Per awal Juli 2022, perkembangan terakhir dari perang Rusia-Ukraina adalah pihak Rusia, setelah berhasil mencaplok kawasan selatan, sekarang sedang memfokuskan seluruh kekuatan untuk mengambil alih kawasan Timur Ukraina di daerah Donetsk dan Luhansk. Presiden Ukraina menanggapi dengan berikrar bahwa mereka akan merebut kembali semua daerah yang berhasil diambil alih oleh Rusia.
Sulit bagi kita generasi muda saat ini yang tidak pernah mencicipi keras dan kejamnya peperangan untuk memahami keinginan membara untuk merebut kembali baik daerah maupun kejayaan yang pernah direnggut oleh pihak musuh. Apakah keinginan tersebut akan pelan-pelan pupus seiring berjalannya waktu? Hmm… sepertinya dalam apa yang diminta oleh para murid kepada Tuhan Yesus sebelum Ia terangkat naik ke sorga – permintaan itu tidak lekang oleh waktu walaupun sudah berjarak ratusan tahun. “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” Suatu permintaan yang terlalu “berani”! Itu kan berarti meminta Israel yang “seujung jari” itu berhasil mengalahkan Kerajaan Romawi – sebuah kekuatan adikuasa yang tak terkalahkan saat itu.
Mungkin kita akan tertawa terbahak-bahak misalnya kalau kita mendengar Brunei mau menundukkan Amerika Serikat. Namun coba lihat apa respons Tuhan Yesus ketika Ia mendengar “mimpi besar” para murid. Ia tidak mengejek atau menertawakan. Ia menjawab, “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Kamu akan menerima kuasa! Kuasa apa? Kuasa menendang musuh sambil menebasnya dan berteriak, “This is Sparta!”?
Mari baca terus kisahnya di Kisah Para Rasul, kamu akan menyadari kuasa yang dimaksud tidaklah berkaitan dengan kuasa militer seperti kemenangan merebut tanah dengan pertumpahan darah. Setiap kali kuasa Roh Kudus diberikan kepada mereka adalah kuasa untuk memberitakan Injil dengan berani. Petrus dan para rasul lainnya dengan berani memberitakan Injil di Bait Allah, sarang para pemuka agama yang baru beberapa waktu yang lalu menyalibkan guru mereka. Paulus dengan berani bersaksi baik di hadapan massa maupun para pembesar seperti Gubernur Felix dan Raja Agripa.
Kisah Para Rasul ditutup dengan sebuah catatan “Paulus…. dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus” di kota Roma, jantung kekuasan Kekaisaran Romawi. WOW! Dalam hanya beberapa puluh tahun, sejarah gereja mencatat bahwa orang-orang Kristen akan masuk melewati tembok kota Roma dan masuk ke segala kota-kota lainnya, bukan dengan mengumpulkan legion tentara yang membawa tombak dan pedang, tetapi dengan strategi penaklukan yang tidak pernah ada di dalam sejarah sebelumnya: dengan berkumpul untuk berdoa, membaca firman, memecahkan roti, dan saling mengasihi. Seluruh Eropa kelak ditaklukkan dengan kuasa ini! This is the power of God’s Kingdom!