Hujan di Gelora Bung Karno

Pada hari ketiga KKR Pdt. Dr. Stephen Tong, Stadion Gelora Bung Karno yang dipakai untuk KKR tersebut diguyur hujan deras. Hal yang dikuatirkan ini pun terjadi juga. Panitia dan tim doa sudah berkali-kali berdoa untuk cuaca yang baik supaya tidak ada halangan bagi orang untuk datang ke KKR. Hujan akan membuat jalanan macet dan membuat orang menjadi malas untuk menempuh perjalanan ke Senayan. Selain itu, peserta yang tidak rela basah akan mengurungkan niat mereka untuk datang. Hujan juga akan menyulitkan acara altar call karena itu dilakukan di atas lapangan rumput yang berada langsung di bawah langit terbuka.

Ternyata Tuhan memang berkehendak lain. Awan gelap menyelimuti angkasa Gelora Bung Karno dan seluruh Jakarta, lalu menurunkan hujan dan membasahi seluruh permukaan bumi di bawahnya. Jumlah orang yang datang ke KKR pun menyusut dari malam sebelumnya. Sejumlah panitia yang kecewa dengan kejadian tersebut kemudian disadarkan dari atas mimbar bahwa hujan adalah ujian yang Tuhan berikan. Orang yang masih tetap datang meskipun turun hujan, orang yang berespons pada altar call meskipun harus dibasahi hujan malam, dan orang yang tetap melayani di bawah guyuran hujan adalah orang yang teruji motivasinya dan kesetiaannya.

Jika dipikir-pikir lagi, masih ada hal lain yang perlu kita renungkan. Mengapa ujiannya adalah hujan? Atau, mengapa ujiannya hujan saja?

Mungkin ada satu perspektif dari dunia pendidikan yang dapat kita terapkan di sini. Di dalam dunia pendidikan, ujian diberikan untuk mengukur kemampuan seseorang. Dalam ujian tersebut, soal-soal yang diberikan adalah dari yang paling mudah sampai yang paling sulit, tergantung pada tingkat kemampuan para siswa. Tidak mungkin siswa kelas 1 SD diberikan soal kelas 1 SMP, karena siswa tersebut akan kesulitan dan tidak mungkin lulus ujian. Untuk mengetahui tingkat akademik seseorang, kita dapat melihat pada soal seperti apa yang diberikan kepada dia.

Persoalan seperti apa yang diberikan kepada kita sewaktu KKR? Jawabannya adalah hujan. Seberat apakah ujian yang diberikan oleh hujan? Hujan membuat kita tidak nyaman. Mengenakan pakaian kering pasti lebih nyaman daripada pakaian basah. Setelah dipikir-pikir, hujan memang menurunkan kita ke tingkat ketidaknyamanan, tetapi belum sampai ke tingkat penderitaan.

Dari persoalan yang diberikan, kita dapat mengetahui tingkat kedewasaan kerohanian kita. Kenapa (hanya) hujan? Mungkin karena kita belum siap untuk ujian yang lebih berat, yaitu penderitaan. Iman kita belum cukup kuat. Terlebih lagi, jika menghadapi hujan saja kita tidak lulus, bukankah kita harus lebih banyak lagi berdoa meminta Tuhan menumbuhkan iman kita?