Liputan Bible Camp Nasional 2022

Bible Camp Nasional atau BCN adalah sebuah retret bagi anak-anak berusia 9-13 tahun yang diadakan pertama kali pada tahun 2019 dengan tema “Kasihilah Tuhan dan Sesama”. Dihadiri oleh lebih dari seribu anak-anak dari berbagai tempat di Indonesia dan di luar negeri, BCN pertama yang diadakan secara fisik ini telah sangat memberkati anak-anak dan panitia. Itu sebabnya, ketika pandemi melanda sejak awal tahun 2020, keadaan tersebut tidak menghilangkan antusiasme panitia dan anak-anak serta tidak dapat menghalangi pemberitaan firman Tuhan kepada anak-anak. Melalui kemajuan teknologi yang dianugerahkan oleh Tuhan, BCN diadakan kembali secara online pada tahun 2020 dengan tema “Kasihilah Tuhan dan Firman-Nya” dan “Kasihilah Tuhan dan Gereja-Nya” pada tahun 2021. Setiap tahunnya, BCN telah memberkati dan menjangkau makin banyak anak-anak di berbagai provinsi di Indonesia juga negara-negara lainnya.

Tahun ini, BCN diadakan kembali pada tanggal 20-23 Juni 2022 dengan tema “Kasihilah Tuhan dan Injil-Nya”. BCN yang keempat ini diikuti oleh 18.715 peserta yang mendaftar. Adapun para peserta berasal dari 23 negara yang tersebar di seluruh dunia, yakni Amerika Serikat, Australia, China, Filipina, Gabon, Hong Kong, India, Indonesia, Inggris Raya, Italia, Jepang, Jerman, Kamboja, Kanada, Lebanon, Malaysia, Prancis, Selandia Baru, Singapura, Taiwan, Thailand, Timor Leste, dan Yunani. Meskipun peserta yang berasal dari Indonesia adalah peserta terbanyak, akan tetapi pelayanan firman bagi anak-anak di luar Indonesia tetap menjadi perhatian dari panitia. Itu sebabnya, seluruh sesi dan video yang diputar selama acara berlangsung diterjemahkan pula ke dalam bahasa Inggris dan Mandarin. 

BCN 2022 memiliki dua keunikan yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pertama, selain disiarkan secara online melalui channel YouTube Reformed Injili, radio, Reformed21, dan Facebook Reformed Injili, BCN 2022 juga diikuti secara on-site oleh anak-anak di Aula John Calvin, RMCI. Ada lebih dari 500 anak-anak yang hadir secara on-site dan didampingi oleh hampir 60 orang guru-guru pendamping. Kedua, adanya aktivitas misi. Selama empat hari berturut-turut anak-anak dilibatkan untuk melakukan misi penginjilan bersama-sama. Melalui aktivitas misi yang diberikan pada akhir hari tersebut, anak-anak diharapkan dapat belajar untuk memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya di sekeliling mereka. 

Pada hari pertama, anak-anak diperkenalkan kepada janji Injil yang ada di Perjanjian Lama oleh Pdt. Dr. Stephen Tong, Pdt. Jimmy Pardede, Vik. Joshua T. Siwalette, Vik. Dewi Winarko, dan Vik. Happy Manurung. Janji Injil pertama-tama diberikan oleh Allah kepada manusia pertama yakni Adam dan Hawa setelah mereka jatuh di dalam dosa. Pelanggaran mereka terhadap hukum Allah telah menjadikan semua umat manusia mendapatkan murka dan kematian kekal. Manusia tidak dapat menemukan jalan keluar dan menyelamatkan diri mereka sendiri. Itu sebabnya Injil diberikan oleh Allah sebagai kabar baik bagi manusia agar mereka dapat kembali mengenal Allah yang mengasihi mereka dan dianugerahi hidup untuk menjadi saksi-Nya. Di dalam Perjanjian Lama, Allah senantiasa mengingatkan umat-Nya akan janji Injil tersebut. Misalnya, melalui peristiwa Paskah, bangsa Israel diingatkan bahwa hanya dengan adanya darah anak domba, anak-anak sulung mereka dilewatkan dari kematian. Hal tersebut membawa umat Tuhan menantikan adanya darah Anak Domba yang tidak bercacat, yang akan disembelih untuk melewatkan seluruh umat Tuhan dari kematian kekal. Demikianlah Injil dapat ditemukan di dalam Perjanjian Lama sebagai janji yang akan Allah genapi melalui Kristus yang berinkarnasi. Itu sebabnya, anak-anak boleh bersyukur dan makin mengasihi Tuhan karena anugerah yang mereka terima telah dinyatakan oleh Allah sejak Perjanjian Lama. Rasa syukur karena telah diselamatkan oleh Kristus inilah yang kemudian akan mendorong anak-anak untuk memberitakan Injil. 

Pdt. Dr. Stephen Tong juga menciptakan sebuah lagu yang mewakili anak-anak untuk menyatakan kecintaan mereka kepada pemberitaan Injil. Lagu tersebut diberi judul “Kusuka Kabar Injil” dengan lirik sebagai berikut:

Kusuka kabar Injil ke teman-temanku

Kusuka kabar Injil pada semua

Kusuka kabar Injil di desa, di kota

Kukabarkan Injil Hu selama-lamanya

Roh Kudus menolongku, sucikan hatiku

Kasih Tuhan dorongku kabar Injil Hu

Kusuka kabar Injil di desa, di kota

Kukabarkan Injil Hu ke s’luruh dunia

Ke s’luruh dunia, ke s’luruh dunia

Ke s’luruh dunia.

Hari pertama kemudian ditutup dengan misi untuk anak-anak belajar membagikan Injil melalui mengajarkan lagu-lagu yang mereka nyanyikan di BCN kepada orang lain.

Pada hari kedua, anak-anak diajak untuk memahami lebih dalam penggenapan janji Injil dari Perjanjian Lama kepada Perjanjian Baru. Pdt. Dr. Stephen Tong bersama dengan Pdt. Ivan Kristiono, Vik. Harly Tambunan, dan Vik. Donna Lisa memberitakan mengenai Yesus Kristus yang menggenapkan seluruh rencana keselamatan bagi manusia berdosa melalui peristiwa salib. Salib menjadi bukti kasih dan pernyataan keadilan Allah Tritunggal. Seluruh rasa malu dan penderitaan manusia ditanggung oleh Kristus di atas kayu salib dan semua usaha perbuatan baik manusia untuk mendapatkan keselamatan dinyatakan sia-sia. Tuhan menyelamatkan dan mengubah hidup orang-orang yang dikasihi-Nya agar mereka kembali menikmati Tuhan, mengasihi dan dikasihi oleh Tuhan. Hal yang menarik di hari kedua adalah sesi gambar yang diajarkan langsung oleh Pdt. Dr. Stephen Tong. Beliau mengajarkan anak-anak menggambar Tugu Reformed Injili yang kembali mendorong anak-anak untuk memberitakan Injil. Tugu Reformed Injili menggambarkan seorang yang sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan dan berdiri dengan tegap di atas Alkitab sebagai fondasi hidupnya. Orang tersebut kemudian memegang tangan orang lain yang sudah hampir jatuh. Pdt. Dr. Stephen Tong menyimpulkan, demikianlah orang Kristen memberi tahu kabar baik kepada orang yang belum Kristen, menolong mereka yang akan jatuh ke neraka mengenal bahwa ada Juruselamat, yaitu Yesus Kristus yang telah menggenapkan keselamatan bagi umat-Nya. Orang Kristen tidak seharusnya menjadi orang yang egois dengan menahan kabar baik yang mereka sudah miliki. Itu sebabnya, misi pada akhir hari kedua untuk anak-anak jalankan adalah mendoakan satu orang yang belum percaya kepada Tuhan, entah keluarga ataupun teman mereka.

Pada hari ketiga, anak-anak dibawa melihat lebih jauh dampak Injil bagi hidup mereka sehari-hari. Injil yang menyelamatkan juga adalah Injil yang mengubahkan hidup dan berdampak bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain bahkan dunia ini. Pdt. Dr. Stephen Tong bersama dengan Pdt. Ivan Kristiono, Pdt. Jimmy Pardede, dan Vik. Lidya Bhekti mengingatkan anak-anak mengenai hidup baru yang sudah mereka miliki. Manusia lama sudah ditanggalkan dan kini mereka mengenakan manusia baru yang terus diubahkan dan dipertumbuhkan oleh Roh Allah. Hidup yang bukan lagi dikendalikan oleh diri sendiri melainkan oleh Yesus Kristus. Makin hari makin bertumbuh mengasihi Tuhan dan makin rindu untuk mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan melalui hidup mereka. Hari ketiga ditutup dengan sesi tanya jawab, di mana Pdt. Dr. Stephen Tong menjawab berbagai pertanyaan anak-anak mengenai pergumulan iman, keselamatan, keberadaan Tuhan, dan lain-lain. Pdt. Dr. Stephen Tong kemudian mengingatkan kembali bahwa seorang yang mencintai Tuhan dan Injil-Nya haruslah memberitakan Injil kepada orang lain. Hal tersebut mendorong anak-anak untuk mengerjakan misi hari ketiga, yaitu menuliskan doa bagi orang yang sudah mereka doakan di hari kedua, dan menyerahkan catatan doa tersebut kepada orang yang bersangkutan sambil mengharapkan orang tersebut juga beroleh anugerah yang sama untuk dapat percaya kepada Yesus Kristus.

Selain dilimpahi oleh firman Tuhan, selama tiga hari tersebut anak-anak juga dapat mendengarkan seri tokoh di dalam sejarah yang hidupnya digerakkan oleh anugerah Tuhan dan kemudian memberikan hidupnya untuk melayani serta memberitakan Injil. Injil yang telah memenangkan hidup mereka kemudian memberikan pengaruh kepada banyak orang dan dunia sampai hari ini. Mereka adalah Mary Jones, Agustinus dari Canterbury, dan Abraham Kuyper. Ada juga tiga kesaksian dari para misionaris yang melayani pada zaman ini, seperti Pdt. Michael Densmoor yang datang dari Amerika Serikat menjadi misionaris di Indonesia, Pdt. Romeo Mazo yang datang dari Filipina dan saat ini melayani di Indonesia, dan Vik. Erianto yang pergi dari Indonesia dan menjadi misionaris di Jepang. Selain itu, anak-anak juga diperkenalkan kepada mandat budaya melalui barang-barang seni dari Galeria Sophilia dan pengetahuan musik dari Aula Simfonia Jakarta. Melalui ini semua, anak-anak diperlihatkan kepada pekerjaan misi Tuhan yang demikian luas sampai hari ini. 

Hari terakhir BCN 2022 dilayani oleh Pdt. Dr. Stephen Tong, Pdt. Aiter, dan Vik. Mercy Matakupan. Di dalam tiga sesi yang singkat, anak-anak dipersiapkan untuk diutus mengabarkan Injil kepada orang yang belum percaya kepada Yesus Kristus. Setelah mendengarkan firman Tuhan selama BCN, anak-anak diajak untuk menyadari bahwa Injil tidak dapat ditahan atau ditutupi di dalam hidup seseorang yang sudah diubahkan oleh Injil. Itu sebabnya, Injil harus diberitakan dengan mulut yang berani berbicara dan kaki yang rela untuk pergi ke mana saja Tuhan utus. Baik ke desa atau kota, ke bukit atau rimba, ada jiwa-jiwa berharga yang dikasihi oleh Tuhan dan memerlukan kabar baik. Pdt. Dr. Stephen Tong menciptakan sebuah lagu berjudul “Ke Mana Saja” sebagai sebuah doa dan komitmen untuk diutus dan dipakai oleh Tuhan memberitakan Injil ke mana saja Tuhan mau. BCN 2022 kemudian ditutup dengan panggilan kepada anak-anak yang mau menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan dan misi keempat, yakni anak-anak mendoakan dan mengajak orang yang mereka doakan pergi ke gereja. Dengan demikian, melalui BCN 2022 anak-anak belajar mengasihi Tuhan yang sudah memberikan Injil dan membagikan Injil tersebut kepada orang lain. 

Pemberitaan Injil merupakan panggilan bagi setiap orang percaya. Melalui respons anak-anak yang maju dan menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan membuktikan bahwa Tuhan masih akan terus melanjutkan pekerjaan pengabaran Injil di dunia ini. Allah sendiri yang empunya ladang akan mempersiapkan orang-orang yang bekerja di ladang-Nya. BCN 2022 sudah selesai, tetapi pelayanan kepada anak-anak belum selesai. Mari berseru kepada Tuhan untuk memanggil lebih banyak orang yang berbeban bagi pelayanan Injil kepada anak-anak. Mari berdoa bagi orang tua, guru-guru, dan para hamba Tuhan agar diberikan kemampuan melihat rencana Allah yang besar di dalam diri anak-anak. Biarlah nama Allah ditinggikan dan dimuliakan melalui semua kemurahan yang telah dinyatakan melalui BCN 2022. Amin. 

Yuki Fran Siska

Mahasiswi STT Reformed Injili Internasional