Reflection on Oratorio Messiah (7): Pastoral Symphony

Scene 4: The Annunciation to the Shepherds

Scene 1, 2, dan 3 menceritakan tentang nubuat Sang Mesias itu. Nubuat telah selesai dan masuk ke dalam bagian yang baru. Di dalam scene 4 ini, pertama kalinya karya Oratorio Messiah ini mengisahkan peristiwa sejarah. Bagian ini mengisahkan sejarah yang terjadi di awal Perjanjian Baru, yaitu pemberitaan dari malaikat kepada para gembala akan kelahiran Sang Mesias di kota Daud. Bisa dikatakan bagian ini merupakan transisi dari nubuat di Perjanjian Lama ke penggenapan nubuat ini di Perjanjian Baru. Menariknya, Handel memulai penggenapan nubuat ini bukan dengan pemberitaan kepada Maria, atau langsung mengenai kelahiran Mesias itu sendiri, tetapi dengan pemberitaan kepada para gembala.

13. Orchestra: Pastoral Symphony/Pifa

Scene 4 dimulai dengan sebuah lagu instrumental yang Handel sebut dengan “Pifa”. Ketika Handel masih di Italia, dia bertemu dengan tradisi di Italia di mana para gembala dari Italia Selatan datang ke Roma sebelum Hari Natal untuk memainkan bagpipes (pifa). Bagian ini juga disebut “Pastoral Symphony”. Sebab, lagu ini memiliki karakteristik yang mengandung makna pastoral. Melodinya dibuat dengan indah dan sederhana, mengalir dengan lembut dan perlahan, seperti memulai suatu babak baru dalam drama.

14. Secco recitative: There were shepherds abiding in the field (Sopran)

And there were in the same country shepherds abiding in the field, keeping watch over their flock by night. (Luke 2:8)

Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. (Luk. 2:8)

Accompanied recitative: And lo, an angel of the Lord came upon them (Sopran)

And, lo, the angel of the Lord came upon them, and the glory of the Lord shone round about them: and they were sore afraid. (Luke 2:9)

Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. (Luk. 2:9)

15. Secco recitative: And the angel said unto them (Sopran)

And the angel said unto them, Fear not: for, behold, I bring you good tidings of great joy, which shall be to all people. For unto you is born this day in the city of David a Saviour, which is Christ the Lord. (Luke 2:10-11)

Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” (Luk. 2:10-11)

16. Accompanied recitative: And suddenly there was with the angel (Sopran)

And suddenly there was with the angel a multitude of the heavenly host praising God, and saying, (Luke 20:13)

Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: (Luk. 20:13)

Setelah “Pifa” dimainkan, muncullah solois sopran yang menceritakan mengenai kisah itu, kisah mengenai para gembala yang sedang menjaga kawanan dombanya di tengah malam yang gelap. Solois sopran menyanyikan dengan sangat sederhana seperti orang berbicara.

Di tengah-tengah tenangnya malam itu, tiba-tiba malaikat Tuhan datang menemui para gembala. Iringan orkestra berubah dari yang lembut menjadi lebih ceria dan ramai. Menariknya, iringan orkestra tersebut memiliki pola seperti sayap-sayap dari malaikat yang dikepak-kepakkan sambil mereka berbicara.

Dengan keyakinan dan kejelasan, malaikat itu menyatakan kelahiran Sang Anak Daud pada hari itu. Setelah pesan selesai disampaikan, tiba-tiba iringan kembali berubah menjadi lebih cepat dan “banyak”. Beribu tentara sorga datang dan bersama-sama menyanyikan pujian, “Glory to God in the highest”. Kemuliaan Allah telah dinyatakan di bumi dengan kelahiran Sang Anak Daud.

17. Turba (crowd) Chorus: Glory to God in the highest

Glory to God in the highest, and on earth peace, good will toward men. (Luke 2:14)

“Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Luk. 2:14)

Glory to God” dipakai oleh Handel untuk memperlihatkan madrigalism. Handel mengontraskan kata “glory” (dimainkan dengan megah dan meriah) dengan “peace” (dimainkan dengan tenang dan satu suara). Kata “God in the highest” (nada tinggi) juga dikontraskan dengan kata “earth” (nada rendah dengan lompatan 1 oktaf).

Tema melodi di lagu ini juga dipakai dalam pujian yang sangat dekat di hati kita, yaitu Joy to the World (Dunia Gemar dan Soraklah). Melodi yang mulai dari atas lalu perlahan-lahan turun menyimbolkan inkarnasi Kristus ke dalam dunia. Raja di tempat yang Mahatinggi sekarang turun ke dalam dunia.

Respons dari inkarnasi Kristus timbul ketika paduan suara menyanyikan kata “goodwill”. Goodwill menjadi tema penting dalam lagu ini, menyatakan bahwa manusia telah menerima kabar baik itu. Tema goodwill ini berlangsung dari tengah lagu hingga akhir dan dinyanyikan melalui sahut-sahutan antarsuara dan makin keras. Setiap suara yang bernyanyi melambangkan seluruh umat manusia yang sudah menerima kabar baik ini.

Refleksi

Pemberitaan kelahiran Yesus kepada para gembala adalah bagian yang sangat penting untuk kita mengerti. Hal ini menjadikan kelahiran Kristus berita yang bisa didengar oleh semua orang yang mau mendengarkannya. Kehadiran Kristus di dunia ini bukan hanya untuk orang-orang kaya atau yang berkedudukan tinggi. Namun, berita ini dinyatakan untuk semua orang, baik yang miskin maupun kaya, baik rakyat jelata maupun orang yang berkedudukan tinggi. Ia juga tidak hadir hanya bagi orang-orang yang secara khusus mengisolasi diri di biara-biara, tetapi Ia hadir kepada gembala-gembala yang sedang melakukan aktivitas keseharian mereka. Semua ini menggambarkan kemurahan Tuhan yang rela hadir bagi manusia yang berada pada level paling rendah. Berita ini adalah berita sukacita bagi semua orang.

Jikalau kita mengingat, di section-section sebelumnya, nubuat kehadiran Kristus dinyatakan sebagai penghiburan bagi orang-orang yang berada dalam penderitaan dan kesusahan, terutama yang bergumul dengan masalah dosa dan kejahatan, sehingga berita ini menjadi sebuah sukacita bagi orang-orang yang memang merasakan kesulitan dan penderitaan dalam hidup di dunia ini. Sedangkan bagi orang-orang yang merasa dirinya benar dan hidup dalam segala kekayaan dan kedudukan tinggi yang membutakan matanya, berita ini menjadi kutuk atau ancaman baginya.

Hal ini tampaknya dimengerti dengan baik oleh Handel. Dengan mengangkat kisah pemberitaan kelahiran Kristus kepada para gembala, Handel secara konsisten merangkai oratorio ini menjadi sebuah oratorio yang mengisahkan kehadiran Kristus sebagai penghiburan bagi orang-orang yang menderita. Berita ini akan makin kuat dan jelas disampaikan di dalam section selanjutnya, yang merupakan kesimpulan dari bagian pertama Oratorio Messiah ini.

Sebagai orang Kristen, seharusnya kita menyadari bahwa oratorio ini bukan hanya rangkaian nada yang menunjukkan atau memamerkan keahlian bermusik. Namun, oratorio ini merupakan sebuah pesan Injil yang diberitakan kepada dunia yang berada di dalam belenggu dosa. Sebuah berita yang menghibur orang-orang yang berada dalam kesulitan, terutama yang di dalam kesulitan ikatan dosa. Sebuah berita bahwa Allah yang begitu mulia rela merendahkan diri-Nya dan rela hadir ke dalam dunia berdosa, bagi kita yang begitu hina ini. Kiranya melalui oratorio ini kita makin digugah untuk menghargai berita Injil dan juga didorong untuk lebih giat lagi memberitakannya kepada dunia yang berdosa ini.

Simon Lukmana (Pemuda FIRES)

Howard Louis (Pemuda GRII Batam)