Wisdom and Wonder: Common Grace in Science and Art

Judul Buku: Wisdom and Wonder: Common Grace in Science and Art
Pengarang : Abraham Kuyper
Penerbit : Christian’s Library Press
Tahun Penerbitan: 2011
Jumlah Halaman: 191 Halaman

Introduksi
Theologi Reformed mengenal dua jenis anugerah, yakni anugerah khusus (particular grace) dan anugerah umum (common grace). Anugerah khusus adalah anugerah keselamatan yang diberikan kepada umat pilihan-Nya. Sedangkan anugerah umum berupa alam ciptaan yang keindahan dan kompleksitasnya dapat dinikmati oleh semua orang, entah itu orang percaya atau bukan. Abraham Kuyper adalah salah satu theolog yang memopulerkan kata “common grace” dan memakai kata tersebut sebagai judul bukunya. Karya aslinya ditulis dalam bahasa Belanda, tapi kemudian Christian’s Library Press menerjemahkannya dalam bahasa Inggris. Buku Wisdom and Wonder: Common Grace in Science and Art adalah proyek terjemahan pertama dari total tiga volume buku tersebut. Alasan utama penerbit melakukan proyek ini adalah kurangnya tendensi sebagian besar gereja Injili dalam menjangkau kaum intelektual. Hal ini mengakibatkan bidang-bidang intelektual seperti sains dan seni dipakai oleh manusia untuk melawan Tuhan. Melalui buku ini, Abraham Kuyper menegaskan kembali sains dan seni adalah anugerah umum yang Allah berikan untuk menyatakan kebenaran, keindahan, dan kebaikan bagi manusia.

Buku ini dibagi dalam dua tema utama yaitu anugerah umum pada sains dan anugerah umum pada seni. Setiap tema dibagi menjadi lima aspek utama yang berkaitan dengan sains dan seni. Kuyper membahas dua tema ini secara umum dan mudah dipahami oleh kaum awam. Sehingga buku ini tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang bergelut di bidang sains dan seni saja, tetapi untuk pembaca umum. Hal ini dikarenakan dua bidang ini adalah sesuatu yang sering kita jumpai setiap hari, terutama di abad ke-21. Smartphone yang biasa kita pakai saja sudah memiliki kedua aspek tersebut. Maka dari itu, tanpa pengertian prinsip firman Tuhan yang tepat, orang Kristen akan mudah sekali terjebak dengan interaksi yang salah terhadap dua bidang tersebut. Melalui buku ini, Kuyper memberikan prinsip-prinsip dasar bagaimana seharusnya setiap orang Kristen berhadapan dengan sains dan seni.

Common Grace in Science
Sebagian orang menganggap bahwa sains secara historis tidak dapat berkembang tanpa dukungan dari pengaturan institusi gereja dan negara. Seolah-olah perkembangan sains sangat bergantung pada kedua institusi ini. Tapi, Kuyper kurang setuju dengan pandangan tersebut. Sains harus memiliki karakter independen. Alasannya adalah sains berasal dari ciptaan Allah yang sudah ada sebelum kejatuhan manusia. Hal ini berbeda dengan institusi gereja dan negara yang ada setelah manusia jatuh dalam dosa. Seandainya kejatuhan manusia tidak terjadi pun, maka sains akan tetap ada. Sains terlahir dari respons manusia terhadap alam yang diciptakan Allah. Bagi Kuyper, hal ini menunjukkan bahwa sifat independensi adalah suatu desain ilahi pada ciptaan untuk dapat berkembang menjadi sains.
Kemudian, setelah Kuyper membahas pentingnya karakter independen pada sains, ada lima aspek yang berkait dengan sains sebagai anugerah umum. Dalam resensi ini hanya akan dibahas dua aspek saja.

Knowledge
Salah satu aspek yang pasti ada pada sains adalah pengetahuan (knowledge). Pada bagian ini Kuyper menekankan kepada setiap orang Kristen untuk menggunakan pengetahuan dengan cara yang benar. Hal ini berlandaskan pada prinsip Alkitab yang membedakan pengetahuan yang salah (false knowledge)[1] dan pengetahuan yang benar (true knowledge). Kuyper melihat adanya perbedaan ini disebabkan oleh dosa yang telah memengaruhi manusia. Manusia yang berdosa menyingkirkan Allah sejauh mungkin ketika ia mempelajari sains. Sehingga pada akhirnya sains tidak lagi dibangun untuk memuliakan Allah, tetapi untuk memberontak atas pemerintahan-Nya.

Kuyper juga mengingatkan untuk membedakan pengetahuan yang salah dan benar secara tepat. Ada yang menganggap bahwa pengetahuan yang benar hanya mengenai pengetahuan anugerah Allah melalui Kristus. Sedangkan pengetahuan yang salah adalah hal-hal yang bersifat materiil. Kuyper jelas-jelas menolak pandangan ini karena manusia dapat salah mengenal alam maupun juga Allah. Hal ini terbukti dari ilmu pengetahuan yang terus berubah dan manusia mengganti penyembahan kepada Allah dengan ilah-ilah palsu. Sehingga persoalan benar atau salah bukan terletak pada di mana (gereja atau laboratorium), melainkan pada prinsip-prinsip apa yang digunakan untuk memulai suatu investigasi.

Education
Bagian ini adalah aspek terakhir yang ditulis oleh Kuyper untuk menjadi kesimpulan bagaimana seharusnya orang Kristen menghadapi sains sebagai anugerah umum. Hal ini dikarenakan orang bukan percaya tidak dapat menyingkapkan keagungan dan hikmat Allah di dalam kepenuhan-Nya. Walaupun di sisi lain, ada kebaikan yang dapat dihasilkan, tetapi orang yang tidak percaya tetap mendirikan bangunan sains dengan tidak menjadikan Allah sebagai fondasi bangunan tersebut. Sehingga adakalanya di tangan orang tidak percaya, sains menjadi alat untuk mengaburkan keagungan dan hikmat Allah di dalam ciptaan.

Kuyper sangat mewaspadai hal ini karena sains di dalam ranah akademis juga berfungsi sebagai media edukasi, terutama universitas. Pengaruhnya tidak hanya di kalangan civitas akademis saja, tetapi juga dapat memengaruhi arah perkembangan bidang-bidang lainnya seperti sekolah, politik, ekonomi, negara, dan lain-lain. Sehingga jikalau universitas dipenuhi oleh orang-orang tidak percaya, maka kekristenan akan berada dalam bahaya tergerus oleh pemikiran dunia. Oleh karena itu, orang Kristen harus terlibat dalam memengaruhi universitas. Dengan demikian, Allah dapat dipermuliakan melalui sains dan kehidupan bermasyarakat yang dibangun di atas dasar prinsip firman Tuhan.

Common Grace in Art
Seni sebagai anugerah umum adalah salah satu topik yang sangat perlu dipelajari oleh setiap orang Kristen. Istilah seni telah menjamur di berbagai bidang. Seni tidak lagi berkutat pada lukisan dan musik saja. Bidang-bidang seperti memasak dan bela diri juga sudah menggunakan istilah seni. Hal-hal yang berkait dengan sejarah ibadah kekristenan juga tidak terlepas dari penggunaan seni sebagai media yang sifatnya religius. Mulai dari seni arsitektur, pujian, sampai musik telah menjadi bagian penting bagi orang Kristen dalam beribadah kepada Allah. Ada dua dari lima aspek mengenai seni yang akan dibahas secara singkat di bawah ini.

Beauty
Tidak dapat dipungkiri bahwa keindahan menjadi tolak ukur utama dalam menilai kualitas sebuah karya seni. Pentingnya keindahan sebagai aspek seni mendorong Kuyper untuk menginvestigasi ini secara lebih mendalam. Ia memulai dengan satu isu yang mengontraskan antara daging (flesh) dan jiwa (spirit). Seolah-olah hal-hal yang sifatnya kedagingan hanya membawa kita kepada dosa. Keindahan tidak lagi dilihat sebagai sesuatu yang baik, melainkan menjadi alat untuk terpikat kepada nafsu kedagingan. Pemikiran seperti ini menjerumuskan pada paradigma bahwa yang indah pasti selalu berkait dengan godaan dosa, sedangkan kejelekan/kesederhanaan (ugliness) membawa kita dekat kepada Tuhan.

Kuyper sangat tidak setuju dengan paradigma tersebut dalam melihat keindahan. Pada kenyataannya, keindahan itu terasa nyata ketika kita memandang alam semesta yang diciptakan oleh Allah. Sehingga keindahan ciptaan pasti berasal dari Allah, bukan dari setan. Kuyper memberikan contoh bagaimana Tuhan Yesus sangat menghargai keindahan. Ia menghadiri pesta pernikahan (Yoh. 2:1-11) dan Ia juga mengatakan bagaimana Allah mendandani rumput di ladang dengan keindahan tertentu (Mat. 6:30). Keindahan tidak hanya ada pada inspirasi atau kemampuan imajinasi manusia saja, tetapi juga ada dalam dunia natural yang langsung diciptakan oleh Allah sendiri (Mzm. 19:1).

Creativity
Selain keindahan, aspek seni lainnya yang juga tidak boleh diabaikan adalah kreativitas. Sebuah karya seni terlahir karena adanya daya imajinasi dan kreativitas dari para seniman. Kuyper berkata bahwa para seniman tidak hanya sekadar menjiplak dari alam, tetapi sesuatu yang dapat melebihi alam (beyond nature). Hal ini dapat terjadi karena manusia diciptakan sebagai gambar dan rupa Allah. Allah mencipta, begitu juga manusia dapat “mencipta”. Tapi, manusia hanya sanggup menciptakan dari apa yang sudah ada, sedangkan Allah menciptakan alam semesta dari ketiadaan. Walaupun demikian, kreativitas yang Allah berikan kepada manusia tetap mampu menjadikan sesuatu yang biasa menjadi menarik dan agung. Seperti yang dikatakan oleh Kuyper, Allah menciptakan manusia yang hidup melalui diri Adam, dan seniman membuat gambar manusia dengan marmer.

Walaupun kreativitas kerap kali diidentikkan dengan kebebasan, akan tetapi kebebasan ini tidak boleh digunakan secara liar. Ekspresi liar di dalam kreativitas seni dapat mengakibatkan definisi keindahan menjadi kabur dan tidak jelas, seperti seni yang hanya digunakan untuk menampilkan sesuatu yang bersifat sensual semata dan menghadirkan konflik terhadap moralitas, kesopanan, dan kekudusan hidup. Sehingga, terkadang ada sebagian orang yang mengambil solusi praktis dengan bersikap antipati terhadap seni. Kebanyakan orang Kristen sudah tidak peduli lagi terhadap seni macam apa yang dibuat oleh manusia saat ini. Kita sudah puas jika seni dapat menghibur kita, tidak peduli itu seni yang baik atau tidak. Kuyper tidak setuju dengan solusi seperti ini, karena pada faktanya Alkitab menyatakan bahwa Allah tidak menjauhi keindahan. Bukankah Allah menciptakan bumi dengan segala isinya yang penuh dengan kesan artistik? Mulai dari skala makro, ada kumpulan bintang yang berkelap-kelip dengan indahnya hingga skala mikro, di mana ada interaksi antarsel yang begitu kompleks. Semua itu diciptakan-Nya dengan seni yang berkualitas tinggi. Maka dari itu, Kuyper mengatakan bahwa tugas kita sebagai orang Kristen adalah menghancurkan hal-hal yang jahat dari dunia seni agar Allah dan kebenaran-Nya dapat dipermuliakan.

Kesimpulan
Kuyper melalui bukunya menyadarkan kita bahwa Yesus Kristus tidak hanya sekadar memberitakan keselamatan kepada manusia yang berdosa, tetapi Ia juga menyatakan kepada kita bagaimana sebagai manusia menjalani hidup di dunia dengan seutuhnya di hadapan Allah. Sains dan seni bukan lagi dilihat sebagai dunia sekuler yang tidak berkait dengan Kristus. Sains dan seni adalah anugerah umum yang Allah berikan untuk menyatakan kemuliaan dan keagungan-Nya. Kiranya setiap orang Kristen menyadari bahwa sains dan seni juga harus dikerjakan dengan benar dan bertanggung jawab di hadapan Tuhan sebagai respons kita kepada-Nya.

Without artistic enjoyment our human living is impoverished” – Abraham Kuyper

Trisfianto Prasetio
Pemuda GRII Bandung

Endnotes:
[1] Band. Yes. 47:10, Pkh. 1:18, 1Kor. 3:19.