Liputan National Reformed Evangelical Convention 2005: Iman, Pengetahuan, Pelayanan (II)

Apakah hubungan antara iman, pengetahuan, dan pelayanan?

Adakah hubungan antara iman kekristenan, pengetahuan yang kita miliki sebagai warga negara dari dunia yang kita tempati sekarang ini, dan pelayanan kita sebagai laskar Kristus?

Jawaban dari pertanyaan inilah yang dicari sekitar 1200 peserta NREC 2005 yang berkumpul bersama-sama di Wisma Kinasih, Sukabumi antara tanggal 27 sampai 30 Desember 2005. Peserta NREC 2005 datang dari berbagai pelosok daerah di Indonesia and beberapa negara di Asia, Amerika, dan Eropa, termasuk Singapura, Malaysia, Taiwan, Hong Kong, Timor Leste, Australia, Amerika Serikat, dan Jerman. Dari GRII Singapura sendiri, telah hadir lebih dari 100 peserta.

Latar Belakang NREC
NREC adalah sebuah retreat tahunan yang diselenggarakan oleh STEMI (Stephen Tong Evangelistic Ministries International) untuk mendidik dan menghasilkan generasi muda yang memiliki pengertian yang benar terhadap Firman Tuhan dan rela untuk terjun ke dalam penginjilan. NREC 2005 adalah kelanjutan (tahun kedua) dari retreat yang telah dimulai pada tahun 2004 dengan tema yang sama dan di tempat yang sama. NREC direncanakan akan diadakan selama lima tahun berturut-turut.

Antusiasme yang begitu besar terlihat dari pendaftaran NREC 2005 ketika pendaftaran harus ditutup dua bulan lebih awal dari tanggal acara dikarenakan keterbatasan akomodasi, walaupun masih begitu besar jumlah pendaftar yang ingin mengikuti acara ini.

Hal yang sangat menjadi berkat adalah kerelaan dari peserta-peserta NREC 2005 membayar ‘harga’ dengan meninggalkan kesempatan untuk berlibur bersama keluarga, berbagi kamar dengan orang belum dikenal, mengantri kamar mandi, dan duduk tenang mengikuti acara yang padat dari jam 7 pagi sampai jam 10 malam yang keseluruhannya adalah berupa seminar. Semua peserta terlihat begitu rindu untuk diajar dan diisi dengan kebenaran Firman Tuhan.

Sesi-sesi dalam NREC 2005 dibawakan oleh beberapa pembicara, yaitu: Pdt. Dr. Stephen Tong, Pdt. Benyamin Intan Ph.D, Bpk. Paul Hidayat M.Th, Pdt. Sutjipto Subeno M.Div., Ev. Maria Mazo M.Div., Pdt. Dipl.Mus. Billy Kristanto M.CS., Pdt. Amin Tjung M.Th., dan Pdt Liem Kok Han S.Th. Setiap pembicara membicarakan topik-topik yang berbeda tetapi di dalam satu tema besar yaitu “Iman, Pengetahuan, dan Pelayanan.”

Iman yang Sejati dan Peperangan Segala Abad
Dalam Kebaktian Pembukaan, Pdt. Dr. Stephen Tong menekankan perlunya Gerakan Reformed Injili (Reformed Evangelical Movement) yang merupakan suatu semangat, api, visi, dan misi yang harus digarap, agar manusia mengutamakan kehendak Tuhan, mengerti pimpinan Tuhan, dan menjalankan kehendak Tuhan. Gerakan Reformed Injili bukanlah merupakan suatu gerakan yang bersifat alternatif, boleh ada atau tidak ada. Sebaliknya gerakan ini adalah suatu gerakan yang harus ada karena gerakan ini membawa umat pilihan Tuhan untuk kembali kepada ajaran para rasul melalui theologi Reformed yang merupakan theologi yang paling ketat dan murni yang tetap menekankan pentingnya penginjilan.

Dalam kesempatan ini beliau juga menekankan pentingnya mempertahankan sifat dinamis yang kontinu dari Gerakan Reformed Injili. Karena tanpa adanya sifat tersebut maka gerakan (movement) akan berakhir menjadi sebuah monumen (monument), yang merupakan sebuah bangunan megah, tetapi hanya berisikan masa lalu tanpa adanya lagi aktifitas untuk masa kini apalagi masa depan.

Konsep Iman yang Sejati
Bpk. Paul Hidayat, M.Th. juga mengambil kesempatan untuk menjelaskan kepada para pendengar mengenai konsep iman yang sejati. Konsep iman membutuhkan dua oknum agar dapat terlaksana, yaitu yang diimani (Tuhan) dan yang mengimani (manusia).

Beliau juga mengkontraskan perbedaan substansi antara yang mengimani yang adalah manusia (ciptaan) yang terbatas, sementara, dan berdosa, dan yang diimani yang adalah Allah (pencipta) yang tak terbatas, kekal, dan tidak mungkin berdosa. Mungkin saja yang menjadi teguran pedas bagi beberapa peserta NREC adalah kesadaran bahwa kata mengimani tidaklah membawa implikasi bahwa seorang manusia mampu secara aktif beriman kepada Allah. Hal ini disebabkan oleh keberdosaan manusia yang menyebabkan ketidakmungkinan manusia untuk beriman kepada Allah yang sejati. Oleh karena itu, iman harus dilihat sebagai suatu anugerah semata dari Allah (Sola Gratia).

Panggilan Peperangan Rohani
Kemudian, Pdt. Dr. Stephen Tong kembali mengingatkan para peserta kepada suatu fakta yang sering kali tidak disadari: bahwa kehidupan kekristenan adalah sebuah peperangan! Ini adalah permusuhan yang telah dinubuatkan Allah dari permulaan (Kejadian 3:15) dan merupakan peperangan segala abad untuk menegakkan kebenaran Allah di tengah dunia.

Panggilan mengikut Kristus adalah panggilan untuk berperang. Rasul Paulus menegaskan dalam suratnya kepada jemaat di Efesus bahwa peperangan yang dihadapi adalah peperangan secara rohani (bukan jasmani) yaitu melawan roh-roh angkasa, penguasa-penguasa, dan penghulu-penghulu kegelapan, yang menyebabkan manusia mengikuti hawa nafsunya sendiri dan melawan Allah. Dalam peperangan ini, umat pilihan Allah diberikan anugerah untuk boleh berperang bersama-sama dengan Allah melawan musuh abadi Allah, yaitu Iblis dan pengikut-pengikutnya.

Dalam peperangan yang mulia ini diperlukan sebuah dasar yang sejati yaitu Iman Kristen Orthodoks. Yang dimaksud dengan Iman Kristen Orthodoks adalah iman hasil pekerjaan Roh Kudus yang didasarkan kepada Kristus, inkarnasi Anak Allah, yang lahir di dalam sejarah umat manusia, mati disalibkan untuk menjadi korban penebusan dosa manusia, dan bangkit dari kematian pada hari yang ke-3. Iman inilah yang diyakini, diajarkan, dan dibela oleh para rasul. Iman ini adalah suatu kebenaran yang sejati yang menjadi dasar setiap orang Kristen untuk masuk ke dalam peperangan rohani.

Memuliakan Tuhan dalam Segala Bidang
Ternyata bukan hanya pengetahuan tentang Firman Tuhan saja yang diperoleh peserta NREC 2005 ini. Para peserta juga mendapatkan kesempatan menambah ilmu dalam bidang musik lewat suatu sesi apresiasi musik klasik yang dipimpin oleh Pdt. Billy Kristanto. Penghargaan tradisi musik klasik dalam kehidupan bergereja dikaitkan dengan penghargaan penyertaan Tuhan di saat gubahan-gubahan yang indah ditulis.

Sebuah kantata gubahan Johann Sebastian Bach, BWV 106 Actus Tragicus, menjadi contoh dari perwujudan usaha untuk memuliakan Tuhan lewat seni musik. Dalam lagu ini, Bach telah berhasil menggabungkan prinsip-prinsip Firman Tuhan, seperti kebangkitan Kristus dari kematian, lewat susunan tangga nada yang menyatakan kemuliaan, kedaulatan, dan kebesaran Tuhan. Setelah mengerti bagaimana Bach bisa memuliakan Tuhan lewat lagu-lagunya, kita juga diajak untuk menjawab panggilan untuk memuliakan Tuhan dalam bidang kita masing-masing.

Penyerahan Diri untuk Kerajaan Kristus
Jika kita bertanya kepada para peserta yang hadir, sebagian besar bahkan seluruh dari mereka akan bercerita tentang suatu pengalaman kebangunan rohani. Bahkan ada sebagian yang bercerita tentang bagaimana mereka memperoleh suatu penajaman visi untuk terus mengikut Tuhan. Terlepas dari semua itu, tidak ada pemandangan yang lebih mengharukan daripada melihat ratusan pemuda-pemudi yang terpanggil dan berkomitmen untuk menyerahkan diri mereka untuk masuk ke dalam pelayanan Kerajaan Allah menjadi hamba-Nya secara penuh waktu.

Pada akhirnya empat hari sungguhlah merupakan waktu yang begitu singkat. Seperti halnya NREC 2004, pada NREC 2005 begitu nyata kuasa Tuhan bekerja mengurapi setiap peserta dalam setiap sesi. Para peserta pada akhirnya harus berpisah satu dengan lainnya dan pulang kembali ke kehidupan sehari-hari mereka. Akan tetapi mereka pulang dengan membawa sebuah komitmen baru untuk berperang bersama umat pilihan Allah lainnya melawan Iblis hingga Tuhan memanggil mereka.

Kita semua akhirnya diharapkan dapat meneladani Rasul Paulus, seorang Rasul Kristus yang telah mendedikasikan hidupnya dalam peperangan segala abad, yang mengatakan sebuah kalimat agung: “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Biarlah kiranya kita semua melihat hidup sebagai suatu peperangan segala abad melawan Iblis dan pengikut-pengikutnya, dan bukanlah suatu pilihan bebas, melainkan kemutlakan, panggilan, dan anugerah bagi setiap kita umat pilihan Allah yang telah ditebus dan disucikan oleh darah Kristus. Amin.

Wiryi Aripin dan Selviana