Teritori Allah bagi Kita

Setelah merenungkan makna batas dari pembagian tanah kepada suku Israel di Kitab Yosua,
kita melanjutkan perenungan kita kepada apa yang ada di dalam batas-batas tersebut, yakni
tanah kekuasaan atau teritori yang Allah berikan kepada kedua belas suku Israel. Di dalam
hal ini, keenganan suku Manasye dan Efraim menghalau orang Feris dan Refaim yang ada di
dalam teritori mereka (Yos. 17:14-18) penting untuk kita refleksikan.

Pendudukan tanah Kanaan mempunyai latar belakang theologis yang jelas. Allah telah
menjanjikan tanah itu untuk mereka dan memberikan mandat kepada mereka untuk merebut
dan sekaligus menghalau orang-orang Kanaan sebagai wujud penghakiman Allah atas dosa-
dosa mereka yang begitu besar di hadapan Allah. Perintah Allah kepada orang Israel sudah
diberikan sewaktu mereka di padang gurun.

Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang diberikan TUHAN,
Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah kaubiarkan hidup apapun yang bernafas, 
melainkan kautumpas sama sekali, yakni orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris,
orang Hewi, dan orang Yebus, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya
mereka jangan mengajar kamu berbuat sesuai dengan segala kekejian, yang dilakukan mereka bagi
allah mereka, sehingga kamu berbuat dosa kepada TUHAN, Allahmu. (Ul. 20:16-18)

Ketika diumumkan batas-batas tanah, tampaknya suku Manasye dan Efraim kebagian tanah
yang diduduki oleh orang setempat yang kuat sehingga mereka gentar maju berperang
melawan mereka. Menariknya, pada Yosua 17:12-13 mencatat orang Kanaan yang awalnya
tidak dapat dikalahkan, tetapi setelah orang Israel menjadi lebih kuat, mereka tidak
menghalau orang Kanaan tersebut, melainkan hanya mempekerjakan mereka sebagai pekerja
rodi. Lalu, untuk dua suku yang lain, Feris dan Refaim, tidak berani diserang karena mereka
mempunyai kereta besi. Padahal, perintah Allah jelas: bangsa-bangsa yang mereka temui di
tanah milik pusaka mereka harus bereka tumpas sama sekali dan tidak boleh dibiarkan hidup.
Alih-alih merebut tanah yang sudah dijanjikan bagi mereka, mereka mengeluh kepada Yosua
bahwa tanah yang dibagikan kepada mereka terlalu sedikit, padahal populasi mereka banyak.

Sebagai hamba Tuhan yang setia dan tegas, jawaban Yosua patut untuk menjadi renungan
kita minggu ini: “Engkau ini bangsa yang banyak jumlahnya dan mempunyai kekuatan yang
besar; tidak hanya satu bagian undian ditentukan bagimu, tetapi pegunungan itu akan
ditentukan bagimu juga, dan karena tanah itu hutan, haruslah kamu membukanya; kamu akan
memilikinya sampai kepada ujung-ujungnya, sebab kamu akan menghalau orang Kanaan itu,
sekalipun mereka mempunyai kereta besi dan sekalipun mereka kuat” (Yos 17:17-18).

Bagi Yosua, kekuatan persenjataan musuh bukanlah alasan yang bisa diterima untuk tidak
maju berperang, “sebab yang berperang untuk orang Israel ialah TUHAN, Allah Israel” (Yos.
10:42). Allah hanya ingin mereka taat dan mengambil langkah iman untuk melangkah. Tanah
Perjanjian, meskipun sudah diberikan kepada mereka, harus mereka rebut dengan taat, bukan
dengan sikap malas, pasif, dan takut. Bukan Allah tidak dapat menyerahkan langsung tanah
tersebut kepada mereka, tetapi mereka baru bisa bertumbuh lebih dekat kepada Allah ketika
mereka merasakan kehadiran Allah di tengah-tengah bahaya maut melawan kereta besi
musuh. Selain itu, Allah ingin mengkhususkan tanah tersebut bagi orang Israel. Dengan
membiarkan suku-suku setempat hidup, nantinya akan terbukti orang Israel akan mendapat
masalah yang tidak selesai-selesai dari suku tersebut, dan karena pengaruh buruk dari suku-
suku tersebut menjadi ikut jatuh ke dalam dosa-dosa mereka.

Pelajaran apa yang dapat kita tarik dari peristiwa di atas? Allah menentukan bagi kita
“teritori” untuk kita kuasai dan kita garap supaya nama-Nya dimuliakan. Teritori yang
dimaksud tidak harus berupa tanah kekuasaan secara harfiah, tetapi lebih kepada wilayah
Kerajaan Allah, ladang pelayanan yang harus kita garap demi pemerintahan Kristus dapat
diperluas di muka bumi ini. Di dalam setiap teritori, kita akan menghadapi banyak tantangan,
kesulitan, bahkan bahaya. Apa respons kita? Apakah kita mundur karena takut? Jawaban
Yosua seharusnya menggema di alam pikir kita: “Engkau ini anak Allah yang cukup
jumlahnya dan mempunyai kekuatan besar; semua wilayah Kerajaan Allah yang telah
ditentukan bagi kamu akan kamu miliki sampai ke ujung-ujungnya, sebab kamu akan
menghalau musuh kamu itu, sekalipun mereka mempunyai dukungan kekuatan si jahat dan
meskipun mereka kuat.” Kita pun dihiburkan ketika kita tahu bahwa Allah-lah yang akan
berperang bagi kita. Mari kita setia dan taat menggenapkan kehendak-Nya di dalam teritori
yang telah ditentukan-Nya bagi kita.