Empat lagu yang sudah kita bahas dalam beberapa artikel sebelumnya merupakan bagian dari scene 1 dari Messiah yang menggambarkan kedatangan Sang Mesias dari perspektif kedamaian, kelepasan, dan penghiburan. Kontras dari hal itu, scene 2 lebih menggambarkan kedatangan Sang Mesias yang akan menyatakan kuasa-Nya yang sangat menakutkan. Kedua scene ini menggambarkan kedatangan Raja yang disegani sekaligus dikasihi. Kita juga dapat melihat dalam bagian pertama Messiah, accompanied recitative digunakan ketika seorang nabi (secara metafora) sedang berbicara. Dalam scene 1, accompanied recitative muncul ketika seruan, “Comfort ye”. Sedangkan dalam scene 2, bentuk ini kembali muncul ketika Nabi Hagai sedang menyerukan akan perkataan Tuhan, “Thus saith the LORD of hosts” (Hag. 2:6-7).
Scene 2: The Coming Judgement
5. Accompanied Recitative: Thus saith the Lord (Bass)
And I will shake all nations, and the desire of all nations shall come: and I will fill this house with glory, saith the LORD of hosts. The silver is mine, and the gold is mine, saith the LORD of hosts. (Hag. 2:6-7)
Aku akan menggoncangkan segala bangsa, sehingga barang yang indah-indah kepunyaan segala bangsa datang mengalir, maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan, firman TUHAN semesta alam. Kepunyaan-Kulah perak dan kepunyaan-Kulah emas, demikianlah firman TUHAN semesta alam. (Hag. 2:7-8)
Behold, I will send my messenger, and he shall prepare the way before me: and the Lord, whom ye seek, shall suddenly come to his temple, even the messenger of the covenant, whom ye delight in: behold, he shall come, saith the LORD of hosts. (Mal. 3:1)
Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam. (Mal. 3:1)
Rhythm seperti bagian pertama French Overture pun kembali muncul sebagai pembukaan dari recitative ini. Tetapi, dengan suasana yang lebih cepat dan terkesan mencekam. Musik ini merepresentasikan ketika seorang nabi menyatakan kengerian murka dan keadilan Tuhan. Lagu ini dinyanyikan dengan not 1/16 oleh solois bas yang menekankan kata “shake”, bahwa ketika Sang Mesias datang, para musuh-Nya akan ditaklukkan.
Solois bas dengan suara yang rendah dan gelap menyanyikan not cepat seakan-akan menghasilkan efek seperti guncangan.
Selanjutnya dimulai dari kalimat “all nations; I’ll shake…” iringan not 1/16 berubah dari dotted rhythm menjadi bentuk yang berulang. Di dalam musik Baroque, teknik ini dikenal juga sebagai stile concitato, gaya seperti saat berperang. Teknik ini digunakan untuk menggambarkan bagian yang menyatakan nubuat kehadiran Sang Mesias yang akan berperang melawan bangsa-bangsa lalim. Pada bagian kata “desire”, Handel menggunakan running notes yang cenderung makin tinggi nadanya, dan iringan stile concitato berubah menjadi note 1/8 yang dimainkan secara legato.
Perubahan yang tiba-tiba ini dimaksudkan untuk menghasilan suasana yang ironis, yaitu kengerian atau suasana mencekam yang menghantui orang-orang yang menginginkan kehadiran Tuhan. Hal ini berkaitan dengan perkataan atau ejekan Amos kepada bangsa-bangsa bahwa kengerian akan datang melingkupi seluruh bumi, dan Tuhan mungkin menganggap umat-Nya sendiri sebagai musuh-Nya (Am. 5:18-19).
6. Aria: But who may abide the day of His coming (Alto)
But who may abide the day of his coming? And who shall stand when he appeareth? For he is like a refiner’s fire, and like fullers’ soap. (Mal. 3:2)
Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. (Mal. 3:2)
Sebagai respons dari recitative yang begitu mengerikan, aria yang mengikutinya mengajukan sebuah pertanyaan, “But who may abide the day of His coming?” Aria ini memperjelas atau lebih menekankan ketakutan atau kengerian dari kedatangan Sang Mesias. Jikalau lagu sebelumnya belum memberikan ketakutan yang jelas, bagian ini memberikan suasana yang lebih mencekam, terutama mulai dari kalimat “For he is like a refiner’s fire” yang merupakan bagian kedua dari lagu ini. Pada bagian “But who may abide” solois menyanyikan dengan lambat dan datar. Akan tetapi, Handel membuat kontras dengan bagian kedua dari lagu ini. Secara jelas kita dapat melihat dalam tempo yang dipakai. Bagian kedua memakai tempo yang jauh lebih cepat terutama di dalam kata “refiner’s fire”. Api dari penyucian ini digambarkan dengan dahsyat dan terkadang seperti anak panah yang ditembak secara terus-menerus.
Melalui bagian kedua lagu ini, Handel menggambarkan kedatangan Tuhan seperti api yang membara yang di satu sisi menyucikan, tetapi di sisi lain memberikan suasana yang mencekam.
7. Chorus: And He shall purify the sons of Levi
And he shall sit as a refiner and purifier of silver: and he shall purify the sons of Levi, and purge them as gold and silver, that they may offer unto the LORD an offering in righteousness. (Mal. 3:3)
Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN. (Mal. 3:3)
Sampai bagian ini, scene 2 digambarkan dengan pernyataan yang menggelegar akan nubuat kehadiran Tuhan dalam dunia. Namun di akhir scene ini, Tuhan masih menyediakan comfort namun disertai dengan api. Api yang dimaksudkan adalah api penyucian atau pemurnian. Panasnya begitu nyata dan intens, namun akhir dari penyucian akan menghasilkan “the sons of Levi” yang sejati.
Meskipun Handel menciptakan lagunya dengan nada dasar minor, namun nada yang digunakan lebih rendah dan santai. Jika kita membandingkan dengan “But who may abide”, lagu ini memiliki tempo yang lebih cepat dan iringan yang lebih ringan. Semua musiknya diatur sedemikian rupa dengan keseimbangan yang sempurna. Lagu ini masih memiliki kesan yang serius dan menyakitkan akan api pemurnian, tetapi juga terdapat kesan sukacita dan kelincahan untuk menyatakan hasil dari pemurnian. Keempat suara jarang dinyanyikan bersama-sama. Hanya ketika frasa “that they may offer unto the Lord, an offering in righteousness” yang melambangkan kebersamaan, setelah dimurnikan, dalam memberikan korban kepada Tuhan.
Dalam lagu “And He shall purify”, kita dapat melihat tone painting yang Handel berikan. Suku kata “puri-fy” memakai not yang digambarkan seperti api untuk menyatakan bahwa Tuhan datang untuk memurnikan umat-Nya dengan api. Bagian ini dinyanyikan dengan ringan dan memiliki intensitas seperti api yang membakar perlahan-lahan namun dengan suatu panas yang tinggi. Api ini berada di tengah-tengah paduan suara yang melambangkan umat Tuhan yang sedang dimurnikan.
Refleksi
Berkaitan dengan api yang menyucikan, John Calvin menyatakan, “The power of fire, we know, is twofold: for it burns and it purifies; it burns what is corrupt; but it purifies gold and silver from their dross.” Gambaran atau pengenalan mengenai Allah sebagai api yang menghanguskan dan menyucikan bukanlah gambaran yang disukai oleh banyak orang. Kebanyakan orang memandang Juruselamat dengan gambaran yang lebih menyenangkan, menghibur, atau memberi kelegaan. Ada juga yang mengharapkan keadilan tetapi lebih kepada keadilan terhadap orang yang dianggap telah menindas diri kita. Sulit sekali orang memiliki gambaran Allah yang akan menyatakan keadilan kepada diri kita sendiri, yang akan memurnikan kita, karena hal ini dianggap memerlukan pengorbanan dari sisi diri. Namun, inilah gambaran dari Sang Mesias yang hadir ke dalam sejarah manusia ini. Ia datang tidak hanya memberikan penghiburan dan kelegaan kepada umat-Nya, Ia juga akan menyatakan keadilan dan memurnikan kita. Sang Juruselamat hadir bukan untuk memenuhi keinginan manusia berdosa yang egois. Ia hadir untuk menggenapi kehendak Allah di dalam sejarah manusia. Kehadiran-Nya menjadi penghiburan bagi yang tertindas dari cengkeraman dosa dan ketidakadilan. Namun di saat bersamaan, kehadiran-Nya menjadi kengerian bagi orang-orang yang selama ini berkuasa atau bertindak lalim di tengah dunia ini. Ia hadir untuk menghiburkan sekaligus untuk memurnikan, bagai api yang membara membersihkan dari kotoran-kotoran yang ada. Semua ini dilakukan agar kita dapat kembali beribadah kepada Allah yang sejati dan mempersembahkan diri kita sebagai persembahan yang benar di hadapan-Nya. Kiranya melalui tiga lagu dari scene 2 Oratorio Messiah ini, kita disadarkan bahwa kehadiran Allah bukan hanya menghiburkan tetapi juga menyucikan hidup kita dari segala dosa. Melalui penyucian inilah kita dapat mempersembahkan diri sebagai persembahan yang hidup dan berkenan di mata Tuhan.
Simon Lukmana (Pemuda FIRES)
Howard Louis (Pemuda GRII Batam)