Scene 3: The Prophecy of Christ’s Birth
Section 1
Scene 1 dan 2, yang sudah kita bahas di dalam artikel-artikel sebelumnya, masing-masing menggambarkan nubuat kedatangan Tuhan ke dalam dunia dengan perspektif yang unik. Scene 1 menggambarkan kedatangan Kristus di dalam perspektif kedamaian, kelepasan, dan penghiburan, sedangkan scene 2 menggambarkan Kristus di dalam perspektif yang menakutkan, yaitu judgment atau penghakiman. Di dalam scene 3, Handel tetap menceritakan tentang nubuat kedatangan Sang Mesias, namun kali ini dari perspektif bahwa Ia akan dilahirkan oleh seorang perawan. Di sini, kita dapat mengamati adanya progress mengenai nubuat kedatangan Mesias. Scene 1 dan 2 tidak secara spesifik mengatakan bahwa Raja itu akan lahir di tengah-tengah dunia. Akan tetapi, pada scene 3, hal itu secara eksplisit dinyatakan. Handel masih menggunakan pembagian, seperti antara scene 1 dan 2, dari terang, lalu gelap; mayor, lalu minor; sukacita, lalu kengerian.
8. Secco recitative: Behold, a virgin shall conceive (Alto)
Therefore the Lord himself shall give you a sign; Behold, a virgin shall conceive, and bear a son, and shall call his name Immanuel. (Isa. 7:14)
Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel. (Yes. 7:14)
Dalam section 1 dari scene 3, kita mendengar sebuah kabar baik yang menyatakan bahwa terang itu sudah datang, “the light is come”; seorang perawan akan mengandung seorang bayi laki-laki, “a virgin shall bear a son”. Pujian ini memakai iringan yang lebih sederhana (biasanya menggunakan harpsichord dan cello) untuk menonjolkan pesan yang ingin disampaikan. Pesan mengenai kelahiran dari anak dara sangat tepat untuk disampaikan dengan lembut, sebab peristiwa itu adalah sebuah misteri. Kelahiran itu bukanlah sebuah teka-teki yang bisa kita cari penjelasannya, tetapi sebuah misteri yang membuat kita kagum akan pekerjaan Tuhan yang besar. Pusat dari pujian ini berada di kata, “God with us”. Kalimat terakhir itu sangat disoroti oleh Handel dengan memberikan sebuah jeda setelah kata “Emmanuel” yang memberikan suatu efek penantian kepada pendengar, sehingga membuat mereka lebih menantikan kalimat selanjutnya, yaitu “God with us”.
9. Aria and chorus: O thou that tellest good tidings to Zion
O Zion, that bringest good tidings, get thee up into the high mountain; O Jerusalem, that bringest good tidings, lift up thy voice with strength; lift it up, be not afraid; say unto the cities of Judah, Behold your God! (Isa. 40:9)
Arise, shine; for thy light is come, and the glory of the LORD is risen upon thee. (Isa. 60:1)
Hai Sion, pembawa kabar baik, naiklah ke atas gunung yang tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: “Lihat, itu Allahmu!” (Yes. 40:9)
Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. (Yes. 60:1)
Sebagai respons dari pesan yang dibawakan oleh solois alto, pujian dilanjutkan dengan seruan kabar sukacita. Dengan penuh sukacita dan kegirangan, pujian ini dibawakan untuk menyatakan kegairahan dalam menceritakan kabar baik itu. Pujian yang riang ini bagaikan seorang yang menari, berjalan ke mana-mana, ke kiri dan ke kanan, ke atas dan bawah, untuk menceritakan mengenai kedatangan Sang Mesias. Handel menggunakan nada yang makin tinggi ketika kalimat “get thee up into the high mountain” menggambarkan bahwa Sang Mesias harus dikabarkan di tempat yang tinggi agar semua orang dapat mendengarnya.
Selain itu, dengan indahnya Handel menggubah lagu ini melalui progress yang sudah ia buat dari lagu sebelumnya. Lagu “But who may abide” dimainkan dengan nada dasar minor dan tempo lambat, diikuti dengan lagu “And He shall purify” yang dimainkan dengan nada dasar minor makin tinggi dan tempo agak cepat. Untuk lagu ini, Handel mengubahnya ke nada dasar mayor yang lebih tinggi dan tempo cepat. Sehingga ada kesinambungan antarlagu yang menjadikan karya ini begitu indah.
Pada bagian sebelumnya, ada semacam pengulangan dari bentuk pujian yang dinyanyikan. Recitative–aria–chorus. Bentuk ini merupakan bentuk umum yang sering digunakan dalam oratorio. Dengan demikian, kita tentu akan mengharapkan adanya paduan suara (chorus) yang bernyanyi setelah aria ini. Akan tetapi, Handel membuat sedikit kejutan dengan melakukan perubahan dari pola yang biasanya. Memang setelah aria ini dilanjutkan dengan nyanyian paduan suara yang bersifat klimaks, tetapi dengan cara yang unik dan tidak disangka, seakan-akan solois alto sudah mengakhiri lagunya dan orkestra sedang memainkan penutup dari aria ini, tetapi tiba-tiba seluruh paduan suara langsung menyanyi dengan keras dan lantang. Gabungan antara dua bentuk ini langsung menciptakan klimaks pada section 1 ini. Handel memang sedang menggarisbawahi kalimat-kalimat penting seperti “Behold your God” dan “the glory of the Lord is risen upon thee” dengan menyatakannya sebagai puncak proklamasi.
Scene 3, Section 2
Scene 3, bagian kedua masuk ke dalam suasana yang “gelap”. Kegelapan ini sedang berbicara mengenai keadaan dunia dan manusia yang mengembara tanpa arah. Manusia yang hanya berputar-putar dengan kesibukan mereka yang sia-sia. Meskipun demikian, berbeda dengan scene 2, perubahan dari gelap ke terang terjadi lebih cepat. Recitative dan aria pada bagian ini sudah memberikan pesan penantian akan terang dari Sang Raja. Terang ini nyata dengan benderang ketika paduan suara menyanyikan lagu “For unto us a Child is born”.
10. Accompanied recitative: For behold, darkness shall cover the earth (Bass)
For, behold, the darkness shall cover the earth, and gross darkness the people: but the LORD shall arise upon thee, and his glory shall be seen upon thee. And the Gentiles shall come to thy light, and kings to the brightness of thy rising. (Isa. 60:2-3)
Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu. (Yes. 60:2-3)
Teks ini sedang membicarakan tentang dunia yang sudah gelap. Kegelapan ini hanya dapat disingkirkan melalui terang kemuliaan Tuhan. Handel dapat menggambarkan terang dan gelap melalui musiknya dengan kontras. Jika diperhatikan, ketika solois menyanyikan kata-kata tentang kegelapan, seperti “For behold, darkness shall cover the earth” atau “and gross darkness the people”, Handel menggunakan nada dasar minor dengan suara rendah dan harmoni yang tidak beraturan. Karakteristik ini memberikan pengertian seakan-akan suasana yang gelap dan kacau.
Tetapi setelah itu, ketika kalimat masuk ke frasa “but the Lord shall arise upon thee”, Handel langsung mengubah ke nada dasar mayor yang lebih cerah dan melambangkan cahaya. Harmoni menjadi makin teratur, memiliki melodi yang makin lama makin tinggi. Hingga akhir dari lagu, nada dasar mayor tetap dipertahankan, biola memainkan nada yang paling tinggi, dan lagu berhenti dalam harmoni yang cerah. Hal ini menggambarkan Terang telah datang dan mengusir kegelapan.
11. Aria: The people that walked in darkness have seen a great light (Bass)
The people that walked in darkness have seen a great light: they that dwell in the land of the shadow of death, upon them hath the light shined. (Isa. 9:2)
Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar. (Yes. 9:1)
12. Chorus: For unto us a Child is born
For unto us a child is born, unto us a son is given: and the government shall be upon his shoulder: and his name shall be called Wonderful, Counsellor, The mighty God, The everlasting Father, The Prince of Peace. (Isa. 9:6)
Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. (Yes. 9:5)
Sama seperti dalam recitative, aria pada bagian ini juga menggambarkan kegelapan yang diusir oleh terang, dimulai dengan kalimat “The people that walked in darkness” yang terdengar begitu dark atau suram, seakan kita sedang dibawa ke dalam lembah kekelaman. Untuk menggambarkan kesuraman ini, Handel menggunakan nada yang rendah, kunci minor, harmoni yang disonan, dan iringan string yang menggunakan not 1/16 yang memberikan suasana tidak menyenangkan. Saat mendengarkan frasa ini, kita akan merasakan suasana yang suram, seolah kita sedang berada di dalam kegelapan, kekosongan, dan berjalan tanpa ada arah dan tujuan yang jelas. Terkadang solois menyanyikan bagian ini dengan cara “sighing”, seperti seorang yang sedang mengeluh karena kondisi yang berat. Hingga puncaknya ketika frasa “have seen a great light”, Handel secara tiba-tiba mengubah kunci menjadi mayor dengan penekanannya di kata “light”. Handel memberikan nada yang tinggi dan panjang pada bagian kata “light” ini dan menggunakan teknik melisma, untuk memberikan penekanan pada bagian ini. Hal ini untuk memberikan sebuah pengharapan dari kesuraman yang ada. Pengharapan karena Terang itu sudah hadir di tengah-tengah kegelapan. Terang yang dimaksudkan adalah Imanuel, Allah beserta kita.
Dan setelah aria ini, bagian ini masuk ke dalam klimaks dalam lagu “For unto us a Child is born”. Dengan riang dan sukacita, pujian ini menyatakan akan lahirnya Sang Mesias ke dalam dunia. Seperti pada lagu “And He shall purify”, Handel memberikan kontras untuk menyatakan penekanan atau klimaks dari lagu tersebut. Saat menyanyikan bagian “For unto us a Child is born”, paduan suara menyanyikannya dengan bersahut-sahutan dan intensitas lagu yang makin meningkat, hingga pada bagian “Wonderful, Counsellor, the Mighty God, the Everlasting Father, the Prince of Peace”, paduan suara menyanyikan secara bersama-sama sebagai klimaks dari lagu ini. Hal ini untuk menyatakan dengan tegas mengenai siapa yang telah hadir di tengah-tengah dunia ini. Dia yang disebut Ajaib, Penasihat, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, dan Raja Damai, datang ke dalam dunia untuk mengusir segala kegelapan dan memberikan terang yang sejati.
Pdt. Stephen Tong berpendapat bahwa lagu ini adalah lagu yang paling rapi komposisinya, baik untuk bagian paduan suara maupun orkestra yang mengiringi. Salah satu kerapian yang dapat kita perhatikan adalah saat sahut-sahutan dilakukan baik oleh paduan suara maupun orkestra, kita akan mendengar komposisi lagu yang begitu rapi dibuat oleh Handel.
Refleksi
Signifikansi kedatangan Kristus sulit untuk dihargai oleh orang-orang yang tidak menyadari kesuraman dalam hidup ini, seperti yang Yesus pernah katakan bahwa bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Tanpa mengerti betapa suramnya hidup kita, tidak mungkin kita mengerti betapa besarnya anugerah yang Tuhan berikan melalui kehadiran Sang Anak. Tanpa kita mengerti betapa mengerikannya kehidupan dalam dosa, tidak mungkin kita merasa begitu memerlukan Sang Juruselamat. Hal inilah yang digambarkan oleh lagu-lagu Oratorio Messiah yang dibahas di atas. Dunia yang suram dan berada dalam kegelapan memerlukan kehadiran Terang, yaitu Yesus Kristus yang berinkarnasi ke dalam dunia ciptaan. Inilah kabar sukacita bagi orang-orang yang hidup di dalam jerat dosa.
Namun hal yang begitu ironis saat ini adalah ketika kita begitu ketakutan dengan pandemi yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir, kita tidak menyadari dosa yang mengikat bertahun-tahun bahkan selama kita hidup. Fakta bahwa banyak orang lebih takut dengan wabah daripada dosa dan konsekuensinya menjadi bukti ketidaksadaran bahwa manusia hidup di dalam kegelapan. Apakah artinya terbebas dari wabah, jikalau manusia masih hidup di bawah kuasa dosa? Hal inilah yang perlu kita renungkan, agar kita makin mengerti betapa signifikannya kedatangan Yesus ke dunia ini. Kiranya pujian-pujian yang Tuhan sudah anugerahkan di dalam sejarah membawa kita untuk makin mengenal siapa Kristus dan mendorong kita untuk hidup makin cinta Tuhan.
Simon Lukmana (Pemuda FIRES)
Howard Louis (Pemuda GRII Batam)