Ujian Ketaatan

Menjelang Lebaran, pemerintah Indonesia akan menghadapi ujian, apakah rakyat akan taat
himbauan untuk tidak mudik. Sepertinya ketaatan adalah suatu hal yang sulit didapatkan
secara sukarela dan lapang dada. Apakah rakyat Indonesia mampu melewati ujian ketaatan
ini? Berita-berita yang kita baca sepertinya membuat kita agak pesimis.

Ujian ketaatan pertama di dunia adalah ketika Adam diuji ketaatannya di Taman Eden dan ia
gagal! Padahal ia punya ribuan opsi lainnya (“semua buah dalam taman boleh kaumakan”
kata Tuhan) untuk menolak satu yang dilarang tersebut. Setelah itu, ketaatan menjadi suatu
keniscayaan yang mustahil diinginkan, apalagi dijalankan. Anak kecil tidak perlu diajar untuk
tidak taat kepada orang tuanya, ia sejak lahir mewarisi sifat memberontak terhadap orang tua
dan siapa pun juga. Ujaran “Laws are meant to be broken” atau “peraturan diciptakan untuk
dilanggar” setidaknya menyatakan sentimen umum tentang ketaatan. 

Namun ada tempat dan waktu tepat di mana semua orang taat secara sempurna, misalnya
Kamp Konsentrasi Nazi. Victor Frankl, seorang yang pernah mengalami kehidupan di kamp
konsentrasi menceritakan dalam bukunya, bahwa mereka semua taat total karena mereka
semua sudah diturunkan ke level binatang sirkus atau mereka sudah seperti domba-domba
yang hanya bisa diatur ke sana-sini. Di dalam kamp konsentasi, Frankl berkata, bahwa
mereka hanya bisa berpikir tentang bagaimana menghindari siksaan dari sipir atau
mendapatkan lebih banyak makanan. Intinya orang bisa taat karena ada “stick and carrot
atau hukuman dan imbalan. 

Bagaimanakah Kristus sebagai Adam kedua menjalani ujian ketaatan, juga di sebuah
taman–Taman Getsemani. Di dalam doa-Nya yang kedua kalinya, Yesus tidak meminta lagi
cawan pahit itu dilalukan daripada-Nya. Kalau begitu tentang apakah doa-Nya? Tentang
“jadilah kehendak-Mu”, tentang kehendak Allah yang jadi. Dikatakan Ia bergumul semalam-
malaman tentang menggenapi kehendak Allah. Yang Kristus benar-benar gumulkan dalam
doa-Nya adalah Ia dikuatkan menghadapi semua penderitaan tersebut untuk menjalankan
kehendak Tuhan.

Ujian ketaatan yang Kristus hadapi jelas-jelas kontras berbeda dari apa yang dihadapi oleh
Adam, karena Adam diperingatkan dan ketika ia tidak taat, ia harus mati. Sedangkan di
Taman Getsemani, Yesus tahu jelas justru kematian yang menanti-Nya bukan ketika Ia tidak
taat, tetapi justru ketika Ia taat. 

Kita juga senantiasa mengalami ujian ketaatan. Biarlah gambaran besar ketaatan hati Tuhan
Yesus terhadap Sang Bapa mendorong kita dan biarlah kekuatan Roh Kudus memampukan
kita untuk taat di tengah segala kesulitan yang kita hadapi. Selamat menjalani Jumat Agung
dan Paskah di dalam semangat ketaatan!