang yang mempermainkan nyawa pemberian Tuhan yang tak
ternilai.
Tuhan Yesus memberikan teladan terbaik dalam hal menunjukkan keberanian ketika menghadapi
pengadilan. Hal ini dicatat oleh Yohanes dalam bagian akhir Injilnya (pasal 18). Di dalam Taman
Getsemani, Yesus didatangi oleh para prajurit yang hendak menangkap-Nya untuk diadili. Di
sini tampak kontras antara Yesus dan Petrus. Dari permukaan, seolah-olah tampak Petruslah si
pemberaninya. Dia berani mengangkat pedang melawan prajurit, sementara Yesus tampak diam
tak berani melawan. Namun, Tuhan mengajari kita bahwa keberanian tidak dapat dinilai dengan
gejala perlawanan jasmani seperti ini. Justru Yesus jauh lebih berani daripada Petrus ketika Dia
dengan tenang menyerahkan diri-Nya ke tangan prajurit yang lemah. (Mereka jatuh ke tanah hanya
mendengar Yesus berbicara. Apa yang akan terjadi jika Yesus bertindak lebih jauh?)
Adegan berikutnya, dalam catatan Yohanes, menguak kualitas keberanian Yesus dan Petrus. Yesus
yang diadili menghadapi Imam Besar Kayafas dengan tenang tanpa ketakutan, sedangkan Petrus
ketakutan untuk menjawab dengan jujur pertanyaan hamba perempuan penjaga pintu istana Imam
Besar. Di mana nyali seorang Petrus yang barusan saja mengangkat pedang melawan prajurit di
Getsemani?
Di sinilah Yohanes menyatakan kepada kita kebenaran tentang keberanian seorang Kristen.
Keberanian orang Kristen bukanlah keberanian mengangkat pedang besi, melainkan pedang roh, yaitu
kebenaran firman. Orang Kristen bukanlah pemberani jika nyalinya adalah beradu otot atau senjata,
tetapi melarikan diri ketika harus setia dan bersaksi tentang kebenaran. Yesus tidak melarikan diri
ketika Dia harus mempertanggungjawabkan kebenaran yang Dia hidupi, ketika Dia harus menyatakan
kebenaran kepada manusia, dan menggenapkan kehendak Bapa-Nya di dunia.
Keberanian seorang pelajar dan pekerja Kristen adalah, seperti Yesus Kristus, keberanian untuk
menghidupi dan berpegang pada kebenaran di tengah-tengah ancaman dunia, dalam kehidupan
intelektual maupun profesionalisme. Apakah kita sudah berani melawan ketidakbenaran dengan
kebenaran?