,

Gunung Tuhan

Mount Fuji, Mont Blanc, Mount Everest… nama-nama gunung yang sudah sangat
familier bagi kita semua. Mount Fuji terkenal dengan keindahannya. Mont Blanc
dikenal sebagai puncak tertinggi di pegunungan Alps yang merintang dari Italia sampai Perancis,
namun Mount Everest adalah gunung tertinggi di muka bumi ini dengan ketinggian 8848 meter
di atas permukaan laut.

Namun sayang ketiga gunung tersebut tidak masuk dalam catatan Alkitab. Bukan berarti
Alkitab tidak ada catatan tentang gunung. Kalau diperhatikan, catatan tentang gunung
mempunyai peran sentral dalam kisah narasi Alkitab. Penulis kitab Ibrani menuliskan kisah
tentang 2 gunung: Gunung Sinai dan Gunung Sion yang menjadi perwakilan tentang dua
karakter Tuhan.

Gunung Sinai digambarkan dengan “gunung yang tidak dapat disentuh dan api yang
menyala-nyala, kepada kekelaman, kegelapan dan angin badai, kepada bunyi sangkakala
dan bunyi suara yang membuat mereka yang mendengarnya memohon, supaya jangan lagi
berbicara kepada mereka.”
(Ibr. 12:28-19)

Sedangkan dengan kontras, mereka yang datang Gunung Sion digambarkan datang “ke
kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan
yang meriah, dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan
kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang
telah menjadi sempurna, dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah
pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.”
 (Ibr. 12:22-24)

Kengerian dan ketakutan menjadi tema utama Gunung Sinai, di mana Hukum Taurat
diturunkan bagi bangsa Israel. Sedangkan gegap gempita sukacita mewarnai Gunung Sion di
mana orang percaya akan hidup bersama selama-lamanya dengan Sang Juru Selamat.
Gambaran kekudusan dan keagungan Tuhan berdampingan dengan gambaran kasih dan
anugerah Tuhan. Kita tidak boleh jatuh ke salah satu ekstrem dan menghilangkan satunya.
Gereja zaman Abad Pertengahan jatuh pada hanya melihat Tuhan yang adil seperti hakim
yang siap menghukum mereka. Mereka ketakutan dan tidak melihat cinta kasih Tuhan.
Sedangkan gereja abad ke-21 hanya mau melihat gambaran Tuhan yang kasih dan selalu
mengampuni tetapi menolak Tuhan yang adil dan menghukum dosa tanpa memandang bulu. 

Tapi bagaimana bisa kedua karakter yang seakan-akan bertentangan dipersatukan? Lihatlah
kepada Kristus dan salib-Nya, di situlah murka Tuhan dipuaskan dan cinta kasih Tuhan
dinyatakan sekaligus. Jadi, Saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh
keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus (Ibr. 10:19) namun sekaligus tetap sadar
“Allah kita adalah api yang menghanguskan.” (Ibr. 12:29).