Renungan Mingguan Khusus Pillar Online
Mengungsi merupakan sebuah kata yang mudah untuk ditulis atau diketik, tetapi ketika dijalani, ternyata sulit dan rumit. Ketika Taliban kembali menguasai Afghanistan, bandara internasional di Kabul dipadati oleh ribuan orang yang ingin mengungsi keluar dari tanah air mereka. Terutama oleh mereka yang berseberangan paham atau yang pernah mencicipi kebrutalan Taliban sebelumnya. Banyak yang pergi tergesa-gesa dan hanya membawa baju yang membungkus tubuh mereka, tidak membawa apa-apa lainnya, selain tentunya harapan yang lebih baik: kebebasan dan bahkan kehidupan.
Kitab Rut dimulai dengan sebuah keluarga yang mengungsi ke negeri tetangga. Tanah tempat mereka dibesarkan terkena krisis besar: kelaparan. Bagi kita pembaca saat ini, tindakan yang mereka ambil terkesan sebuah tindakan yang masuk akal dan lazim dilakukan. Tetapi bagi orang Israel saat itu, krisis kelaparan sekalipun bukan alasan yang bisa dibenarkan untuk mengungsi meninggalkan tanah perjanjian yang diberikan Yahweh bagi mereka, apalagi mengungsinya ke tanah Moab! Tanah musuh! itu namanya membelot, bukan sekadar mengungsi semata!
Setelah suami dan kedua anak lelakinya meninggal di Moab, Naomi ingin kembali ke kampung halamannya. Kedua menantunya menyertainya, tetapi Naomi tahu masa depan apa yang menanti mereka di Israel sebagai seorang janda, apalagi janda keturunan Moab. Maka Orpa mendengarkan nasihat sang ibu mertua dan kembali ke Moab, namun Rut tetap berpaut kepadanya. Rut tidak bisa dibujuk untuk kembali ke masa lalunya di Moab ataupun ditakut- takuti akan tantangan masa depan suram di Israel. Rut tidak tahu banyak akan ketidakpastian yang menantinya, tetapi dia tahu jelas keputusan yang dia ambil sekarang: Ia ingin menjadi bagian dari bangsa Israel dan Allah Israel. No turning back.
Selanjutnya kita tahu the rest of the story (bagi yang tidak tahu, silakan membaca keseluruhan kitab Rut yang hanya 4 pasal). Apa yang Rut tinggalkan di belakang–keluarganya, bangsanya, teman-teman, penerimaan, dan hidup nyaman–diganjar Tuhan dengan sebuah hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya: si janda Moab ini menikah dengan Boas dan melahirkan keturunan yang dari mana Raja Daud dan juga Sang Mesias Yesus Kristus akan lahir.
Mari kita doakan para pengungsi, terutama para pengungsi Afghanistan yang harus meninggalkan banyak hal, semoga mereka bukan hanya mendapatkan kondisi yang lebih jelas dan masa depan yang lebih baik, namun juga bisa mendapatkan anugerah berjumpa dengan Tuhan Yesus dan hidup mereka boleh menjadi bagian dari kehendak Tuhan yang kekal.
Agustus 2021
Silakan memberikan tanggapan, saran ataupun komentar di bawah.
Redaksi menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak untuk tidak menampilkan ataupun mencabut komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah ataupun berisi kebencian.
1. Bersyukur untuk Bible Camp Nasional 2022 yang telah diadakan pada tanggal 20-23 Juni 2022. Bersyukur untuk anak-anak yang telah mengikuti BCN 2022 ini. Bersyukur untuk firman Tuhan yang telah diberitakan. Berdoa kiranya Roh Kudus memelihara iman dan komitmen dari setiap anak serta mengobarkan api penginjilan di dalam hati mereka sejak masa muda mereka.