Ada hal yang menarik ketika orang Israel dipimpin oleh Tuhan masuk ke Tanah Perjanjian
melewati Sungai Yordan. Bukan kejadian menakjubkan terputusnya aliran Sungai Yordan
yang ingin saya fokuskan di sini, melainkan bahwa Tuhan menyuruh orang Israel, diwakili
oleh dua belas orang, mengambil batu dari dasar sungai yang kering itu dan membawanya ke
seberang, lalu disusun di tempat mereka bermalam. Apa maksud dan tujuannya?
Sebenarnya kita tidak perlu menduga-duga jawaban dari pertanyaan di atas, karena Tuhan
sendiri yang memberitahukannya kepada Yosua, “supaya ini menjadi tanda di tengah-tengah
kamu. Jika anak-anakmu bertanya di kemudian hari: Apakah artinya batu-batu ini bagi kamu?
maka haruslah kamu katakan kepada mereka: Bahwa air Sungai Yordan terputus di depan
Tabut Perjanjian TUHAN; ketika tabut itu menyeberangi Sungai Yordan, air Sungai Yordan
itu terputus. Sebab itu batu-batu ini akan menjadi tanda peringatan bagi orang Israel untuk
selama-lamanya” (Yos. 4:6-7). Jadi di sini, kita melihat ada dua perintah Tuhan. Pertama,
perintah untuk menyeberangi Sungai Yordan dan memasuki Tanah Perjanjian. Kedua, sambil
melakukan itu, orang Israel diminta mengambil batu sebagai tanda.
Jika kita kontekstualisasikan, perintah yang pertama itu adalah berbagai aktivitas pelayanan
yang orang Kristen kerjakan bagi Tuhan untuk menggenapkan kehendak-Nya di dunia ini.
Mereka berangkat ke suatu tempat dengan menjalankan misi Allah, berkhotbah di sana-sini,
mengadakan KKR, sampai kepada melakukan pekerjaan di luar gereja seperti bekerja di
tempat-tempat umum untuk menjalankan mandat budaya. Namun, perintah kedua, yang
sering dianggap tidak begitu penting, adalah bagaikan mengumpulkan benda-benda
kenangan, catatan-catatan, jurnal, foto-foto, yang menjadi tanda-tanda atau bukti nyata Allah
menyertai perjalanan dan pelayanan anak-anak-Nya.
Dalam refleksi singkat ini, saya ingin mengajak pembaca untuk tidak mengabaikan perintah
kedua, yang sering kali kita lalaikan karena menganggapnya tidak sepenting perintah Allah
yang pertama. Kita lupa bahwa perintah yang kedua juga adalah PERINTAH. Berapa banyak
doa dan jawaban Tuhan yang kita ingat? Mungkin ada yang tidak suka mengingat masa lalu
karena takut menjadi terlalu puas dengan prestasi yang sudah dicapai, sehingga menjadi
kendor pelayanannya. Namun, itu bukanlah tujuan kita mengenang masa lalu. Memang kita
tidak boleh bermegah di dalam prestasi kita di masa lalu, tetapi kita tidak boleh melupakan
bukti Tuhan hadir di dalam hidup dan pelayanan kita di masa lalu. Justru mengingat kembali
penyertaan Tuhan membuat kita semakin giat dalam pelayanan di masa sekarang dan yang
akan datang.
Jikalau kita sudah lalai mengumpulkan “batu dari dasar Sungai Yordan” pada tahun-tahun
sebelumnya, kiranya mulai tahun yang baru ini kita tidak lagi lupa dan meremehkan perintah
Tuhan yang satu ini. Kumpulkan batu sambil menyeberangi Sungai Yordan. Dokumentasikan
penyertaan Allah sambil melayani-Nya. Dari tahun ke tahun, kita akan semakin takjub dan
memuji Tuhan saat mengingat semua yang pernah Tuhan kerjakan. Kita dapat menjadi saksi
yang lebih baik bagi Tuhan, lebih dapat menghitung berkat, bersyukur, dan memuji Dia.
Kiranya Tuhan menguatkan iman kita dengan ingatan-ingatan tersebut.