Iman dan Penglihatan: Kelompok Pertama

Injil Yohanes mencatat beberapa macam respons orang-orang yang berinteraksi dengan Tuhan
Yesus. Ada kelompok pencari tanda dan mujizat seperti orang Galilea, ada pula pendosa yang
percaya kepada Injil yang diberitakan seperti orang Samaria, dan ada pula kelompok yang membenci
dan mau membunuh Yesus. Apa yang dapat gereja sekarang pelajari dari respons-respons tersebut?

Dari semua orang yang disebutkan di atas, kita dapat membuat tiga kelompok yang dibagi atas
dasar iman dan penglihatan. Kelompok pertama adalah orang-orang yang melihat lalu percaya.
Orang Galilea dan Tomas termasuk dalam golongan ini. Memang tanda dan mujizat adalah kesaksian
tentang identitas mesianik Tuhan Yesus. Ketika Yohanes Pembaptis meminta konfirmasi pun, Yesus
mengacu kepada tanda dan mujizat yang Dia lakukan untuk menguatkan iman Yohanes. Namun,
ketika itu menjadi syarat bagi seseorang untuk percaya, Yesus akan mengeluarkan teguran seperti
yang diberikan-Nya kepada orang Galilea, “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak
percaya” (Yoh. 4:48).

Salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang Tomas yang tidak mau percaya kepada
kesaksian teman-temannya sebelum dia sendiri mencucukkan tangannya ke dalam bekas luka
Yesus. Untuk Tomas yang skeptis, Tuhan memang mengerti kelemahan imannya dan membiarkan dia mencucukkan tangannya ke dalam bekas luka-Nya. Akan tetapi, Tuhan Yesus langsung
menambahkan, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka
yang tidak melihat, namun percaya.” (Perkataan Tuhan Yesus ini akan direnungkan minggu depan.)

Mujizat memang media yang dipakai oleh Tuhan di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru untuk
menunjukkan bahwa Dialah Allah sejati dan Yesus adalah Mesias sejati. Jadi, mujizat adalah alat yang
dipakai oleh Tuhan untuk membawa orang kepada Tuhan. Arahnya adalah:

Manusia berdosa -> mujizat -> Allah sejati/Yesus Kristus.

Metode seperti ini masih dipakai terus sampai zaman para rasul. Misalnya, Petrus dan Paulus adalah
rasul yang jelas-jelas diberikan kuasa untuk melakukan mujizat sebagai tanda bahwa mereka adalah
pembawa berita Injil sejati.

Namun, gereja sekarang perlu berhati-hati dalam mengikuti model di atas. Apakah mungkin
sekarang Tuhan masih memakai mujizat untuk membawa orang kepada Yesus Kristus? Mungkin.
Dengan catatan, mujizat adalah media, sedangkan tujuan akhirnya adalah Injil Yesus Kristus. Jika
gereja tidak berhati-hati, model di atas akan mudah terbalik, seperti dalam pernyataan: “Percayalah
kepada Yesus, engkau akan sembuh.” Modelnya menjadi:

Manusia berdosa -> Yesus Kristus -> mujizat.

Gereja perlu peka, karena yang ditekankan seharusnya bukan mujizat, tetapi Kristus. Yang diserukan
seharusnya bukan “mujizat itu nyata” tetapi “Kristus itu nyata”. Dalam Alkitab, mujizat artinya tanda,
dan tanda berarti ada yang lebih penting yang ditunjuk oleh tanda itu, yaitu Kristus. Bukankah telah
terjadi pembalikkan besar-besaran jika Kristus dibuat menjadi tanda yang menunjuk kepada mujizat?
Kiranya kita selalu sadar untuk menempatkan mujizat sesuai pada tempatnya.