Liputan Kebaktian Pembaruan Iman Nasional Kalimantan Timur 2012

Mengapa Kebaktian Pembaruan Iman Nasional (KPIN)?
Penginjilan massal yang kita kenal dengan istilah Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) merupakan sebuah sistem penginjilan yang telah dijalankan oleh banyak penginjil di seluruh Indonesia. Sejak bertobat dan menjadi seorang hamba Tuhan, Pdt. Dr. Stephen Tong telah mengadakan banyak KKR di berbagai kota dan daerah, baik di Indonesia maupun di luar negeri (di luar negeri disebut Gospel Rally). Dengan berbekal Theologi Reformed, KKR-KKR yang dipimpin oleh Pdt. Dr. Stephen Tong telah menjadi KKR yang berbeda dengan KKR-KKR yang lain, karena berita Injil yang murni dan keseriusan firman Tuhan yang disampaikan digabungkan dengan theologi dan doktrin Reformed yang kuat membuat setiap KKR memiliki impact yang besar, yang mengubah hidup banyak orang sejak mereka bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Tidak jarang kita mendengar kesaksian orang-orang di sekitar kita bahwa mereka bertobat di dalam salah satu KKR yang dipimpin oleh Pdt. Dr. Stephen Tong.

Dengan dimulainya Gerakan Reformed Injili, Pdt. Dr. Stephen Tong terbeban untuk lebih memperbanyak penginjilan untuk kaum intelektual. Walaupun beliau masih sering mengadakan KKR-KKR di berbagai tempat, namun tidak sebanyak ketika beliau masih muda. Penginjilan dan pengajaran doktrin Reformed Injili kepada kaum intelektual membuat gerakan ini dikenal di seluruh dunia. Tetapi, bersamaan dengan itu Gerakan Karismatik mulai masuk ke daerah-daerah di seluruh Indonesia melalui KKR-KKR yang menekankan pada theologi kemakmuran, kesembuhan, dan mukjizat.

Melalui KKR-KKR yang diadakan oleh Gerakan Karismatik dalam dasawarsa ini telah membuat istilah Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) identik dengan panggung pesta dengan artis-artis, kemeriahan band, dan tempat mencari berkat atau menagih berkat dari Tuhan. Hal ini pernah menjadi kendala ketika kami sedang melakukan publikasi untuk KKR, banyak orang yang bertanya apakah ada kebaktian penyembuhan di dalamnya. Yang paling menyedihkan adalah KKR-KKR yang diadakan oleh Gerakan Karismatik telah menggeser makna dari pertobatan sejati. Injil yang membuat orang sadar akan dosa mereka, lalu berhenti melakukan dosa (bertobat) dan berbalik kepada Kristus tidak lagi diutamakan. Di dalam KKR-KKR yang ada, bukan lagi Kristus yang ditinggikan atau Injil diberitakan, tetapi digantikan dengan berkat-berkat dan janji-janji Tuhan yang dijanjikan tanpa ada pertobatan, memikul salib, dan mengikut Kristus. Kesaksian-kesaksian yang dilakukan di dalam KKR-KKR ini juga tidak lagi berupa kesaksian tentang Kristus, tetapi lebih menekankan kepada berkat material, kesembuhan, dan mukjizat yang tidak melibatkan Kristus di dalamnya. Hal ini bukan berarti kita tidak percaya pada berkat yang diberikan Tuhan, kesembuhan dari Allah, atau bahkan mukjizat, tetapi kalau hal ini dijadikan propaganda atau iming-iming untuk mengajak orang kepada Kristus akan menjadi hal yang sangat berbahaya, karena ketika Tuhan tidak memberikan berkat, kemakmuran (misalnya bangkrut), tidak memberikan kesembuhan, ataupun mukjizat yang lain, ini akan menjadikan orang tidak lagi mau mengikut Kristus, dan yang lebih parah lagi adalah mereka akan marah, membenci, dan tidak percaya lagi pada Kristus. Fenomena-fenomena seperti inilah yang membuat Pdt. Dr. Stephen Tong sadar bahwa istilah KKR telah dirusak dan karena itu beliau mengubah istilah KKR menjadi Kebaktian Pembaruan Iman Nasional (KPIN).

Melalui KPIN ini kita harus merebut kembali generasi muda. Gerakan Karismatik telah bertahun-tahun mempengaruhi generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa. Dalam theologi kemakmuran, kita mau Tuhan yang mengikuti kehendak kita, menjadikan Tuhan budak dan kita tuannya. Otoritas Tuhan sebagai pusat segala sesuatu diputarbalikkan sedemikian rupa sehingga menjadikan generasi muda dalam zaman ini menjadi manusia yang tidak takut akan Allah, mau serba instan (yang penting kebutuhan fisik dan emosi saya terpuaskan), dan bermental tahu (lembek).

Melalui KPIN ini juga diharapkan kita dapat mengembalikan cara penyembahan (worship) pada yang benar. Banyak orang mungkin bertanya-tanya bagaimana liturgi kebaktian dalam gerakan ini yang sepertinya tidak mengikuti zaman (tidak menggunakan drum dan sebagainya), namun bisa tetap memberikan suasana worship yang tenang, serius, dan mengutamakan Tuhan. Tanpa ‘entertainment’ pun jemaat yang mengikuti kebaktian-kebaktian dalam gerakan ini mendengarkan firman Tuhan dengan khusyuk. Dengan menjadikan mimbar sebuah panggung yang berkilauan, menggunakan band, mengundang artis, ataupun khotbah yang banyak menggunakan lelucon, membuat kita harus bertanya apakah masih ada lagi kesungguhan ibadah yang sampai harus melepaskan sandal untuk masuk ke dalam rumah Tuhan yang suci seperti Abraham, atau keseriusan di rumah ibadah di mana Tuhan Yesus sendiri sampai marah di depan sinagoge?

KPIN Kaltim 2012
Pada hari Senin subuh tanggal 9 April 2012, Pdt. Dr. Stephen Tong bersama tim dari Jakarta berangkat menuju Balikpapan, lalu dilanjutkan dengan pesawat kecil menuju Kutai Barat. Di sana tim panitia KPIN Kaltim 2012 telah mempersiapkan sebuah seminar khusus untuk para hamba Tuhan dan aktivis di siang hari yang diadakan di GKKAI Sendawar, dan setelah itu dilanjutkan dengan KPIN yang diadakan pada pukul 7 malam. Salah satu yang unik di sini adalah kebaktian diadakan di Stadion Swalas Gunaaq, Sendawar, Kutai Barat. Stadion Swalas Gunaaq ini adalah suatu stadion terbuka yang sangat gelap di malam hari. Berbeda dengan di kota besar, di Kutai Barat jarak satu tempat dengan tempat lainnya berjauhan, sehingga seseorang harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk mencapai stadion tersebut. Dengan keterbatasan panitia dalam menjemput mereka (karena tidak adanya angkutan umum menuju tempat tersebut), jemaat tetap datang berduyun-duyun ke stadion tersebut hingga kira-kira 6.000 orang hadir pada malam itu. Kursi yang disediakan (sekitar 4.500 lebih) tidak mencukupi, sehingga banyak orang akhirnya berdiri atau duduk di tanah. Pada malam itu sekitar 2.800 orang maju menanggapi panggilan Tuhan untuk bertobat.

Besoknya, pagi-pagi sekali, panitia harus bersiap-siap ke bandara untuk naik pesawat kecil menuju kota Samarinda, bahkan beberapa panita sudah berangkat dari malam hari sebelumnya menuju Samarinda dengan menggunakan mobil (diperlukan waktu 12 jam dari Kutai Barat ke Samarinda dengan menempuh jalan darat). Setibanya di Samarinda, panitia harus segera mempersiapkan acara seminar khusus hamba Tuhan dan aktivis gereja yang diadakan di Hotel Grand Victoria. Pada malam harinya, KPIN diadakan di Stadion Segiri, Samarinda. Stadion ini cukup besar sehingga jarak antara mimbar dan tempat peserta duduk sangat jauh. Selain itu, rumput dari stadion tersebut tidak boleh diinjak, sehingga para peserta harus berjalan menelusuri pinggir lapangan bola. Kendala tersebut tidak menghambat 7.000 orang untuk hadir dan sekitar 3.200 orang maju menerima Tuhan sebagai Juruselamat mereka satu-satunya. Perlu diketahui juga bahwa ini adalah pertama kalinya Stadion Segiri digunakan untuk kebaktian penginjilan massal seperti ini.

Hari berikutnya, pukul 4 dini hari, panitia bersiap-siap untuk naik mobil menuju bandara di Balikpapan yang langsung dilanjutkan dengan pesawat menuju kota Tarakan. Di Tarakan mereka disambut oleh ketua panitia dari KPIN Tarakan ini, yang juga menjabat sebagai Kapolres Tarakan, AKBP Desman Sujaya Tarigan. Pada malam itu, Kebaktian Pembangunan Iman Nasional (KPIN) di Tarakan dihadiri oleh 4.500 orang dan sekitar 2.000 orang maju untuk meresponi panggilan Tuhan.

Kesokan harinya, tanggal 12 April 2012, panita kembali berangkat pagi-pagi sekali dengan speed boat menuju Malinau. Beberapa saat sebelum kebaktian di Malinau yang diadakan di Lapangan Bola Tanjung Lapang dimulai, terjadi sebuah peristiwa yang sangat istimewa, yaitu muncul dua buah pelangi yang begitu indah dan dilanjutkan dengan hujan yang cukup deras. Tetapi ketika liturgis naik ke atas mimbar untuk memulai kebaktian, hujan langsung mengecil dan berhenti. Pada malam itu banyak orang yang tidak memedulikan hujan dan tetap bersungguh-sungguh datang kepada Tuhan. Sekitar 1.800 orang yang maju menerima Tuhan Yesus Kristus dari 4.000 orang yang diperkirakan hadir dalam kebaktian tersebut.

KPIN terakhir dalam rangkaian KPIN Kaltim 2012 ini diadakan di Sport & Convention Center Dome, Balikpapan. Dari empat tempat sebelumnya, di Balikpapan ini adalah satu-satunya KPIN yang diadakan di dalam ruangan. Dalam kebaktian ini ada sekitar 3.500 orang yang hadir dan kira-kira 750 orang yang maju meresponi altar call.

Setiap sesi dalam KPIN terlihat sangat tenang, terutama ketika Pdt. Dr. Stephen Tong sedang berkhotbah, sepertinya tidak ada orang yang berani bergerak sedikit pun sampai-sampai salah satu surat kabar di kota Tarakan menuliskan bahwa Pdt. Dr. Stephen Tong membius para umat Kristen yang hadir. Jumlah orang yang hadir dan yang meresponi calling pun merupakan rekor yang belum pernah terjadi sebelumnya. Melihat jumlah jemaat yang hadir di dalam lima hari KPIN yang diadakan di lima tempat merupakan sebuah kesaksian tersendiri, terutama bagi para panitia.

Kami yang mengikuti KPIN selama lima hari ini melihat dan sekaligus diperlihatkan bagaimana Tuhan bekerja. Selama lima hari itu sekitar 25.000 orang yang hadir di dalam KPIN Kaltim 2012 dan juga sekitar 10.000 orang yang bertobat sepertinya merupakan jumlah yang cukup besar, tetapi kita harus ingat bahwa masih ada tempat-tempat lain yang memerlukan KPIN seperti ini, sebuah Kebaktian Pembaruan Iman Nasional yang mengembalikan arti pertobatan yang sejati.

Di dalam tahun ini, Pdt. Dr. Stephen Tong digerakkan oleh Tuhan untuk melakukan penginjilan ke berbagai kota dan daerah, baik di dalam maupun luar Indonesia melalui KPIN. Beliau menargetkan untuk melakukan penginjilan ke 40-60 kota/daerah di Indonesia dalam 2 tahun ke depan, dan juga beberapa puluh kota di luar Indonesia. Maukah dan siapkah kita ikut berbagian di dalamnya?

Adhya Kumara
Redaksi Pelaksana PILLAR

Referensi:
1. http://www.radartarakan.co.id/index.php/kategori/detail/Tarakan/23613