Belakangan ini ketika kita membaca surat kabar, kita bisa membaca bahwa pemerintah
sedang menggalakkan pemasukan pajak. Tentu respons masyarakat bisa beragam, mulai dari
keluhan “Apa-apa sekarang kena pajak!” sampai seruan yang positif “Mari kita mendukung
program pemerintah!”.
Namun ketika di Injil Lukas dimulai dengan “Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah,
menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia”, tujuan pendaftaran sensus tersebut
adalah tidak lain untuk tujuan memungut pajak. Respons orang-orang Yahudi tidak beragam,
melainkan kita bisa cukup aman menyimpulkan respons yang sangat seragam: Geram!
Mereka tahu uang hasil kerja keras keringat mereka akan diambil oleh Romawi dengan
terpaksa (siapa yang sukarela memberikan pajak coba?) dan hasil pajak mereka akan
digunakan membangun jalan agar akses kereta dan konvoi tentara Romawi lebih mudah
mencapai mereka, untuk membuat tombak dan gladius yang sangat mungkin mereka akan
gunakan bagi orang Yahudi yang tidak mau bayar pajak dan berontak. Seorang sejarawan
ternama keturunan Yahudi bernama Josephus, pernah menuliskan bahwa setiap kali terjadi
sensus, pemberontakan-pemberontakan pun bermunculan. Keadaan hati orang Yahudi yang
tertekan ibarat sumbu pendek yang kering mudah tersulut dan sensus adalah percikan api.
Gabungkan keduanya, maka urusan pajak bisa menjadi urusan hidup dan mati.
Mahkamah agama Yahudi sepertinya tahu kartu As tersebut sehingga ketika Yesus dibawa
ke sidang, dan di hadapan Pilatus, mereka menuduh Yesus “telah kedapatan oleh kami,
bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami, dan melarang membayar pajak kepada Kaisar, dan
tentang diri-Nya Ia mengatakan bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja” (Luk. 23:2). Sebuah
tuduhan yang tidak berdasar karena ketika Yesus dicobai apakah diperbolehkan membayar
pajak kepada Kaisar atau tidak? Ia menjawab berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu
berikan kepada Kaisar, Ia tidak pernah menghasut rakyat dengan melarang mereka membayar
pajak. Kemudian sang terdakwa itu disalibkan dengan papan bertuliskan “Raja Orang
Yahudi” di atas kepala-Nya di kayu salib.
Apakah itu cerita akhirnya yang ditulis Lukas? Tentu tidak! That’s not the end of
the story. Tulisan Lukas jilid kedua (Kisah para Rasul) berakhir dengan Paulus sampai di
kota Roma dan “dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah
dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus” (Kis. 28:31). Kerajaan Allah itu unstoppable!
Kerajaan Allah tidak menuntut pajak dari kita dengan paksa. Kerajaan ini menuntut sesuatu
yang lain, yang jauh lebih radikal. Apa tuntutannya? Kalau Kaisar wajib mendapatkan koin-
koin yang ada gambar dan rupanya, maka Tuhan sebagai Raja yang sejati wajib dan layak
mendapatkan gambar dan rupa-Nya, yakni keseluruhan hidup kita. Akhir kata, urusan pajak
memang tentang urusan hidup (keseluruhan hidup) dan mati.