Hari Natal menghadirkan suasana yang tidak berubah dari satu Desember ke Desember
berikutnya. Selalu ada pengalaman yang tidak dapat dilukiskan, yang tidak ada pada hari
besar lain, sebagaimana peringatan Jumat Agung dan Paskah juga mempunyai nuansanya
sendiri. Kalau dipikir-pikir, apa yang membuat Natal menjadi hari yang istimewa, sehingga
dapat menghadirkan suasana yang unik dan aneh itu?
Saya kira, pengalaman itu timbul dari isi peringatannya sendiri yang paradoksikal. Apa yang
diingat orang Kristen pada hari Natal? Lahirnya Sang Raja pemilik alam semesta di kandang
binatang, dalam kesederhanaan, bahkan kerendahan, untuk menyelamatkan dunia dari dosa.
Natal menarik, merentangkan jiwa manusia di antara kemuliaan dan kerendahan, kekayaan
dan kesederhanaan, kuasa dan kelembahlembutan, karena Pemilik dunia ini lahir ke dalam
dunia tidak dengan cara yang diharapkan secara duniawi, tetapi secara sorgawi.
Raja duniawi lahir dengan segala kebesaran dan kekuasaan yang mereka punyai, tetapi
mereka bukanlah pemilik dunia ini. Matius 2 memperlihatkan kontras antara Yesus dengan
Herodes, antara Raja pemilik dunia dan raja yang bukan pemilik dunia. Herodes
menggunakan militer, kekuasaan, dan kekerasan untuk mencegah Pemilik dunia ini lahir,
supaya takhtanya tidak terganggu. Yesus bahkan tidak mempunyai militer untuk membela
diri, sehingga orang tuanya harus membawanya mengungsi ke Mesir.
Kita tidak memahami cara Allah Sorgawi bertakhta di dunia ini, sampai saat Dia dewasa.
Setelah Yesus mulai berkhotbah, Dia mengajarkan murid-murid-Nya,
Berbahagialah orang yang lemah lembut,
karena mereka akan memiliki bumi.
Kekuasaan sorgawi kontras dengan kekuasaan duniawi. Sementara kerajaan dunia
membelanjakan milyaran dolar untuk memperkuat militer mereka, dengan anggapan militer
paralel dengan kekuasaan, Kerajaan Sorga dengan kekuatan cinta membawa Injil
keselamatan dan kebenaran yang menaklukkan orang berdosa di bawah kekuasaan Allah.
Pengalaman Natal tidak dapat lepas dari paradoks ini. Dengan menghilangkan paradoks ini,
manusia kehilangan pengalaman Natal yang sejati dan menggantikannya dengan pengalaman
pesta dan konsumerisme.