Termos

Buat ibu-ibu yang mempunyai bayi yang harus bepergian, salah satu penemuan yang paling berguna bagi mereka adalah termos, yang bisa menyimpan air panas. Hebatnya teknologi insulasi sekarang adalah walaupun di dalamnya air panas mendidih, di luar tetap dingin dan kita bisa dengan aman memegang botolnya tanpa merasa apa-apa.

Menahan atau menyimpan sesuatu yang “hot” memang tidak mudah dan memerlukan ketahanan tinggi, entah itu rahasia yang “hot” yang seharusnya tidak boleh diketahui orang lain, kemarahan yang “hot” yang ingin segera kita keluarkan untuk membalas, atau keluhan yang “hot” yang ingin kita sebarkan seluas mungkin. Setiap hari mungkin kita mengalaminya “hal-hal yang membuat kita kesal seperti teman yang ngaret datang setengah jam, pelayanan di fastfood yang menyebalkan, anak-anak yang merengek-rengek, gosip perselisihan dari si anu dan itu, dan lain-lain. Hal yang paling natural dan spontan adalah seperti kita menerima barang yang panas dengan tangan kita, kita langsung melemparnya ke orang lain.

Dengan pengertian ini, ketika kita membaca tentang Maria, ibu Yesus, berkali-kali dikatakan ketika dia menerima perlakuan yang aneh atau yang tidak dapat dimengertinya, “ia menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya”. Banyak tokoh-tokoh Alkitab yang perkataannya dicatat panjang sekali seperti Yesaya, Yeremia, Petrus, Paulus, dan lain-lain. Di antara semua orang besar yang dicatat di Alkitab, Maria adalah salah satu yang paling sedikit dicatat perkataannya.

Yakobus 1:19 menasihati kita untuk mengingat hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.

Yang dimaksud di sini adalah bukan supaya kita tidak berkata apa-apa, namun hendaklah setiap kata-kata yang ingin kita keluarkan merupakan kata-kata yang sudah direnungkan terlebih dahulu di hadapan Tuhan, kata-kata yang berkenan. Ketika Anda menerima sesuatu yang panas, apakah kita seperti botol plastik yang meleleh atau kita seperti termos yang menyimpannya dan merenungkannya, pada waktu yang tepat kita baru mengeluarkan kata-kata yang menghangatkan dan tidak membakar?