Minggu sengsara tahun ini diawali dengan berita dukacita dari saudara-saudara seiman di
Mesir, yang mengalami dua serangan bom di dalam jarak beberapa jam di tempat yang
berbeda. Doa kita naikkan untuk gereja yang tidak hanya mengenang dan mengingat
penderitaan Kristus, tetapi mengalami langsung arti penderitaan-Nya. Gereja Tuhan yang
sedang menjalankan Ibadah Minggu Palem, mempersiapkan hati untuk memasuki Jumat
Agung yang tenang dan khusyuk tiba-tiba diguncang dengan serangan bom bunuh diri dari
ISIS. Sebuah berita melaporkan bahwa daun palem yang tadinya disiapkan sebagai ornamen
peringatan pun terciprat darah jemaat.
Jika salib dan darah sudah menjadi kesatuan dalam gambaran kita tentang penderitaan
Kristus, kesatuan daun palem dan darah terbilang baru. Kesakitan jemaat di Mesir
memberikan gambaran baru kepada kita perihal mengikuti Kristus.
Warga Yerusalem adalah yang pertama kali melambai-lambaikan palem untuk menyambut
Tuhan Yesus masuk ke kota mereka.
Keesokan harinya ketika orang banyak yang datang merayakan pesta
mendengar, bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem, mereka mengambil daun-daun
palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang
dalam nama Tuhan, Raja Israel!” (Yoh. 12:12-13)
Namun, makna daun palem di tangan mereka berbeda dengan maknanya ketika digunakan
orang Kristen di dalam ritual menuju Jumat Agung. Orang Yerusalem saat itu menyambut
Yesus bak raja karena mereka mempunyai ekspektasi tentang Mesias yang berbeda dari yang
akan Tuhan Yesus genapi. Mereka mengabaikan fakta bahwa Yesus masuk ke Yerusalem
tidak dengan menunggang kuda melainkan dengan keledai. Mereka akan kecewa begitu
menyadari Yesus bukan Mesias yang mereka tunggu. Akan tetapi, ritual Minggu Palem di
dalam gereja kemudian dijalankan dengan melihat kembali sejarah dari masa setelah semua
penderitaan, kebangkitan, dan kenaikan Yesus terjadi. Artinya, palem di tangan orang Kristen
mendapatkan penebusan maknanya, yaitu sungguh-sungguh menyambut datangnya Sang
Raja ke dalam Yerusalem untuk menjalankan kehendak Bapa dengan taat, bahkan sampai
harus mati di atas kayu salib.
Apa artinya mengangkat palem pada zaman yang semakin rawan ini? Ini artinya
mengagungkan Yesus sebagai Raja dunia yang sejati, yang datang di atas keledai dan tangan
kosong terbuka, tidak dengan kuda dan tangan berpedang. Dia anggun dan agung,
merendahkan hati-Nya, karena itu mulia. Jika kita taat kepada Dia, seperti Dia taat kepada
Bapa, mengangkat palem pada zaman ini dapat menjadi sasaran serangan. Orang Farisi pada
saat itu tidak senang melihat Yesus dielu-elukan. Demikian juga, banyak pihak yang tidak
senang Yesus ditinggikan hari ini. Ada saatnya, ketika kita berdoa untuk bertumbuh menjadi
semakin serupa dengan Kristus, kita dipimpin Tuhan untuk mengambil bagian di dalam
penderitaan-Nya.
Kiranya darah saudara-saudara kita di Mesir, yang dipercikkan di atas daun palem, kita
simpan di dalam hati kita. Mari kita jadikan darah dan palem perenungan kita pada Jumat
Agung kali ini. Mari kita membalas serangan kepada gereja ini, bukan dengan bom balasan,
tetapi dengan doa bagi mereka yang membenci kita, supaya mereka mau membuka hati
mereka menerima cinta kasih Yesus, yang telah mengalirkan darah bagi orang berdosa,
bahkan ketika mereka masih menjadi musuh-Nya.
Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak
tahu apa yang mereka perbuat." (Luk. 23:34)
Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.