Banyak petualangan membawa tantangan yang mendewasakan. Berpetualang keluar dari zona nyaman, misalnya, dapat membuat kita belajar pengalaman baru dengan menyelesaikan kesulitan baru. Itulah yang terjadi pada banyak tokoh cerita yang mengalami perubahan hidup setelah mengambil risiko memulai sebuah perjalanan yang asing dan kembali lagi di akhir cerita setelah melewati semua tantangan yang membahayakan dirinya. Bagi banyak orang juga, petualangan ini ada perburuan harta dunia: memulai proyek bisnis, start up, investasi baru, adalah contoh-contoh petualangan mereka.
Dalam suratnya kepada Timotius yang pertama, Paulus mengingatkan Timotius bahwa petualangan seperti ini, yang dimotivasi oleh cinta uang, tidak memberikan kesulitan yang mendewasakan, melainkan “oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka” (I Tim 6:10b). Untuk memburu uang, mereka bukan keluar dari zona nyaman, melainkan dari iman mereka. Selain itu, penyiksaan diri dengan berbagai duka ini tidaklah sama dengan berbagai tantangan dan kesulitan yang membuat seseorang makin tangguh, tetapi merupakan duka yang merusak kerohanian dan menggerus karakter baik seseorang.
Apakah yang mendewasakan iman dan kerohanian? Paulus melanjutkan, “Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi” (1 Tim 6:11—12). Hai, tokoh-tokoh dalam cerita Allah, manusia-manusia Allah, petualangan kita seharusnya adalah mengejar keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran, dan kelembutan. Untuk mempunyai karakter-karakter itu, yang adalah harta kita yang memberikan kebahagiaan yang sejati, kita harus meninggalkan zona nyaman kita, bertanding dalam kehidupan iman yang akan dipenuhi dengan jalan yang sulit, segala ujian, dan pencobaan.
Namun, untuk jalan dan pertandingan itulah kita dipanggil. Tuhan ingin membentuk kita ke arah itu. Mari kita rebut hidup yang kekal, yang merupakan akhir dari perjalanan itu, akhir yang dijanjikan kepada setiap orang beriman. Itulah harta kita di surga. Harta duniawi hanya menawarkan ilusi kebahagiaan, yang akan berkarat dan dimakan ngengat, tetapi harta surgawi tidak akan mengecewakan.