Buletin PILLAR
  • Transkrip
  • Alkitab & Theologi
  • Iman Kristen & Pekerjaan
  • Kehidupan Kristen
  • Renungan
  • Isu Terkini
  • Seni & Budaya
  • 3P
  • Seputar GRII
  • Resensi
Renungan
Forgive

Mari Mengampuni (Yohanes 8:2-11)

13 Juni 2025 | 3 min read

Mengampuni seseorang seringkali tidaklah mudah, bahkan orang bisa bertahun-tahun terjerat dalam dendam kepada orang yang bersalah kepadanya. Memang banyak yang menganggap bahwa pengampunan adalah sekadar membiarkan kesalahan seseorang lalu dan tidak mengingatnya lagi, tetapi bagaimana seharusnya kita mengampuni sesuai dengan kehedak Allah? Kita bisa belajar pengampunan sejati dari teladan Yesus dalam Injil. Kisah Yesus mengampuni perempuan yang berzinah dalam Yohanes 8 tidak hanya menunjukkan kuasa Yesus dalam mengampuni dosa seseorang, tetapi juga melaluinya Yesus mengingatkan semua orang bagaimana menyikapi dosa orang lain dengan keadilan dan kasih. Perempuan yang berzinah memang layak dihukum menurut hukum Taurat, tetapi bukankah semua orang memang juga layak dihukum karena dosanya masing-masing?

Masalah dalam mengampuni biasanya terkait dengan cara memandang orang lain yang tidak adil. Seseorang akan lebih mudah menggunakan standar ganda dalam menilai orang lain, terutama orang yang kurang disukai. Kita seringkali lupa bahwa semua orang telah berdosa, hanya saja kita sangat jeli dalam melihat dosa orang lain ketimbang diri sendiri. Perspektif kita akan sesama kita memang juga sudah cemar oleh dosa, kita cenderung merasa diri atau orang yang kita sukai lebih berhak dan lebih layak untuk diampuni dibanding orang lain. Tentu saja dalam jangka panjang, kita juga akan menjadi terbiasa dengan sistem pengampunan yang tidak adil seperti ini.

Dalam komunitas orang percaya, praktik mengampuni yang salah bukan hanya menjadi masalah kita dan orang yang kita ampuni. Kita mengabaikan fakta bahwa Tuhan juga telah mengampuni orang tersebut, kita tidak percaya bahwa Roh Kudus bekerja dalam hati orang itu. Tanpa sadar, kita jatuh kepada sikap self-righteous, menganggap kita lebih benar dibandingkan orang lain. Menyikapi dosa sesama orang percaya seharusnya membuat kita berefleksi akan kondisi kita yang juga berdosa, sehingga menghasilkan pengampunan yang dilandaskan kasih bagi sesama orang yang telah menerima pengampunan Kristus.

Yesus melepaskan perempuan yang berzinah dari kerumunan orang yang siap menjatuhkan penghakiman baginya. Kehadiran Yesus membuat manusia menyadari besarnya anugerah yang diberikan, melewatkan seseorang dari kematian yang memang layak diterima. Pengampunan dari Yesus membawa seseorang mengalami kasih dan secara sadar berkomitmen untuk bertobat. Inilah kasih yang anak-anak Allah juga harus miliki, mengampuni sesama kita dengan tujuan menyaksikan pekerjaan Roh Kudus dalam mempertobatkan seseorang. Kita mendukung pertobatan saudara seiman kita bukan dengan menerornya di tengah pergumulannya dengan dosa, melainkan dengan memberikan kesempatan baginya, rela memberikan kepercayaan kita kembali meskipun pasti ada risiko kecewa karena orang itu masih mungkin gagal. Pengampunan bukan berarti menghilangkan sama sekali konsekuensi dari dosanya, melainkan mengganjarnya dengan disiplin sambil terus memperbaiki relasi orang tersebut dengan komunitasnya.

Kendala yang sering kita alami sebagai saudara adalah terus mengungkit kesalahan, bahkan memberi cap bagi orang yang telah berdosa. Kita mengingat bagaimana orang-orang yang hendak menghukum perempuan pezinah itu meninggalkan batu dan tempatnya satu per satu. Apakah kita membayangkan mereka masih berniat menghukum pezinah ini di lain tempat saat tidak ada Tuhan Yesus? Atau apakah mereka masih memanggil perempuan ini “Si Pezinah” dalam keseharian mereka? Jika orang-orang tersebut sungguh memahami perkataan Yesus, maka keinginan untuk menjatuhkan penghakiman akan berubah menjadi harapan akan pertobatannya. Matius 6:14-15 mengajarkan bahwa pengampunan sesama manusia merupakan hal yang implikatif terhadap pengampunan Bapa pada kita. Tentu kita bukan hanya ingin diampuni untuk kemudian dibebani dengan dosa masa lalu, melainkan perlu ditolong juga dalam pertobatan. Kata dalam bahasa asli untuk mengampuni adalah aphiemi yang berarti kesehatan. Seperti mengobati orang yang sakit, kita harus memberikan kondisi yang menunjang bagi orang tersebut menjadi sembuh, bukan menenggelamkannya dalam ucapan yang beracun dan tidak membangun. Gunakan emosi yang terus mengingatkan kita akan kesalahan orang lain untuk menjadi kesempatan membawa namanya di dalam doa-doa kita. Mari kita menjadi anggota tubuh Kristus yang mendukung kesehatan seluruh anggota lain.

Junardi Yosua Darmawan

Mahasiswa STTRII

Tag: Injil Yohanes, mengampuni

Baca ini juga yuk

“Seragam” Murid Yesus (Yohanes 13:34-35)

Perintah mengasihi sesama murid merupakan satu dari pesan-pesan terakhir Yesus kepada murid-murid terdekat-Nya di dunia, bahkan Yudas Iskariot pun tidak termasuk di dalamnya. Kristus memberikan perintah yang ...

Renungan - Junardi Yosua Darmawan 4 min read

Langganan nawala Buletin PILLAR

Berlangganan untuk mendapatkan e-mail ketika edisi PILLAR terbaru telah meluncur serta renungan harian bagi Anda.

Periksa kotak masuk (inbox) atau folder spam Anda untuk mengonfirmasi langganan Anda. Terima kasih.

logo grii
Buletin Pemuda Gereja Reformed Injili Indonesia

Membawa pemuda untuk menghidupkan signifikansi gerakan Reformed Injili di dalam segala bidang; berperan sebagai wadah edukasi & informasi yang menjawab kebutuhan pemuda.

Temukan Kami di

  facebook   instagram

  • Home
  • GRII
  • Tentang PILLAR
  • Hubungi kami
  • PDF
  • Donasi

© 2010 - 2025 GRII