Pada Matius 6:1, Yesus mengingatkan murid-murid-Nya untuk tidak berlaku seperti orang
munafik yang berbuat baik hanya untuk dilihat oleh orang lain, “Ingatlah, jangan kamu
melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika
demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.” Orang-orang munafik ini,
katanya, membuat pengumuman seusai memberi sedekah dan berdoa keras-keras di tempat
umum supaya kesalehan mereka dipuji.
Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan
hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong,
supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat
upahnya. (Mat. 6:2)
Bagi pembaca Matius hari ini, sangat mudah menempatkan diri kita pada posisi
berseberangan dengan orang-orang munafik ini. Bagi kita, itu perbuatan yang tidak patut dan
berusaha untuk kita hindari. Mana mungkin kita mengumumkan perbuatan baik kita dan
memamerkan kehidupan doa kita di tempat keramaian seperti orang-orang munafik itu? Kita
berpikir bahwa “pensinyalan” kebaikan (virtue signaling) adalah dosa khas pemuka agama
zaman Yesus, bukan orang Kristen zaman ini.
Namun, kita harus sangat berhati-hati sebelum mengira diri kita bersih dari virtue
signaling seperti ini karena modusnya dapat berbentuk sangat halus, bahkan terluput dari
sensor hati nurani, apalagi hati nurani yang sudah terjatuh ke dalam dosa. Virtue signaling
adalah sesuatu yang dapat dilakukan tanpa sadar.
Setiap zaman mempunyai cara dan media ekspresi yang berbeda-beda. Pada zaman Yesus,
cara memperlihatkan kebaikan adalah dengan melakukan derma atau doa dengan menyolok
mata di tengah-tengah keramaian atau di lorong-lorong. Zaman sekarang, semua perbuatan
saleh dapat dilakukan di tempat yang sepi, tidak ada yang melihat, tetapi kemudian
diumumkan di media sosial. Berapa lama waktu setelah satu unggahan dapat berlalu sebelum
kita tidak tahan untuk melihat sudah terkumpul berapa likes? Satu jam? Dua hari? Yesus
akan berkata kepada kita, “Sesungguhnya kalian sudah mendapat likes kalian.”
Untuk memastikan kita tidak berbuat baik dan saleh untuk dilihat orang, Yesus mengajar kita
untuk menghindari perhatian orang. Bapa di sorga akan melihat yang tersembunyi dan
membalaskannya kepada kita. Bukankah satu jempol spiritual dari Bapa di sorga melebihi
ratusan juta jempol virtual di media sosial? Lakukanlah segala kebaikan untuk dilihat Tuhan,
bukan manusia.