Bab 11: Mesin Penggilas
Di bab ini, Koukl menjelaskan empat alasan kenapa orang menolak argumen-argumen yang baik dan benar. Pada kenyataannya, banyak orang yang terlalu percaya diri, terlalu menjengkelkan, dan terus menyela argumen-argumen yang baik dan benar. Orang yang mampu mengakui bahwa keyakinannya dan argumennya salah, sangatlah langka. Bahkan, tidak sedikit orang yang membantah argumen yang masuk akal dan perilaku yang penuh belas kasih. Koukl memberikan sebutan bagi orang yang keras kepala seperti ini dan manuver mengatasi orang tersebut dengan istilah “mesin penggilas”.
Alasan pertama: Rasional
Alasan rasional ini ternyata memang bisa menghambat orang untuk percaya, karena memang pesan Kristen tidak dapat selalu masuk akal bagi setiap orang. Bagi kebanyakan orang, logika Kristen itu memang menimbulkan pertanyaan dan contoh yang kontradiktif. Jadi, tidak selalu argumen yang diterima oleh orang Kristen, dapat juga diterima oleh orang yang non-Kristen.
Alasan kedua: Emosional
Kenapa orang menolak argumen Kristen? Karena masalah emosional. Mereka memiliki pengalaman yang buruk dengan kekristenan, entah dari orang-orang Kristen atau gereja yang kasar. Misalnya, kekristenan mengajarkan bahwa orang yang di luar Kristus akan binasa, memasuki kekekalan tanpa pengampunan, dan mengalami penderitaan yang abadi. Siapa pun tidak akan mampu memikul beban ini bila orang yang mereka kasihi mengalami hal tersebut. Ada juga yang sulit menerima Kristus dan kebenaran dikarenakan alasan keluarga, finansial, dan penganiayaan.
Alasan ketiga: Prasangka
Pikiran mereka sudah bulat dan sulit belajar hal lain. Mereka punya penghakiman mereka sendiri. Prasangka ini sangat dipengaruhi oleh budaya. Mereka sudah punya keyakinan-keyakinan dalam agama dan budaya mereka. Sedangkan di sisi yang lain, orang Kristen tidak mengerti pergumulan orang yang berprasangka ini.
Alasan keempat: Pemberontakan
Memang lawan bicara kita adalah orang yang keras kepala. Kenapa mereka menolak argumen baik dan benar? Karena pemberontakan. Mereka yang terus memberontak kepada Allah sedang melanjutkan pertempuran mereka dengan Allah. Mereka memang tidak mau menerima kebenaran.
Pada dasarnya, mengubah keyakinan orang tidaklah mudah. Banyak hal yang dipertaruhkan dan dikorbankan. Bahkan saking begitu menolaknya, orang itu bisa menjadi kasar secara verbal. Maka dari itu, sebagai orang Kristen, kita perlu memegang kendali percakapan dengan mereka yang berkepribadian dominan dan cenderung bersikap buruk. Mereka adalah orang yang menggiling kita dengan kekuatan kepribadian mereka. Merekalah sang penggilas dalam percakapan. Beberapa karakteristik dari “mesin penggilas”:
- Terus-menerus menyela dan menginterupsi.
- Tidak bersungguh-sungguh mendengarkan argumen.
- Tidak tertarik dengan jawaban apa pun.
- Hanya ingin mengintimidasi dan menang.
Tiga langkah untuk menghadapi “mesin penggilas”:
- Hentikan Dia
Menangani dia harus dengan cara yang lembut. Jangan balik mendamprat sekalipun kita mulai
kehilangan kesabaran, dan juga jangan bertekuk lutut. Daripada mendamprat, sebaiknya memohon dengan ramah supaya ia lebih sopan. Menunda diskusi, izin secara singkat melanjutkan poin tanpa interupsi, pakai isyarat tangan yang menunjukkan bahwa kita belum benar-benar selesai, lalu lanjutkan argumen kita. Contoh: Bolehkah saya mohon waktu sejenak untuk menjawab pertanyaan Anda sebelum Anda mengajukan pertanyaan yang lain? Anda akan punya kesempatan menanggapinya setelah saya selesai, bagaimana?
Jangan biarkan seorang mesin gilas menjengkelkan Anda. Anda akan terlihat lemah jika Anda menjadi defensif dan marah. Tetaplah fokus pada topik percakapannya, bukan pada sikapnya. Bicaralah dengan tenang dan cobalah tampil meyakinkan. - Permalukan Dia
Jika dia merusak kepercayaan atau dia tidak berhenti padahal sudah negosiasi adil, langkah ini akan menolong. Langkah ini lebih agresif dan memerlukan lebih banyak keberanian karena sekarang kita akan mengonfrontasi langsung kekasaran seseorang yang tidak sopan. Kita memanggil namanya. Tunjukkan masalahnya dengan terus terang. Contoh: Bolehkah saya meminta sesuatu dari Anda? Saya ingin menanggapi keprihatinan
Anda, namun Anda terus-menerus menyela. Bisakah saya mendapatkan waktu sejenak tanpa dipotong? Lalu Anda boleh memberi tahu saya apa yang Anda pikirkan. Apakah Anda keberatan? - Tinggalkan Dia
Jika masih belum berhasil, lepaskanlah. Teruslah berjalan. Biarkan dia puas dengan kata terakhirnya, lalu kita kebaskan debu dan tinggalkan. Lebih bijak tidak membuang-buang waktu kita dengan orang bodoh semacam ini. Prinsipnya adalah tidak semua orang layak mendapat jawaban. Yesus memperingatkan, “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi” (Mat. 7:6). Di hadapan Pilatus, Yesus juga bungkam. Untuk mengetahui kapan mundur atau meninggalkan percakapan membutuhkan kebijaksanaan untuk membedakan mana babi dan mana domba tersesat.
Bab 12: Ilmuwan Rhodes
Taktik ini adalah suatu cara untuk mengetahui apakah keyakinan terhadap suatu otoritas itu sah atau tidak. Begitu banyak artikel populer yang bisa menjadi argumen dan sumber keyakinan, tetapi belum tentu artikel itu mendidik dan memberikan informasi yang benar. Taktik ilmuwan Rhodes berpijak pada perbedaan antara memberi tahu dan mendidik. Pemberitahuan adalah soal apa yang dipercaya ilmuwan,
sedangkan pendidikan adalah soal mengapa ilmuwan itu meyakini pandangannya.
Bagaimanakah kita bisa tahu bahwa suatu otoritas itu tercemar? Kunci dari taktik ini adalah selalu meminta penjelasan. Jangan puas hanya dengan opini saja. Kita tidak mau termangsa kesalahan umum dari seorang ahli atau informasi yang digunakan. Para ahli tidak selalu benar. Pertanyaannya adalah, “Mengapa saya harus percaya pendapat orang itu?” Gelar dan jabatan seseorang tidak menentukan keahliannya betul teruji dan akurasi data yang dia berikan benar-benar berotoritas. Para ilmuwan memang punya modal otoritas, tetapi kita perlu memikirkan pertimbangan lain. Pertimbangkan juga paradigma filosofis yang menentukan kesimpulan-kesimpulan seperti apa yang dapat diterima dan
kesimpulan-kesimpulan apa yang tidak.
Taktik ilmuwan Rhodes berarti menanyakan alasan sang ilmuwan, bukan hanya percaya pada gelar-gelarnya saja. Tanyalah pertanggungjawabannya, faktanya, buktinya, dan penjelasannya. Ini akan menolong kita menyingkirkan fakta sekaligus filsafat yang mungkin mencemari penafsiran yang sebenarnya. Ini memungkinkan kita memeriksa sendiri pandangan ilmuwan tersebut daripada sekadar memercayainya begitu saja. Penjelasan lebih penting daripada banyaknya vote.
Vik. Nathanael Marvin Santino
Hamba Tuhan GRII Semarang