Dari Seteru menjadi Rekan Sekerja Allah (1)

Fine art, di dalam konteks artikel ini kita berbicara khususnya mengenai lukisan, merupakan warisan yang tidak bisa diabaikan oleh kita sebagai orang Kristen. Di dalam sejarah, Tuhan telah menghadirkan berbagai pelukis dari berbagai latar belakang yang melukis berbagai lukisan Kristen. Lukisan Kristen yang dimaksudkan di sini adalah lukisan-lukisan yang mengambil tema atau peristiwa yang terjadi di dalam Alkitab. Para pelukis ini melukiskan berbagai peristiwa Alkitab dengan gaya lukisan mereka masing-masing yang terkait dengan gaya lukisan pada zaman mereka berada. Terlepas dari apakah para pelukis ini menghasilkan karya-karya ini sebagai ekspresi dari iman mereka atau karena profesi mereka, lukisan-lukisan ini tetap memiliki hal-hal yang dapat kita pelajari. Bukan hanya mengenai teknik lukisan dari para pelukis ini, tetapi juga teknik-teknik lukisan ini digunakan untuk mengekspresikan kisah Alkitab. Melalui ekspresi ini, kita dapat mempelajari interpretasi dari para pelukis mengenai kisah Alkitab tersebut yang mungkin dapat memberikan insight atau pengertian yang lebih di dalam kita mengerti akan kisah-kisah yang ada di Alkitab. Di dalam artikel ini, kita akan sedikit mengulas salah satu kisah dalam kehidupan Paulus yang dijadikan sebuah lukisan yang indah dan terkenal dari seorang pelukis bernama Caravaggio. Ia mengambil kisah pertobatan Paulus sebagai tema dari lukisannya tersebut.

Kisah Para Rasul 7:58 mencatat kemunculan Saulus untuk pertama kalinya di dalam Alkitab. Pada waktu itu adalah peristiwa ketika Stefanus diadili di Mahkamah Agama hingga akhirnya diseret dan dilempari batu sampai mati. Kisah Para Rasul 8:1 mencatat, “Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh.” Selanjutnya, Kisah Para Rasul 8:3 mengatakan bahwa Saulus menganiaya orang-orang yang mengikuti Kristus dan memasukkan mereka ke dalam penjara. Kisah Para Rasul 9:1-2 menyatakan betapa Saulus memiliki hati yang berkobar-kobar untuk menganiaya pengikut Kristus. Ia bahkan mendapatkan hak untuk melakukan hal tersebut dari Imam Besar di Yerusalem.

Saulus adalah orang Yahudi yang memiliki posisi penting sehingga dirinya mendapatkan hak untuk menganiaya pengikut Kristus, diberikan surat kuasa dari Imam Besar. Dia memiliki dorongan begitu besar untuk menganiaya pengikut Kristus. Sampai dalam suatu perjalanan ke Damsyik, ada cahaya begitu terang dari langit mengelilingi Saulus, dia rebah ke tanah, dan Allah sendiri yang berkata kepadanya, “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” (Kis. 9:4).

Peristiwa di Damsyik ini adalah peristiwa pertobatan Saulus, dan ini dilukiskan oleh Caravaggio (1571-1610), seorang pelukis asal Italia. Ada dua versi dari lukisan ini, The Conversion of St. Paul (1600) dan The Conversion on the Way to Damascus (1601). Beberapa sumber mengatakan bahwa Caravaggio melukis tema yang sama untuk kedua kalinya karena versi yang pertama ditolak oleh patronnya.

Lukisan versi yang kedua diletakkan di Cerasi Chapel di Gereja Santa Mario del Popolo, Roma dan merupakan salah satu dari dua lukisan yang dibuat oleh Caravaggio, yang lainnya adalah The Crucifixion of Saint Peter.

Lukisan-lukisan dari Caravaggio memiliki ciri khas, yaitu melukis dengan teknik chiaroscuro (dalam perkembangannya menjadi lebih spesifik, yaitu tenebroso), yang menunjukkan permainan antara terang dan gelap (kontras) untuk memberikan efek dramatis. Selain ituciri khas lain dari Caravaggio adalah teknik foreshortening, yang menunjukkan efek tiga dimensi melalui penggambaran figur dalam lukisan yang menjorok keluar ke arah kita yang melihatnya. Kontras dalam The Conversion on the Way to Damascus antara yang terang dan gelap begitu jelas, seolah-olah tidak ada cahaya lain selain yang mengarah kepada Saulus. Selain itu, posisi Saulus yang terjatuh, rebah ke tanah, juga seolah-olah terjatuh ke arah kita sebagai yang mengamati lukisan ini.

Pada bagian kanan atas dari lukisan ini, ada seseorang yang digambarkan oleh Caravaggio dan sosok tersebut digambarkan dengan raut wajah seolah-olah tidak tahu apa yang terjadi. Ada tafsiran yang mengatakan bahwa ini menunjukkan panggilan personal Tuhan kepada Saulus. Kemudian pada bagian bawah lukisan, terdapat tiga hal yang dapat diperhatikan. Pertama, Saulus yang terjatuh dengan posisi tangan dan kaki yang terbuka menggambarkan ketidakberdayaan. Kedua, mata Saulus yang tertutup menggambarkan dia yang mengalami kebutaan tiga hari setelah peristiwa ini. Ketiga, pada bagian bawah di sebelah kiri dan kanan lukisan ada pedang dan penutup kepala Saulus yang terlepas dari dirinya. Ini menggambarkan vulnerability dan fragility manusia pada waktu menghadap kemuliaan Allah.

Kita tidak mengetahui seberapa Caravaggio betul-betul memahami Alkitab dan mengenal Kristus. Namun, lukisannya ini begitu agung dan menunjukkan betapa dramatis, mencekam, dan intensnya suasana pada waktu peristiwa ini terjadi. Saulus adalah seorang yang menolak Kristus dan karenanya ia menganiaya pengikut-Nya. Namun, saat waktunya Tuhan tiba, Dia sendiri yang memanggil hamba-Nya, sehingga tidak ada kebencian yang menguasai dirinya, tetapi panggilan dan kasih Tuhan yang memenuhi diri Saulus.

Peristiwa pertobatan Saulus ini begitu ajaib. Kisah Para Rasul 9 mencatat bahwa setelah peristiwa ini terjadi, murid-murid tidak percaya bahwa Saulus sudah bertobat. Begitu banyak dari orang-orang di sekitarnya yang heran bahwa orang yang dahulu menganiaya umat Tuhan kini berbalik arah dan memberitakan Mesias, Sang Anak Allah. Di dalam lukisan ini, Saulus benar-benar helpless, dia tidak dapat membela diri sedikit pun. Dia terjatuh dan rebah ke tanah, pedang dan penutup kepalanya lepas dari dirinya. Orang yang berada di dekatnya juga tidak dapat berbuat apa pun. Segala kebanggaan dan pencapaian yang selama ini Paulus miliki menjadi tidak ada artinya ketika ia berhadapan dengan Tuhan.

Hal yang sama terjadi juga di dalam diri kita. Mungkin ada banyak hal yang kita banggakan di dalam hidup kita, tetapi semuanya itu tidak berarti apa-apa di hadapan Tuhan. Kita perlu kembali mengingat dan menyadari siapa sebenarnya kita di hadapan Tuhan. Secara materi, kita hanyalah setumpuk debu yang Tuhan ubah menjadi sebuah tubuh. Kita tidak memiliki nilai apa-apa jikalau bukan Tuhan sendiri yang membentuk dan memberikan kita nilai. Oleh karena itu, marilah kita hidup dengan rendah hati di hadapan Tuhan dan bergantung sepenuhnya kepada Dia, karena hanya di dalam Dialah dan dengan melakukan kehendak-Nyalah hidup kita memiliki nilai yang sebenarnya. Maka segala sesuatu yang kita kerjakan di luar Tuhan hanyalah kesia-siaan, bahkan adalah dosa yang mendukakan hati Tuhan. Melalui lukisan yang agung dari Caravaggio ini, biarlah kita dapat membayangkan dan memikirkan kembali bagaimana Tuhan yang memanggil Saulus untuk bertobat dan bagaimana jika pertanyaan yang sama diajukan kepada kita. Apabila Tuhan bertanya, “Mengapa engkau menganiaya Aku?” bagaimana respons kita?

Sharon Nobel

Pemudi GRII Bandung

Referensi:

  1. Kelih. 2004, September 28. Shedding Light on Caravaggio. https://depts.washington.edu/hrome/Authors/kelih/Caravaggio/pub_zbarticle_view_printable.html#246.
  2. Kristanto, Billy. 2016. 50 Lukisan Agung dan Makna di Dalamnya. Momentum Christian Literature. Surabaya.
  3. Zucker, Steven & Harris, Beth. “Caravaggio, The Conversion of St. Paul (or The Conversion of Saul)”. Khanacademy.org. 24 Apr 2017, https://www.khanacademy.org/humanities/renaissance-reformation/baroque-art1/baroque-italy/v/caravaggio-saul.