Tujuh Puluh (Lima)

Kejadian 46:27b mencatat, “Jadi keluarga Yakub yang tiba di Mesir, seluruhnya berjumlah
tujuh puluh jiwa.” Lalu Kisah 7:14 mencatat, “Kemudian Yusuf menyuruh menjemput
Yakub, ayahnya, dan semua sanak saudaranya, tujuh puluh lima jiwa banyaknya.”

Wah, membingungkan sekali, Alkitab tidak konsisten. Di Kejadian tulisnya 70 (tujuh puluh)
jiwa, lalu di Kisah Para Rasul tulisnya 75 (tujuh puluh lima) jiwa! Pasti ada yang salah!
Kalau Alkitab mencatat angka saja bisa salah-salah, bagaimana kita bisa percaya dengan hal-
hal lainnya?

Sabar dulu gan! Kita harus sadar Alkitab dan kita terpisahkan oleh ribuan tahun dan budaya
yang sangat-sangat berbeda. Jadi kita tidak bisa menilai secara sepihak, hanya dari pihak kita
saja, tanpa mencoba mengerti konteks budaya dan maksud dari penulis.

Yang pertama, penulis menulis dengan sebuah tujuan secara theologis dan bukan menulis
dengan perhatian kepada detil dan yang menjadi perhatian penting dari abad modern kita
tentang akurasi dan presisi. Mungkin saja tujuh puluh lima atau mungkin juga lebih dari tujuh
puluh karena sepertinya ada nama-nama anak wanita keturunan Yakub yang tidak dicatat
dalam silsilah.

Ini menuntun kepada hal kedua, kalau begitu mengapa sang penulis memilih angka tujuh
puluh? Mengapa angka tujuh puluh itu angka keramat? Ada poin apa yang ingin disampaikan
dengan angka tujuh puluh tersebut?

Bagi pembaca awal, mereka akan langsung teringat kepada sebuah silsilah dengan jumlah
tujuh puluh juga yang dicatat di Kejadian 10. Seluruh pasal ini didedikasikan untuk mencatat
daftar bangsa-bangsa keturunan Sem, Ham, dan Yafet (anak-anak Nuh) setelah peristiwa air
bah. Seluruh populasi manusia direpresentasikan oleh tujuh puluh bangsa ini. Nuh
digambarkan seperti Adam kedua di mana Allah juga memberikan mandat yang sama yaitu
beranak cucu dan penuhi bumi. Ada paralelisme yang ingin ditarik oleh penulis yaitu sama
seperti “tujuh puluh bangsa” mewakili seluruh umat manusia, demikian juga sekarang “tujuh
puluh anak” keturunan anak-anak Israel mewakili seluruh umat pilihan Tuhan. Sekaligus ini
menjadi bagian dari perwujudan janji Tuhan kepada Abraham bahwa ia akan menjadi bangsa
yang besar dan menjadi berkat bagi kaum di muka bumi. Memang tujuh puluh jiwa tidak bisa
dikatakan sebuah bangsa apalagi bangsa yang besar, tetapi mengingat tujuh puluh jiwa ini
keluar dari sumber pucuk yang mandul, ini sudah sebuah langkah besar dari timeline
penggenapan janji Tuhan bagi Abraham dan keturunannya.

Jadi, sudahkah kita mulai mengerti, mengapa penulis memilih angka keramat tujuh puluh itu?
Mari kita menarik satu pelajaran penting: Kalau saja kita lebih terbuka untuk mengerti
budaya Alkitab dengan rendah hati, kita akan lebih bisa memahami makna yang ingin
disampaikan oleh sang penulis. Kiranya Tuhan menolong kita!