Apa yang “baru” pada tahun baru, sehingga kedatangannya kita sambut dengan kemeriahan
hitung mundur dan kembang api? Mengapa kebaruan dari tahun baru membuatnya disambut
gembira? Mungkin, manusia memang suka akan semua hal yang baru. Seseorang akan
senang jika mempunyai barang baru, apalagi barang tersebut adalah yang sudah dia harapkan
cukup lama. Apakah tahun baru sama dengan barang baru?
Mari kita renungkan terlebih dahulu, mengapa mendapatkan barang baru membuat kita
senang? Apa yang terkandung di dalam natur kebaruan sehingga bisa menimbulkan rasa suka
di dalam hati kita? Bukankah barang baru menyenangkan kita karena kebaruan menjanjikan
sesuatu kepada kita, yakni dia memberikan harapan bahwa barang yang dimaksud akan
mendatangkan kebahagiaan kepada kita? Rasa kebaruan ikut pudar bersama dengan harapan
yang tidak terealiasikan. Ketika suatu barang mengecewakan, dia tidak berasa baru lagi
kendati usianya, melainkan usang, rongsokan.
Merayakan tahun baru menyingkapkan harapan yang tersimpan dalam di dalam kesadaran
umat manusia bahwa tahun dengan angka yang ditambah satu tersebut akan membawakan
kebahagiaan bagi mereka (Akankah kita menyambutnya jika mendapat bocoran bahwa pada
tahun tersebut kita akan tertimpa bencana?). Padahal, tidak ada yang baru di tahun yang baru.
Bumi hanya kembali ke posisi nol sebelum ia berangkat mengitari matahari 365 hari yang
lalu. Umumnya, tahun tak berasa baru lagi ketika karyawan masuk kantor atau siswa masuk
sekolah pada hari pertama. Sebenarnya, satu-satunya kebaruan adalah keusangan dan
kerusakan. Bumi dan barang makin hari makin usang dan tubuh kita makin menuju kepada
kerusakan total. Namun, bukan keusangan yang dirayakan pada pukul 00.00 hari pertama
tahun baru. Jadi, apa yang dirayakan?
Saya percaya, Kristus telah memberikan pengikut-Nya alasan untuk merayakan tahun baru.
Oleh sebab Kristus adalah Alfa dan Omega (awal dan akhir), dan kisah sejarah mencapai
puncaknya pada titik penyaliban dan kebangkitan Kristus, dan kisah itu sedang menuju
kepada titik akhir, yaitu kedatangan-Nya yang kedua. Di dalam terang ini, tahun baru adalah
titik kedekatan baru (new proximity) dari kedatangan Kerajaan Allah yang paripurna. Sang
Mempelai Laki-Laki (Kristus) akan datang menjemput mempelai perempuan (gereja) dan Dia
akan menghakimi seluruh dunia.
Ya, kita memang mempunyai alasan untuk merayakan tahun baru. Kita harus merasa senang,
ikut hitung mundur. Apa pun yang akan terjadi pada tahun 2019, bumi boleh berguncang, dan
bangsa berperang melawan bangsa, nyalakanlah kembang api, sebab Sang Mempelai makin
dekat, dunia sedang diperbarui, dan tubuh lama yang binasa akan diganti tubuh baru.