Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: “Apa yang
hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.” (Yoh. 13:27)
Pada makan malam terakhir Yesus bersama murid-murid-Nya, Dia membongkarkan kepada mereka
bahwa salah seorang dari mereka akan mengkhianati-Nya. Murid-murid itu tentu saja sangat
kebingungan. Selama ini tidak ada tanda-tanda ada potensi pembangkangan dari teman-teman.
Percekcokan mereka adalah tentang siapa yang akan menjadi yang tertinggi di antara mereka. Tidak
pernah ada provokasi untuk melawan guru yang keluar dari mulut sesama murid. Mereka saling
memandang dan terheran-heran.
Yesus sebenarnya memberikan tanda yang sangat jelas kepada mereka. Kepada siapa roti yang
telah dicelupkan itu diberikan, itulah dia orangnya. Setelah mengatakan demikian, Yesus langsung
melakukannya. Akan tetapi, oleh karena begitu percayanya mereka kepada Yudas Iskariot, tanda
yang sejelas ini pun tidak menyadarkan mereka. Ini membuktikan bahwa tidak ada asumsi negatif
apa pun yang pernah mereka punyai terhadap Yudas. Mungkin mereka malah mengira Yesus sedang
menyuruh Yudas mengerjakan tugasnya sebagai bendahara.
Yang tidak mereka lihat tentulah apa yang terjadi di alam rohani. Iblis telah memasuki Yudas begitu
Yudas menerima roti dari Tuhan Yesus. Di sini kita melihat beberapa hal yang mengerikan terjadi.
Iblis memasuki Yudas tidak dengan cara ia merasuki orang seperti biasanya, yaitu orang tersebut
dibuat kehilangan kesadaran dan pengendalian diri. Yudas telah dirasuki, tetapi dia sadar seratus
persen dan dapat mengendalikan dirinya dengan kemauan sendiri. Ini artinya dia masih dapat
menggunakan pikirannya dengan sadar. Namun, dia telah menggunakan segenap pikiran, perasaan,
dan kehendaknya untuk mengikuti pimpinan Iblis.
Hal ini sangat mengerikan, karena mengingatkan saya pada sebuah kasus yang berlawanan arah,
yaitu orang yang dipenuhi Roh Kudus seperti Stefanus. Stefanus menunjukkan ciri-ciri sejati
orang yang dipenuhi Roh. Roh Kudus tidak membuat orang tidak sadarkan diri dan tidak dapat
menggunakan pikirannya. Dipenuhi Roh artinya segenap pikiran, perasaan, dan kehendak kita
selaras dengan pimpinan Roh Kudus. Kita menyerahkan diri kita untuk dipimpin sepenuh-penuhnya
oleh Roh, tanpa perlawanan sama sekali. Kita juga diberikan Roh Kudus keberanian yang luar
biasa untuk menggenapkan kehendak Tuhan. Pada kasus Yudas Iskariot, saya telah melihat Yudas
melakukan hal yang sama, tetapi bukan dengan Roh Kudus, melainkan dengan Iblis. Dengan sesadar-
sadarnya, dia menyerahkan seluruh pikiran dan kehendaknya kepada Iblis, dan diberikan Iblis
keberanian untuk melakukan kehendak jahatnya.
Kepada siapakah kita menyerahkan kehendak dan segenap potensi, kebebasan, dan keberanian kita?
Kiranya renungan ini menjauhkan diri kita dari apa yang telah dialami oleh Yudas Iskariot. Bagaimana
caranya? Hanya satu, yaitu mintalah Roh Kudus memenuhi kita. Hanya dengan demikian, Iblis takkan
berani merasuk dan menguasai kita.