Naga, Monster, Lewiatan

Minggu ini, warga etnis Tionghoa di seluruh dunia memperingati tahun baru menurut kalender
Cina. Menurut perhitungan astrologi Cina, tahun yang baru ini adalah Tahun Naga. Anak-anak yang
dilahirkan dalam tahun ini mendapat kehormatan untuk ber-shio naga. Saya katakan “kehormatan”
karena nyatanya banyak orang Tionghoa yang merasa bangga dan beruntung mendapatkan
keturunan ber-shio naga sebanyak-banyaknya. Bahkan, ada yang rela menempuh cara caesar supaya
anaknya tiba di dunia sebelum tahun naga berlalu.

Menarik memang ketika menemukan bahwa kebudayaan yang lain mempunyai pandangan yang
sangat berbeda tentang makhluk yang sama. Naga dalam Perjanjian Lama mungkin dapat diwakili
oleh kata tannin, yang diterjemahkan oleh LAI sebagai “binatang laut yang besar” (Kej. 1:21), “ular”
(Kel. 7:9-10), “buaya” (Yeh. 29:3), atau “ular naga” (Mzm. 74:13). Dalam Alkitab bahasa Indonesia, tannin
sering diartikan “Lewiatan”. Dalam Perjanjian Baru, drakon, dipakai dalam kitab Wahyu untuk
menggambarkan Iblis. Mungkin ini karena di dunia Timur Tengah pada saat itu, naga sudah dikenal
sebagai monster yang menakutkan, sehingga pemakaian makhluk imajinasi itu untuk mewakili Iblis
dapat menimbulkan efek horor yang diinginkan oleh Rasul Yohanes.

Kita tidak tahu dengan pasti dari mana konsep tentang naga berasal. Naga adalah binatang
yang sangat kabur. Ia membawa hawa keilahian, pujaan bagi beberapa kebudayaan, tetapi juga
menyimpan aura monster, Iblis, musuh manusia pada kebudayaan lain. Dalam Alkitab sendiri,
Lewiatan muncul dalam konotasi negatif (Mzm. 74:13) dan positif (Mzm. 104:26). Ada yang
menafsirkan bahwa Lewiatan dalam ayat yang disebut belakangan sangat mungkin adalah ikan paus.
Saya sendiri mempunyai hipotesis bahwa mitos tentang monster laut disebarkan oleh para pelaut
yang melihat atau diganggu oleh ikan paus dalam perjalanan mereka.

Namun, apapun Lewiatan dan naga itu, dalam dunia Alkitab, ia adalah monster yang takluk di bawah
kuasa Tuhan. Dalam gambaran yang positif, Lewiatan adalah makhluk ciptaan Tuhan dan bermain-
main dalam laut yang Tuhan ciptakan. Dalam gambaran yang negatif, monster itu muncul sebagai
naga, tannin maupun drakon, yang dapat dipakai untuk melambangkan musuh Tuhan dan umat-Nya:
dari Mesir sampai Iblis. Apapun itu, setiap kali naga disinggung, ia tetap adalah makhluk yang takluk
dan dikalahkan oleh Tuhan.

Ketika seluruh dunia menyambut datangnya Tahun Naga, marilah orang Kristen mengingat binatang
itu dalam cerita Alkitab. Kita mempunyai kisah petualangan kita sendiri dengan monster itu. Dalam
kisah petualangan ini, kiranya Mazmur 74:13 selalu menjadi iman kita: “Engkaulah yang membelah
laut dengan kekuatan-Mu, yang memecahkan kepala ular-ular naga (tannin) di atas muka air.”