Pergantian tahun kemarin ditandai dengan gemuruh kembang api yang menghiasi langit yang gelap dengan semarak warna-warni gemerlap, disertai dengan suara terompet terus-menerus. Perbedaan-perbedaan suku, ras, dan agama seakan-akan larut dalam suasana sukacita dan kegembiraan yang begitu kental ketika orang-orang saling bersalam-salaman dan bertukar senyum.
Kita mungkin berpikir apa bedanya orang Kristen dan orang non-Kristen dalam merayakan tahun baru? Apakah sekadar perbedaan superfisial? Kalau orang Kristen sorenya ke gereja dulu, orang non-Kristen sibuk membeli kembang api; atau orang Kristen malamnya setelah selesai main kembang api, mereka refleksi pribadi dulu, sedangkan orang non-Kristen langsung tertidur lelap? Perbedaannya seharusnya jauh lebih mendalam daripada sekadar perbedaan-perbedaan tersebut.
Alkitab mencatat perbedaan antara umat Allah dengan mereka yang bukan sejak dari kitab Kejadian. Mereka yang melawan Allah, yang diwakili oleh Kain dan keturunannya, dicatat “kemudian Kain mendirikan suatu kota dan dinamainya kota itu Henokh, menurut nama anaknya” (4:17b) dan kemudian juga nanti di Kejadian 11:4, kata mereka: “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.” Jadi karakteristik mereka yang melawan Allah adalah mendirikan kota untuk mencari nama bagi diri mereka sendiri.
Sedangkan karakteristik umat Allah yang diwakili oleh Set: Lahirlah seorang anak laki-laki bagi Set juga dan anak itu dinamainya Enos. “Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN” (4:26) dan setelah kejadian menara Babel, Tuhan akan menggenapi rencana-Nya dengan memanggil Abraham dan menjadikan keturunannya sebagai umat pilihan Allah. Karakteristik umat pilihan Allah adalah memanggil nama Tuhan dan mendirikan mezbah bagi-Nya. Kejadian 12:8 – Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN. Setiap kali Abraham pergi ke tempat lain, di situ pulalah Abraham akan mendirikan mezbah dan memanggil nama Tuhan (13:4, 21:33), demikian juga keturunannya, Ishak (26:25) dan Yakub (28:18).
Orang non-Kristen pun bisa melewatkan malam pergantian tahun dengan penuh perenungan, dengan penuh harapan yang baik di tahun mendatang. Apakah perbedaan kita dengan mereka dalam menerungkan semua berkat di tahun yang lampau, harapan di masa depan? Apakah semua harapan dan rencana yang kita rencanakan adalah untuk meninggikan nama kita sendiri ataukah nama Tuhan yang ditinggikan? Apakah kita berpikir sama seperti orang kaya yang bodoh yang berpikir masa depan ada di tangannya, bebas merencanakan segala sesuatu ataukah kita menjadi orang yang bijak, yang sadar hidup kita hari ini saja ada di tangan-Nya? Mari kita merencanakan segala sesuatu di tahun 2014 dengan pertama-tama memanggil nama Tuhan, dengan menyadari Tuhanlah sumber segala hidup kita, dengan menggali dan menguras semua talenta yang dipercayakan pada kita untuk memuliakan nama Kristus.