,

Pohon Natal

Suasana Natal terasa tidak lengkap tanpa kehadiran pohon natal. Menjelang bulan Desember,
pasti banyak gereja mulai repot-repot mengeluarkan rangkaian pohon natal plastik dari
gudang atau mulai membuat yang baru dari berbagai macam bahan sekreatif mungkin.
Jemaat dikerahkan untuk sama-sama gotong royong menghias pohon natal dengan lampu
kerlap kerlip dan hiasan semenor “dandanan ibu-ibu yang mau kondangan”. Setelah pohon
natal selesai dihias, muncullah pasukan narsis yang sibuk selfie atau wefie bergaya
di depan pohon natal seolah-olah menebeng kecantikan pohon tersebut. Setelah foto di-share
di semua medsos, hati terasa sukacita melihat ratusan like (padahal orang yang like,
nge-like pohonnya bukan orang yang di depan pohon. Huhuhu…).

Kalau pohon-pohon lainnya bisa bicara dan berjalan, mereka pasti demo besar-besaran protes
kenapa hanya pohon natal yang mendapatkan perhatian khusus dan dihias. “Susah payah
kami bertumbuh dan berbuah dengan setia sepanjang tahun, tetapi kami tidak dihargai.” “Enak
banget tuh pohon natal, berbuah saja gak…tetapi semua perhiasan ditempel padanya.”

Lalu keluarlah bapak Gubernur menenangkan massa dan menjelaskan yang membuat
kerumunan massa bubar jalan seketika. Apa sih yang dijelaskan? Pak Gubernur hanya
menjelaskan begini: Pohon natal sesuai namanya hanya menjadi selebriti pada momen natal,
bertumbuh dan menjadi cantik dalam sekejap lalu juga dibuang dalam sekejap ketika momen
natal berlalu. Pohon natal segera digantiikan dengan pohon uang atau pohon jeruk untuk
menyambut suasana berikutnya: sincia atau Imlek.

Gambaran di atas juga sering kita jumpai pada orang Kristen. Ada yang bagaikan pohon
natal, yang terlihat cepat sekali bertumbuh dan tidak kalah cepatnya layu dalam seketika.
Namun ada yang bagaikan pohon asli, mereka mengalami pertumbuhan yang terus menerus.
Itulah sesungguhnya orang Kristen sejati. Iman yang sejati diumpamakan seperti benih yang
sejati yang PASTI akan TERUS bertumbuh menjadi pohon yang SEJATI.

Tahun 2016 akan segera berlalu, mari kita melihat ke belakang setelah 1 tahun berlalu,
apakah iman kita bertumbuh? Pengenalan kita akan Tuhan semakin mendalam? Cinta kita
kepada Kristus semakin membara? Atau jangan-jangan…