Saya selalu merasa takjub dengan hamba-hamba Tuhan yang mengaku mengetahui kehendak
Tuhan bagi kehidupan maupun pelayanan mereka. Mereka dengan yakinnya mengatakan
mereka harus pergi ke sini dan ke sana, melakukan ini dan itu, serta mengambil keputusan ini
dan itu. Bukankah itu hebat? Dalam banyak peradaban dan kebudayaan, kita menyaksikan
bahwa orang yang mendapat “bisikan suara dari Tuhan” adalah orang yang dipandang tinggi
dalam masyarakat. Dalam kehidupan bergereja pun, orang-orang yang mengetahui kehendak
Tuhan, kita pandang sebagai orang berkerohanian matang. Bagaimana manusia dapat
mengetahui kehendak Tuhan? Apakah mereka sungguh-sungguh mendengar suara Tuhan?
Dalam Alkitab memang terdapat banyak sekali tokoh yang berbicara dan mendengar
suara langsung dari Tuhan. Lihatlah nabi-nabi di Perjanjian Lama. Kita melihat ada
firman Tuhan kepada Nuh, Abraham, Musa, dan nabi-nabi lainnya. Namun, setelah
Alkitab genap diwahyukan kepada manusia, Tuhan tidak lagi menggunakan cara dialog
langsung. Itu dikarenakan apa yang tertulis dari Kitab Kejadian hingga Wahyu sudah cukup
mengungkapkan kehendak Tuhan kepada manusia secara umum.
Akan tetapi, mungkin banyak yang merasa Alkitab tidak membantu kita untuk mengetahui
kehendak Tuhan karena tidak secara spesifik berbicara dalam situasi konkret kita sehari-
hari. Kita mengatakan, “Baiklah, secara teori saya tahu Alkitab adalah perkataan Tuhan dan
dengan membacanya saya akan mengetahui kehendak Tuhan bagi saya. Namun, sekarang
saya sudah membaca Alkitab sebanyak tiga kali dari Kejadian hingga Wahyu, mengapa saya
belum juga mengetahui jurusan kuliah yang harus saya ambil, pekerjaan/pelayanan yang
harus saya geluti, dan siapa yang harus saya nikahi?”
Dalam sebuah kesempatan, Tuhan membukakan mata saya untuk melihat bagaimana Dia
menyatakan kehendak-Nya ketika saya membaca Roma 12:1-2.
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya
kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan
yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi
serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan
yang sempurna.
Ayat-ayat ini jelas sekali menyatakan siapa yang akan mengetahui kehendak-Nya. Mereka
adalah orang yang: 1) hidup suci dan mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan, 2) hidup
tidak serupa dengan dunia dan tidak menggunakan cara pikir duniawi, dan 3) akal budi
mereka diperbarui oleh Roh Kudus.
Alkitab sudah memberitahu kita dengan gamblang. Jika kita hidup tidak suci, hidup
tidak bagi Tuhan tetapi melulu bagi diri, jika kita hidup mirip dengan dunia berdosa dan
menggunakan cara pikir duniawi, dan jika akal budi kita tidak diperbaharui, niscaya kita
tidak akan mengetahui “suara” Tuhan bagi kita. Membaca Alkitab, jika demikian, hanya
merupakan rutinitas bagi kita, bukan dilakukan atas dasar merindukan perkataan Tuhan.