Dalam Yohanes 15, Tuhan Yesus mengambil analogi pokok anggur dan ranting untuk
menunjukkan hubungan antara Dia dengan orang Kristen. Tuhan Yesus adalah pokok
anggurnya, Bapa pengusahanya, dan orang Kristen ranting-rantingnya. Barang siapa yang
tinggal dalam pokok anggur itu dan berbuah, dia akan dibersihkan oleh pengusaha, supaya
dapat berbuah lebih banyak lagi. Yang tidak berbuah akan dipotong dan dibuang. Ada
perbedaan yang sangat mencolok antara ranting yang berbuah dan tidak berbuah dalam
penampakan luarnya. Namun, mungkin banyak orang “Kristen” tidak menyadari bahwa
juga terdapat kesamaan yang mencolok antara kedua jenis ranting itu. Kesamaan ini perlu
direnungkan demi menghindarkan diri kita dari pengenalan diri yang salah.
Kita sebagai orang Kristen tentu ingin mengindentifikasikan diri kita sebagai ranting yang
berbuah. Namun, mungkinkah kita selama ini telah salah mengenal diri? Kita mengira diri
kita adalah ranting yang berbuah, padahal kita adalah ranting yang tidak berbuah? Ini sangat
mungkin terjadi. Mengapa banyak orang bisa salah mengenal diri mereka? Jawabannya
adalah mungkin karena terdapat banyak kesamaan antara ranting yang berbuah dan tidak.
Kesamaan yang paling mencolok adalah baik ranting yang berbuah maupun tidak berbuah
sama-sama menempel pada pokok anggur. Mereka secara lokasi atau fisik sama-sama dekat
dengan lingkungan kerohanian. Bukankah banyak orang “Kristen” juga demikian? Banyak
yang lahir dan besar di keluarga Kristen, bersekolah di sekolah Kristen, dan pergi ke gereja
setiap Minggu. Bahkan, mungkin saja di rumah ada pembacaan Alkitab dan doa bersama
keluarga setiap hari. Namun, apakah kedekatan kita dengan Tuhan secara tampak fisik, atau
lokalitas, seperti ini menjamin bahwa kita adalah ranting yang berbuah? Sama sekali tidak.
Ada hal yang tidak dapat dipalsukan dari ranting yang berbuah, yaitu dia benar-benar
mengambil sari dari pokok anggur dan berbuah karena sari itu. Sama halnya dengan orang
Kristen sejati. Semua pembacaan Alkitab yang dilakukan, ibadah yang dilakukan, doa yang
dinaikkan, benar-benar keluar dari kerinduan yang jujur, dan bukan rutinitas saja. Firman
Tuhan sungguh-sungguh menjadi makanan rohani dan tindakan mereka mengekspresikan
pengenalan mereka akan Tuhan.
Contoh dari ranting yang tidak berbuah adalah Yudas Iskariot. Yudas terlihat menempel pada
Yesus, dan secara lokalitas sangat dekat dengan-Nya. Akan tetapi, Yudas tidak pernah hidup
dari Firman-Nya. Dia menjadi ranting yang akhirnya dipotong dan dibuang, lalu menjadi
kering dan dibakar.
Kedekatan dengan Tuhan memang dapat dibuat-buat, tetapi buah roh tidak dapat dipalsukan.