Pada tanggal 10 November yang lalu, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Jika kita
mengingat kembali kejadian 10 November 1945, kita dapat memahami mengapa Bung Karno
menetapkannya sebagai Hari Pahlawan. Para pejuang Indonesia memperlihatkan harga diri
mereka sebagai sebuah bangsa yang merdeka, yang tidak dapat didikte sembarangan oleh Inggris.
Pertempuran di Surabaya itu adalah pertempuran frontal paling sengit untuk mempertahankan
kemerdekaan sepanjang sejarah Indonesia. Ratusan tentara Inggris dan ribuan pejuang Indonesia
tewas di kota itu. Para pejuang itu memang layak disebut pahlawan karena perjuangan,
pengorbanan, keberanian, dan sumbangsih yang mereka berikan bagi bangsa ini. Apakah pernah
disebutkan tentang kepahlawanan dalam Alkitab?
Menjelang narasi kematian Daud, penulis kitab kedua Samuel mendaftarkan terlebih dahulu para
pahlawan Daud (2Sam. 23:8-39). Kelihatannya, dari ratusan ribu prajuritnya, Daud mempunyai
pasukan elit yang terdiri dari 30 pendekar (“the thirty”). Mereka adalah para petarung terbaik di
seluruh negeri. Namun, di atas tiga puluh orang itu, ada tiga orang yang lebih hebat lagi, yaitu
Isybaal, Eleazar, dan Sama. Merekalah yang bertarung di sisi Daud dan memenangkan banyak
peperangan yang hampir tak mungkin dimenangkan. Sebagai gambaran, Abisai adik Yoab dapat
melawan 300 orang sendirian dan menikam mereka dengan tangannya sendiri, dan dialah
kepala dari ketiga puluh orang itu, tetapi dia tidak menyamai triwira itu. Contoh lain, Benaya
dapat menewaskan dua pahlawan besar Moab, dan turun ke dalam lubang di musim salju untuk
membunuh seekor singa. Ia paling dihormati dalam ketiga puluh orang itu, tetapi dia tidak dapat
menyamai triwira itu. Ketika Daud kangen air dari perigi Betlehem, triwiralah yang menerjang ke
kubu musuh untuk mengambil air dari perigi itu bagi Daud. Bagian ini menunjukkan kehebatan
orang-orang yang bertarung di sisi Daud. Triwira dan ketiga puluh orang itu dicatat sebagai para
pahlawan Daud.
Meskipun terjemahan kata gibbôr tidak harus berarti pahlawan, dan dalam banyak terjemahan
Inggris diterjemahkan menjadi “mighty men” (sebuah kata yang lebih netral), tapi penempatan kata
ini dalam konteks kisah Daud dapat membenarkan pemilihan kata “pahlawan”. Triwira dan ketiga
puluh orang itu tidak hanya “orang kuat” (istilah yang dapat melekat pada siapa saja yang tidak
turun ke medan perang), mereka memang selayaknya disebut pahlawan. Mengapa? Karena mereka
bertarung bersama Daud untuk merebut dan mempertahankan tanah perjanjian Tuhan bagi orang
Israel.
Kisah mereka masih pantas untuk diingat sampai sekarang. Mereka berjuang, berkorban, dengan
keberanian yang luar biasa, mereka menghadapi musuh yang jumlahnya jauh lebih banyak,
dan mereka bertarung di sisi Daud sampai titik darah penghabisan demi perintah Allah untuk
mempertahankan tanah perjanjian. Syukurlah, Alkitab mencatat hasil dari perjuangan para pahlawan
itu: “Demikian diberikan TUHAN kemenangan yang besar” (2Sam. 23:12). Para pahlawan yang
gagah perkasa itu menang bukan karena kehebatan mereka, tetapi karena pemberian Tuhan.
Kekaguman kita kepada para pahlawan itu harus memperbesar lagi kekaguman kita kepada Tuhan
yang memberikan kehebatan dan kemenangan bagi manusia yang setia kepada-Nya.