Renungan Mingguan Khusus Pillar Online
Presiden itu berhasil mewujudkan toleransi beragama di Indonesia. Rakyatnya sangat religius, tetapi semua pemeluk agama saling menghormati. Pendidikan nasional berhasil menghasilkan orang-orang yang adil dan beradab. Tidak ada lagi kekejaman dan kebengisan. Selain itu, terjadi kerja sama yang sangat erat antara satu provinsi dengan provinsi lain. Dari Sabang sampai Merauke, tidak ada satu pun daerah yang mementingkan dirinya sendiri. Jika ada masalah, rakyat Indonesia menyelesaikannya dengan bermusyawarah. Dengan demikian, terciptalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka, takjublah generasi tua melihat bagaimana presiden tersebut berhasil mewujudkan visi ideal bangsa.
Pembaca Indonesia tentu tidak perlu diberikan pengantar dengan dasar apa prestasi-prestasi di atas disusun. Sampai sejauh ini, belum pernah ada—dan mungkin tidak akan pernah ada—presiden yang dapat mewujudkan visi bangsa sepenuhnya. Jika itu terjadi, tentunya kita tidak hanya takjub terhadap prestasinya, tetapi terlebih lagi karena dia berhasil mewujudkan cita-cita ideal bangsa, bahwa presiden itulah yang ditunggu-tunggu orang Indonesia sejak kemerdekaannya.
Demikian pula yang terjadi pada laporan Matius ini setelah Yesus melakukan semua mujizat- Nya, “Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel” (Mat. 15:31). Peristiwa ini menggemakan apa yang Yesaya nubuatkan akan terjadi pada saat Allah membawa Israel kembali dari pembuangan (Yes. 35:5-6).
Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan,
dan telinga orang-orang tuli akan dibuka.
Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa,
dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai;
Pemilihan kata yang dilakukan oleh Matius tidak mungkin sebuah kebetulan. Matius sedang mau menekankan, berkali-kali, bahwa Yesuslah sosok yang akan secara tuntas membawa Israel kembali dari pembuangan. Namun, pembuangan yang dimaksudkan di sini bukan dalam pengertian fisik atau politis, melainkan rohani.
Karena itu, ada dua hal yang dapat kita pelajari dari karya Kristus. Pertama, fenomena kesembuhan fisik harus ditafsirkan tidak hanya secara permukaan, melainkan merupakan simbol untuk menunjuk kepada realitas rohani. Yang akan Yesus kerjakan tidak hanya sebatas orang buta melihat objek di sekelilingnya, tetapi orang yang buta hatinya dapat melihat kebenaran; tidak hanya yang lumpuh bisa berjalan, tetapi yang lumpuh secara rohani dapat menjalankan kehendak Bapa-Nya. Kedua, sebaliknya, pekerjaan transformasi yang Yesus kerjakan tidak hanya berdampak sebatas pada kerohanian seseorang saja, tetapi juga berdampak kepada pembaruan dan pemulihan kerusakan dunia fisik yang disebabkan oleh dosa. Di akhir nanti, “... Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (Why. 21:4).
Sebagai pengikut Kristus, apakah kita sudah membawa dampak Injil Yesus dan menjadi agen perubahan dan pembaruan, baik di wilayah rohani ataupun jasmani? Sampai sejauh mana kita sudah mewujudkan visi Kerajaan Allah di dunia ini? Apakah kehadiran kita membawa pemulihan atau kerusakan bagi orang lain dan lingkungan kita?
Januari 2022
Silakan memberikan tanggapan, saran ataupun komentar di bawah.
Redaksi menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak untuk tidak menampilkan ataupun mencabut komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah ataupun berisi kebencian.
1. Bersyukur untuk kondisi pandemi COVID-19 yang sudah makin melandai. Berdoa kiranya setiap orang Kristen mengambil kesempatan untuk dapat memberitakan Injil dan membawa jiwa-jiwa kepada Kristus terutama di dalam momen Jumat Agung dan Paskah di bulan ini. Bersyukur untuk ibadah fisik yang sudah dilaksanakan oleh banyak gereja dan bersyukur untuk kesempatan beribadah, bersekutu, dan saling menguatkan di dalam kehadiran fisik dari setiap jemaat.