Dalam Mazmur 8, pemazmur menyatakan ketakjubannya akan Tuhan, Sang Pencipta langit dan bumi, yang menciptakan seluruh alam semesta ini. Ciptaan Tuhan begitu mempesona, dari yang luar biasa besar, sistem tata surya, galaksi, planet, asteroid; sampai kepada yang luar biasa kecil, seperti bakteri atau mikroba; tidaklah heran kalau pemazmur begitu memuliakan Tuhan, yang memang layak dan patut untuk dimuliakan. Tetapi keterkesimaan pemazmur tidak hanya berhenti sampai di sana, karena ada satu hal lagi yang ketika direnungkan begitu mendalam, sangat menyentak sang pemazmur. Ketika ia melihat langit ciptaan Tuhan, bulan, dan bintang yang ditempatkan, yang sangat megah, ia bertanya-tanya mengapa Tuhan mau mengingat manusia, yang tampak kecil dan tak berarti? Bukan cuma mengingat manusia, tetapi Allah malah memahkotai manusia yang terlihat ‘tak berarti’ ini dengan kemuliaan dan hormat, dan bahkan segala ciptaan yang lain diletakkan di bawah kaki manusia. Pemazmur melihat, meskipun ukuran manusia relatif kecil dibanding dengan alam semesta, ternyata manusia jauh lebih berharga dan signifikan dari segala ciptaan yang lain, karena manusia diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Tuhan sendiri.
Mazmur 8 dengan jelas menolak pandangan Deisme yang mengklaim bahwa setelah Tuhan, sang Pencipta langit dan bumi, menciptakan seluruh isi dunia, Ia tidak peduli dan segera meninggalkan ciptaan-Nya, duduk ongkang-ongkang kaki di kahyangan, sehingga Ia tidak lagi berdaulat akan ciptaan-Nya, termasuk manusia. Pandangan yang menyatakan bahwa Allah tidak berdaulat dan tidak peduli akan manusia jelas sangat bertentangan dengan Alkitab yang menyatakan dengan jelas bahwa Tuhan berdaulat dan peduli atas semua ciptaan-Nya. Kedaulatan dan kebaikan Tuhan akan seluruh ciptaan-Nya bukan hanya tercantum dalam beberapa bagian dalam Alkitab, tetapi muncul hampir dalam tiap halaman Alkitab. Salah satunya yang begitu jelas memaparkan akan kedaulatan Tuhan adalah di dalam Matius 10:29-30, yang menyatakan bahwa tidak ada satu burung pun yang dapat jatuh ke tanah di luar kehendak Tuhan dan bahwa Tuhan bahkan mengetahui setiap helai rambut kita.
Keyakinan akan kedaulatan dan kasih Tuhan kepada kita, manusia yang berdosa, diperkokoh dengan satu ayat yang kita kenal akrab, yaitu Roma 8:28, yang menyatakan, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Keyakinan bahwa rencana yang ditetapkan oleh Allah bagi kita adalah yang terbaik, mendorong setiap orang percaya untuk merindukan dan mencari bimbingan Ilahi agar dapat hidup sesuai dengan maksud dan kehendak Allah. Kerinduan ini sudah jelas bukanlah bersifat self-centred, di mana hanya untuk memenuhi ambisi dan kepentingan pribadi, tetapi sebaliknya, adalah God-centred, di mana kita ingin untuk dapat semakin memuliakan Allah dan bahkan menikmati-Nya dalam menjalankan kehendak-Nya.
Apakah Allah menyatakan bimbingan kepada kita secara pribadi?
Sebenarnya, banyak orang percaya juga mempertanyakannya, apakah benar Tuhan peduli pada kita sebagai pribadi? Bukankah ada begitu banyak orang percaya di dunia ini? Apa Dia mempunyai waktu untuk peduli dan membimbing kita dalam pergumulan kita mencari pekerjaan, memilih teman hidup, dan lain sebagainya? Apa benar Tuhan peduli akan hal trivial yang terjadi dalam hidup kita? Apa Ia bersedia membimbing kita? Jawabannya adalah YA. Apabila kita sungguh-sungguh ingin melakukan kehendak-Nya, maka Tuhan akan menunjukkan kepada kita jalan yang harus kita tempuh, seperti tertera dalam Mazmur 32:8 yang menyatakan, “Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu”. Dia bukan saja mempunyai kehendak dalam hidup kita, Dia juga adalah Allah yang peduli supaya kita mengenal dan menjalankan kehendak-Nya dalam hidup kita.
Alkitab menyatakan dengan jelas mengenai berbagai macam contoh bimbingan Tuhan dalam kehidupan pribadi lepas pribadi. Misalkan, bimbingan Tuhan akan Abraham untuk keluar dari tanah Ur-Kasdim menuju ke tanah perjanjian. Atau bimbingan Tuhan kepada bangsa Israel di padang gurun ketika mereka keluar dari Mesir. Masih begitu banyak lagi contoh-contoh di dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa Allah membimbing manusia secara pribadi. Salah satu janji bimbingan Tuhan yang juga cukup akrab dengan kita adalah di dalam Mazmur 23. Dalam Mazmur ini, Tuhan melambangkan diri sebagai Gembala yang membimbing kita secara personal menuju ke air yang tenang, di jalan yang benar, bahkan ketika kita melewati lembah kekelaman. Janji Tuhan begitu personal kepada pribadi lepas pribadi. “Kendati ada jarak yang jauh terbentang antara sorga dan bumi, kendati posisi kita begitu kecil di alam semesta ini, kendati kita cenderung mengabaikan Allah, Allah dengan gamblang menyatakan bahwa Ia memimpin orang-orang yang berada di dalam Kristus.” [1]
Bagaimana mencari tahu akan bimbingan Tuhan dalam hidup kita?
Dalam zaman instan ini, manusia cenderung menghendaki segala sesuatu selalu “siap saji”. Bahkan dalam hal mencari kehendak Tuhan pun kita ingin mendapatkannya dalam bentuk demikian. Tidak bertele-tele, tidak perlu berpikir panjang, setiap saat diperlukan selalu ready dan jawabannya jelas sampai sedetil-detilnya. Istilah yang sering dipakai untuk mewakili semangat ini adalah kata ‘praktis’. Tuntutan akan jawaban praktis juga ditujukan lepada Alkitab, buku penuntun hidup kepada kehendak Allah. Akan tetapi, seringkali kita justru tidak menemukan hal-hal praktis di dalam Alkitab, karena memang Alkitab bukan buku tips-tips praktis, melainkan prinsip kebenaran yang dapat membimbing kita kepada kehendak Allah. Ada banyak keputusan yang harus kita ambil seringkali kelihatannya tidak melawan kehendak Tuhan, tetapi sejujurnya kita mengalami kesulitan untuk mengerti dengan jelas bimbingan dari Tuhan. Seperti, apakah kita harus ganti pekerjaan atau tidak, mana jurusan yang harus kita ambil, apakah ini teman hidup yang Tuhan kehendaki dalam hidupku atau bukan, dan berbagai macam, bahkan 1001 macam keputusan lain yang kita gumuli. Kita bertanya-tanya bagaimana caranya untuk dapat mengambil keputusan dengan cara yang saleh dan berbuah. Bagaimana dapat melihat pimpinan Tuhan yang tidak kelihatan dalam pengambilan keputusan kita? Jawabannya adalah bahwa bimbingan akan datang pada saat kita belajar menerapkan Firman Tuhan dalam hidup kita sehari-hari. Saat kita terus bergaul makin dekat dengan Tuhan, yang juga adalah Kekasih Jiwa kita, maka kita akan melihat dengan semakin jelas bahwa tangan Tuhan yang tidak kelihatan tersebut sedang membimbing kita setahap demi setahap menuju pada rencana-Nya yang sempurna.
Terkadang bimbingan Tuhan kelihatan begitu jelas, terkadang tidak terlalu jelas. Terkadang jawaban atas pergumulan dapat kita peroleh dengan cepat, terkadang membutuhkan proses yang begitu panjang. Di sinilah peranan tanggung jawab dalam pertumbuhan iman kita dituntut, dilatih, dan dipertajam – iman kepada kebaikan pemeliharaan Allah yang berdaulat mutlak di dalam hidup kita – karena kita percaya bahwa Allah yang berdaulat turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi-Nya. Amin.
Yenny Djohan
Pemudi GRII Singapura
Referensi:
1. “Step by Step”, James C. Petty
2. “Trusting God”, Jerry Bridges