Rahasia Kemenangan dalam Cinta dan Seks menuju Pernikahan

Buku ini adalah jilid lanjutan dari buku “Takhta Kristus dalam Keluarga”. Dalam bab pertama buku ini, Pdt. Stephen Tong menjelaskan tentang manusia adalah peta teladan Allah. Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa manusia itu diciptakan menurut peta dan teladan Allah. Allah menciptakan pria dan wanita. Sejak awal Allah menciptakan pria dan wanita ini sederajat, dan derajat pria dan wanita melebihi semua ciptaan lain di dunia. Antara pria dan wanita, tidak boleh ada yang saling menindas dan saling menghina. Pria dan wanita harus saling menghargai. Kenapa? Karena itulah nilai manusia. Manusia adalah ciptaan dan representasi dari Allah sendiri.

Manusia yang Allah ciptakan ini memiliki seks. Seks yang dimiliki manusia tidak boleh sembarangan digunakan. Apakah itu demi melampiaskannya dengan pelacur ataupun hal yang tidak dirancangkan Allah bagi manusia. Manusia diciptakan dengan seks, cinta, dan keinginan untuk menikah. Ini adalah hal yang wajar. Namun mengerti diri sebagai manusia itu lebih penting daripada sekadar melampiaskan seks yang ada pada diri manusia.

Pdt. Stephen Tong menjelaskan usaha mengenal diri manusia sendiri dengan pertanyaan “Siapakah aku ini?” Di dalam pertanyaan ini mengandung lapisan pertanyaan:

Siapa yang bertanya? Saya.

Apa yang dipertanyakan? Saya.

Kepada siapa saya bertanya? Saya.

Aspek penting yang terus berputar adalah “saya”. Manusia tidak menemukan jawaban tentang siapakah dirinya di dalam dirinya. Manusia harus keluar untuk menemukan jawaban itu, yaitu pada diri Allah sendiri. Alkitab memberikan jawaban atas setiap pertanyaan manusia, sebab Allah yang menciptakan manusia menurut peta teladan Allah sendiri.

Manusia adalah makhluk kontingen. Kontingen dalam arti banyak hal yang tidak pasti dan berada di luar jangkauan manusia. Manusia memiliki keberadaan, tetapi keberadaannya tidak pasti. Manusia mempunyai keinginan, tetapi keinginannya terbatas. Begitu banyak pilihan yang muncul dalam hari-hari hidup manusia. Manusia memiliki ekspektasi tertentu, tetapi juga banyak perubahan yang terjadi. Dahulu muda, sekarang tua. Dahulu kuat, sekarang lemah. Inilah yang pada dasarnya membuat manusia tidak bisa sombong. Namun meskipun keberadaan manusia itu kontingen, tubuh manusia ini kontingen, ada bagian dalam hidup manusia juga yang tidak kontingen, melainkan kekal. Manusia mempunyai jiwa. Jiwa ini bersifat kekal. Inilah yang perlu kita kenal sebagai manusia. Jangan hanya fokus mempelajari tubuh saja, melainkan juga fokus mempelajari jiwa manusia yang kekal ini. Manusia adalah makhluk yang kontingen sekaligus kekal.

Kemudian Pdt. Stephen Tong menjelaskan tentang keberadaan manusia yang relatif. Manusia diciptakan ke dalam beberapa bentuk relasi:

Relasi terhadap Allah.

Relasi terhadap diri sendiri.

Relasi terhadap sesama.

Relasi terhadap alam.

Adanya relasi ini menyadarkan bahwa manusia itu makhluk relatif, makhluk yang harus hidup dalam relasi. Relasi yang terjadi akan menentukan diri manusia akan menjadi seperti apa. Misalnya: (i) bila tidak percaya bahwa Allah ada, akan menjadi atheis; (ii) bila tidak percaya pada diri, akan menjadi pesimis dan bisa bunuh diri; (iii) jika tidak percaya pada sesama, akan menjadi paranoid, tersendiri, dan akhirnya mati kesepian; (iv) jika tidak mau berelasi dengan seluruh materi, merasa tidak butuh apa pun, akan menjadi seorang asketik dan menyiksa diri. Jika kita membalikkan semua itu, semua akan menjadi positif dan konstruktif. Maka dari itu, manusia pun perlu belajar berelasi dengan baik dan benar dengan Allah, sesama, dan alam. Demikian juga perlu belajar berelasi sebagai pria kepada wanita atau wanita kepada pria.

Bagian akhir dari bab ini, Pdt. Stephen Tong menekankan pentingnya relasi dengan Allah yang melampaui relasi yang lain. Tanpa relasi dengan Allah, manusia tidak bisa sempurna. Manusia tidak dapat hidup sebagaimana seharusnya. Maka sangat penting untuk mengenal bahwa Allah itu ada. Orang yang menganggap Allah tidak ada, dia sedang lari dari Allah dan mau terus berbuat dosa. Manusia yang tidak mau berelasi dengan Allah, sudah pasti melawan Allah dan merugikan diri dan sesama. Maka dari itu, sangat penting manusia menyadari dan mengerti empat relasi tersebut dengan baik. Keempat relasi tersebut membuat manusia bertanggung jawab. Tidak ada kemenangan dalam kehidupan cinta dan seks jika kita tidak menyadari relasi kita di hadapan Allah yang menjadikan kita takut akan Allah.

Bab 2 berbicara soal dasar hubungan kehidupan. Di dunia ini ada dua macam keberadaan. Keberadaan dalam diri kita (internal being) dan keberadaan di luar diri kita (external being). Manusia bergumul dengan dua keberadaan ini. Bagaimana dapat menghadapi diri di dalam diri, dan juga menghadapi orang lain atau eksistensi lain di luar diri? Kepada siapakah manusia belajar berelasi? Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah keberadaan mutlak dan kekal, karena Dia adalah Allah. Dia berinkarnasi agar kita mengerti bagaimana Allah mengasihi dan mau mengerti manusia. Melalui inkarnasi ini hubungan interpersonal (interpersonal relationship) antara Yesus dan kita menjadi mungkin. Melalui teladan Yesuslah, manusia bisa mengerti bagaimana menjadi manusia. Melalui keberadaan Yesus dalam sejarah, ajaran-Nya, kelakuan-Nya, percakapan, dan hidup-Nya, barulah kita mengerti bagaimana seharusnya jadi manusia.

Kemudian Pdt. Stephen Tong melanjutkan pembahasan soal moral. Sering kali seseorang menganggap dirinya bermoral, tetapi dia sama sekali belum mengerti apa itu moral. Aspek moral sudah Tuhan tanam dalam hati manusia. Sesuatu yang membuat manusia tahu sesuatu itu dosa atau tidak, dan baik atau buruk. Beberapa penjelasan dalam bagian moral ini:

Seks dan Pakaian

Tubuh manusia itu indah, tetapi ada bagian yang perlu ditutupi, yaitu seks. Sedangkan dalam pernikahan, ketelanjangan suami istri adalah keindahan yang justru tidak perlu ditutupi. Kenapa demikian? Karena manusia sudah jatuh ke dalam dosa, maka perlu pakaian untuk menutupi tubuh mereka sebab seks tidak boleh terbuka. Semua bagian seks harus tertutup meskipun seks adalah salah satu yang terbaik yang Tuhan berikan untuk manusia. Hanya saja, seks menjadi sesuatu yang indah dan penting jika dilakukan di dalam pernikahan yang sah.

Memang tidak semua orang dapat menikmati seks yang indah itu dalam pernikahan. Ada orang yang tidak pernah menikah, pacaran, bahkan pasangan yang meninggal ataupun harus berpisah dalam waktu cukup lama. Namun, apakah dengan begitu manusia tidak dapat hidup? Alkitab mengatakan manusia bukan hidup dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Kebutuhan yang pertama bagi manusia adalah firman Tuhan.

Budaya Sapi vs. Budaya Kuda

Pdt. Stephen Tong menjelaskan adanya dua kebudayaan dalam kehidupan manusia. Orang yang berkebudayaan sapi tidak senang pergi jauh. Mereka seperti sapi, bangun tidur ke sawah, kerja sampai sore, setelah itu pulang, bercengkerama dengan keluarga, lalu tidur untuk besok beraktivitas yang sama. Sebaliknya, kebudayaan kuda adalah orang yang suka lari ke sana ke mari. Mereka perlu hidup mencari makanan dan minuman. Hidupnya dinamis dan bergerak terus. Peperangan antara Tiongkok dan Mongolia adalah peperangan antara kebudayaan sapi melawan kebudayaan kuda. Orang Mongolia tidak sabar menunggu untuk bisa makan, mereka berburu dan sering berpindah tempat. Sedangkan orang Tiongkok bertani dan menunggu waktu panen. Mongolia ingin mudahnya saja lalu ingin merampok apa yang dihasilkan orang Tionghoa. Kuda itu bersifat liar, lari semaunya, mau makan yang enak, tidak mau menanam tetapi mau menikmati. Setiap kuda harus ada kandang sendiri, jika tidak, mereka saling menendang karena sifat kuda yang egois. Sedangkan sapi sifatnya damai, murah hati, sabar, tekun bekerja berat, dan bermoral tinggi. Setelah sapi bekerja keras, dagingnya dimakan manusia. Dalam diri manusia ada sifat seperti kuda liar dan sapi. Di sinilah manusia perlu kebijaksanaan dari Tuhan. Kebutuhan dan keinginan makan dan seks bukanlah hal yang utama, tetapi diperlukan. Keduanya perlu dikendalikan dan dinikmati dengan bijaksana.

Pemuda dan Potensinya

Pemuda adalah generasi penerus dari orang-orang yang sudah tua. Untuk bisa meneruskan pekerjaan yang sudah dikerjakan oleh orang-orang tua, pemuda harus dapat menggali potensi dan menjauhi segala dosa. Makanan dan seks itu perlu, tetapi bukan paling penting, yang paling penting adalah firman yang keluar dari mulut Allah. Firman Tuhan yang mampu mengubah seseorang untuk hidup benar dan bermanfaat. Firman Tuhan yang membentuk keluarga Kristen, membangun kehidupan pernikahan, dan mempertumbuhkan hubungan yang baik dengan anak cucu. Bagaimana pemuda dapat mencapai rahasia kemenangan di dalam seks? Takut akan Tuhan. Itu adalah permulaan kebijaksanaan. Ada tiga pengertian tentang kebijaksanaan: (i) orang bijaksana adalah orang yang hormat pada Tuhan; (ii) orang bijaksana adalah orang yang mengenal kesucian Allah; dan (iii) orang bijaksana adalah orang yang menjauhkan diri dari segala kejahatan.

Plato dan Moral

Dalam filsafat Plato, manusia terdiri dari tiga unsur, yaitu rasio, emosi, dan kemauan. Rasio dilambangkan oleh otak (posisi atas). Emosi dilambangkan oleh jantung (posisi tengah). Kemauan dilambangkan oleh seks (posisi bawah/rendah). Bagi Plato, bila manusia hanya mengikuti kemauan yang berada paling bawah, manusia itu adalah manusia yang rendah, tidak lebih dari binatang. Seks tanpa cinta, seks di luar jalur yang sah itu seperti hubungan antarbinatang, bukan manusia. Plato sangat mementingkan kebijaksanaan manusia yang diperoleh oleh rasio.

Roh Kudus dan Moral

Plato tidak memberikan jawaban atas pertanyaan siapakah yang sebenarnya dapat mengontrol rasio manusia. Baik filsafat dunia maupun psikologi menemui jalan buntu. Bagaimana manusia mengontrol seks, cinta, dan pikiran? Alkitab menjelaskannya. Buah dari Allah Roh Kudus yaitu penguasaan diri. Roh Kudus yang menolong manusia untuk menguasai dirinya. Seks dikontrol oleh cinta yang sungguh-sungguh; cinta dikontrol oleh kebenaran firman Tuhan; pikiran dikontrol oleh Roh Kudus. Roh Kudus yang berhak memimpin seluruh kehidupan manusia.

Bab 3 berbicara tentang manusia dan seks. Manusia berbeda dengan binatang. Manusia mempunyai dua keunggulan utama dibandingkan binatang: (i) kebebasan yang jauh lebih luas dan lebih dalam di dalam mengekspresikan dan melakukan hubungan seks, tidak seperti binatang; dan (ii) memiliki postur tubuh yang lincah dan sangat bebas. Ini menunjukkan bahwa Allah sebagai Pencipta manusia adalah perancang terbesar dan teragung. Setiap manusia harus menghargai rancangan Allah ini.

Kemudian Pdt. Stephen Tong menjelaskan tentang kasih dan seks. Ada kasih seksual yang diwujudkan dalam hubungan seks suami dan istri, dan ada kasih naluriah antara orang tua dan anak. Ada juga kasih yang murni yaitu tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Kasih merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kasih dapat membangun relasi, memperdamaikan, memberikan kesabaran, rela menunggu, dan menawarkan perubahan yang lebih baik.

Bagaimanakah manusia dapat menghadapi kebutuhan seks? Celakalah orang yang ingin menikmati seks tanpa cinta. Jika kita melihat malaikat, malaikat ada cinta tetapi tidak ada seks. Binatang tidak ada cinta tetapi memiliki seks. Namun manusia memiliki cinta dan seks. Manusia perlu belajar menyatukan cinta dan seks sebaik mungkin. Jangan menikah dengan orang yang tidak sungguh-sungguh dicintai, karena nanti dia akan jadi korban. Jangan menikah demi memenuhi kebutuhan seks saja. Berdoalah agar dapat menikah dengan orang yang sungguh-sungguh kamu cintai. Jika sudah menemukan, bertekadlah untuk menikah, lalu tentukan kapan waktu menikah.

Terakhir adalah bab tanya jawab. Bab ini cukup panjang, berisi pertanyaan dari orang-orang dan jawaban dari Pdt. Stephen Tong. Contoh pertanyaannya seperti: (i) bagaimana menjelaskan seks kepada anak-anak atau remaja sesuai Alkitab? (ii) bagaimana cara mengetahui kehendak Tuhan dalam pasangan hidup? (iii) apakah setiap orang harus menikah? (iv) bagaimana dengan homoseks? (v) pasangan berbeda agama? (vi) jodoh itu sudah diatur atau kehendak Tuhan? dan masih banyak lagi tanya jawab yang dapat dipelajari.

Vik. Nathanael Marvin Santino

Pembina Pemuda Remaja GRII Solo

Judul: Rahasia Kemenangan dalam Cinta dan Seks menuju Pernikahan
Pengarang : Stephen Tong
Penerbit : Momentum
Tahun : 2012
Jumlah Halaman : 203