Kini kita berbicara tentang bagaimana Konfusius mengkritik pendidikan yang tidak beres. Dia mengkritik dengan beberapa kalimat. Pertama, orang yang suka loving kindness tetapi tidak mau belajar. Ada orang yang sudah merasa baik dan tidak merasa perlu belajar lagi. Ada orang yang beranggapan, “Meskipun saya tidak pandai, tetapi saya cukup baik, sehingga tidak perlu belajar lagi.” Kebaikan diri akhirnya menjadi suatu kesombongan yang membuatnya merasa tidak perlu belajar. Orang seperti ini akhirnya akan menjadi bodoh.
Kritik kedua, suka pengetahuan tetapi tidak suka belajar lebih tuntas lagi, akhirnya hanya tahu sepintas saja. Akibat dari sikap seperti ini adalah pelampiasan nafsu. Mau tahu tetapi tidak mau taat, mau belajar tetapi tidak mau tuntas. Akhirnya, semua yang diketahui itu hanya menjadi pengetahuan kognitif dan dia akan hidup di dalam pelampiasan nafsu. Ini akan menjadi kelemahan orang yang berpendidikan dengan pemikiran seperti ini.
Kritik ketiga, orang yang suka kejujuran tetapi tidak mau belajar terus. Seorang yang jujur, yang sungguh-sungguh, tetapi tidak mau belajar, dia akan bisa melukai orang lain. Dalam bahasa Tionghoa disebut “maling”, yang berarti dia akan merugikan orang lain. Orang yang jujur tetapi tidak mengerti kesopanan, maka kejujurannya akan melukai sana sini. Ini orang yang cuma menekankan yang benar tetapi tidak memiliki cinta kasih. Ia akan benar tetapi tidak mempunyai pengertian, tidak memberi pertimbangan untuk saling mengerti, tidak mau dan tidak bisa mengampuni orang lain, dan tidak belajar lebih banyak tata krama kesopanan. Orang yang baik, tetapi kurang pengalaman dan kurang belajar tata krama kesopanan, bisa melukai sana sini dan merugikan orang lain.
Kritik keempat, orang yang lurus sekali dan berani, tetapi tidak mau belajar, maka akan hidup penuh gelisah dan kurang sabar atau impulsif (hidup penuh gejolak). Orang yang suka keberanian tetapi tidak mau belajar akan menjadi orang yang kacau. Peribahasa Tionghoa: “Berani tanpa strategi yang penting akan selalu menjadi kekacauan.” Orang yang berani, berani melakukan ini dan itu, tetapi nanti dia yang membuat berbagai hal rusak akibat keberaniannya. Berani tanpa belajar akan merusak. Anjing yang galak dan berani juga memiliki sifat seperti ini. Berani itu penting, tetapi berani tidak boleh sembarangan. Berani yang sembarangan akan mengacaukan banyak hal dan membuat banyak kerusakan.
Jadi keberanian perlu ditahan, dan penahannya adalah Alkitab. Alkitab mengatakan, “Jika di luar memiliki keberanian, di dalam harus ada kasih.” Kasih harus menjadi pengikat dan pembatas keberanian. Keberanian yang dilindungi kasih akan terbatas dan tidak menjadi banjir. Kasih yang membatasi keberanian menjadikan keberanian itu tidak kasar. Keberanian yang dibatasi kasih akan menjadi keberanian yang penuh kesadaran dan dapat menahan diri. Jadi keberanian perlu diikat oleh kasih, dan kasih diikat oleh penguasaan diri. Dengan tiga hal ini barulah semua menjadi baik.
Kelima, orang yang keras dan suka berbuat yang keras, tetapi tidak mau belajar baik-baik, maka dia akan seperti orang gila. Ada orang yang suka mengatakan, “Saya memang seperti ini, engkau harus mengerti saya. Saya itu kalau orang baik sama saya, maka saya akan lebih baik ke dia, tetapi kalau dia jahat sama saya, saya akan lebih jahat lagi sama dia.” Tidak ada orang yang tanya, tetapi dia memperkenalkan diri sendiri seperti ini dan mau menunjukkan betapa kerasnya dia. Keras tidak salah, tetapi keras saja tidak cukup. Alkitab mengajarkan bahwa di dalam kejujuran kita harus ada cinta kasih.
Kasih tanpa kejujuran akan menjadi pendukung dosa atau pelindung kejahatan. Tetapi kejujuran tanpa kasih akan merangsang orang untuk lebih berani berdosa.
Memang yang kita katakan itu mungkin benar, tetapi semua yang dikatakan dengan benar itu apakah dilandaskan pada cinta kasih, atau justru berlandaskan kejengkelan atau kesombongan diri kita? Alkitab mengatakan tidak boleh demikian. Hal seperti itu tidak bisa membangun dan menggenapkan orang lain. Untuk kita membangun orang lain, kita harus jujur ditambah dengan cinta kasih. Kasih tanpa kejujuran akan menjadi pendukung dosa atau pelindung kejahatan. Tetapi kejujuran tanpa kasih akan merangsang orang untuk lebih berani berdosa. Terkadang di dalam kemarahan kita berkata, “Harus begini, kalau tidak mau ya sudah!” Kita pikir itu sikap yang baik. Itu sebenarnya tidak baik, tetapi merusak. Ketika kita tidak dapat menahan diri, tidak dapat menahan nafsu, kita akan cenderung menjadi sewenang-wenang. Berani, lurus, tetapi kacau. Hal seperti ini, di mana tidak ada upaya menahan nafsu, akan membuat kerusakan dalam banyak hal. Ini yang diungkapkan oleh Konfusius. Jadi salah satu karakter agung adalah kemampuan menahan diri.
Menahan diri dicapai melalui belajar dan belajar dan belajar terus. Belajar bagi Konfusius bukanlah mengumpulkan kredit, tetapi memupuk karakter diri sampai menjadi orang yang agung, yang memiliki ren (loving kindness), perikemanusiaan, tata krama, tahu sopan santun, dan mengerti kelemahan orang lain. Maka selain seseorang harus memiliki IQ (Intelligence Quotient), manusia juga harus memiliki EQ (Emotional Quotient). Pembicaraan yang baru menjadi topik belakangan ini sebenarnya sudah dinyatakan oleh Konfusius 2.500 tahun yang lalu. Jadi pemikiran Barat hanya ketinggalan 2.500 tahun saja. Kita baru saja membicarakan pentingnya EQ selain IQ. Seluruh dunia Barat sangat menitikberatkan pada pentingnya IQ. Tetapi orang Tionghoa sudah mengetahui selain IQ juga butuh EQ. Secara keseluruhan, setiap masalah adalah masalah manusia atau masalah peristiwa. Bagi dunia Timur, kalau ada masalah selalu adalah masalah manusia. Sementara dunia Barat lebih suka melihat bahwa itu masalah peristiwanya yang buruk.
Orang Tionghoa selalu melihat bahwa masalah itu adalah masalah manusianya. Manusia beres, maka kesulitan bisa beres sendiri; dan jika masalah manusia dengan manusia tidak bisa dibereskan, maka semua peristiwa kesulitan tidak ada yang bisa beres, karena sebenarnya di dalam semua peristiwa, masalahnya ada di manusianya. Jika manusianya berkarakter agung, maka semua kesulitan besar akan menjadi kecil, yang kecil akan menjadi lebih kecil lagi, dan yang lebih kecil menjadi tidak ada. Kalau manusianya tidak beres, maka masalah kecil diungkit-ungkit dan dibesar-besarkan menjadi masalah besar, dan masalah besar akhirnya menjadi lebih besar lagi, dan pada akhirnya meledak dan rusak.
Jadi, inilah doktrin pendidikan dari Konfusius. Secara ide dan apa yang dirindukan secara angan-angan, pemikiran Konfusius ini sangat luar biasa. Ini adalah salah satu sistem pendidikan yang terbesar di dalam dunia. Jadi kalau manusia sudah dididik sampai selesai, akhirnya dia mengetahui dan mampu bagaimana mengatur diri, bagaimana mengasihi orang lain, bagaimana menegakkan diri melaluinya, bagaimana kemudian dari situ bisa menegakkan orang lain, bagaimana mengontrol diri, sehingga kejujuran, keberanian, dan kekerasan itu tidak dilakukan secara sewenang-wenang dan bukan hanya menyenangkan nafsu, maka ia akan hidup menjadi orang agung. Tetapi untuk menjadi seperti ini sungguh tidak mudah.
Konfusianisme secara faktanya belum secara global menjadi suatu gerakan dunia. Muslim memiliki kemungkinan lebih besar. Globalisasi kekuatan Muslim lebih besar daripada konfusianisme. Kita tidak boleh berpikir bahwa Muslim itu kecil dan lemah. Muslim, Islam adalah gerakan yang besar dan kuat sekali. Islam itu memiliki sesuatu. Saya melihat Islam sebagai agamanya laki-laki. Kekristenan, khususnya Karismatik, adalah agamanya perempuan. Karena di dalam seorang laki-laki yang betul-betul logis, yang betul-betul berpikir kultural, politis bisa mendapatkan pelajaran politik dan kultural yang kuat luar biasa dari Islam. Agama ini tidak membutuhkan mujizat untuk berkembang. Di mana Anda bisa melihat agama lain di mana puluhan ribu laki-laki di tengah jalan berlutut berdoa? Tidak ada gereja melakukan hal seperti ini. Hal seperti ini justru bisa kita temukan di banyak mesjid yang sampai luber ke tengah jalan. Di tengah jalan, di tengah teriknya siang hari, orang berlutut dan semua laki-laki. Banyak orang Kristen tidak rela untuk melakukan seperti ini, mungkin Anda juga tidak mau disuruh seperti itu. Itu sangat mengherankan.
Konfusius adalah orang yang agung, bahkan salah satu yang paling agung, tetapi tetap kekurangan esensi agama. Akhirnya hanya berhenti pada ide yang tinggi, ide yang mengakibatkan keyakinan diri bahwa yang belajar konfusianisme telah mencapai tingkatan itu, padahal belum mencapainya. Itu semua akibat tidak ada Roh Kudus yang bisa melahirbarukan. Tidak ada hidup baru, tidak ada kematian Kristus yang menebus. Maka ide ini dilandaskan pada semacam takhayul bahwa manusia bisa menjadi baik. Mereka kurang belajar Theologi Reformed, kurang mengerti “kerusakan total” yang membuat bagaimanapun manusia berusaha tidak akan pernah dapat mencapai ide agung tersebut. Ide yang dibuat di dalam sistem kepercayaan konfusianisme sangat tinggi, tetapi tidak mungkin pernah ada orang yang bisa mencapainya.
Akhirnya, raja-raja yang paling besar di Tiongkok selamanya menjunjung tinggi konfusianisme untuk menjadi sistem filsafat seluruh bangsa, tetapi raja-rajanya sendiri berzinah, berdosa, dan berbuat banyak kejahatan. Dia hanya menjunjung tinggi konfusianisme supaya dengan itu dia lebih mudah mengatur rakyatnya. Bangsa dengan ideologi konfusianisme akan lebih mudah diatur. Tetapi pada saat yang sama, rajanya sendiri sulit dan tidak mau diatur. Konfusius justru mengajarkan supaya menegakkan diri sendiri dahulu baru menegakkan orang lain. Akhirnya, Tiongkok berabad-abad tidak pernah bisa ditegakkan, sehingga juga tidak menegakkan orang lain.
Satu pikiran penerobosan yang memberikan berita firman kepada segala bangsa yang paling kuat adalah dari kekristenan. “Pergilah, jadikanlah segala bangsa murid-Ku. Pergilah sampai ke ujung bumi.” Ini adalah berita perintah yang paling agung, paling menerobos, yang paling besar di sepanjang sejarah umat manusia. Kalimat seperti ini tidak ada pada banyak pemimpin ideologi atau pemimpin agama mana pun. Yang ada adalah seperti diungkapkan oleh perempuan Samaria, “Kami hanya akan menyembah kembali ke gunung ini.” Jadi bukan pergi ke segala bangsa tetapi semua bangsa ke sini.
Saat ini, setiap tahun, berjuta-juta manusia ditarik datang ke satu tempat, yaitu Mekah. Tidak ada agama yang begitu kuat dan berkuasa seperti ini. Ini adalah hal yang sangat luar biasa. Itu sebab saya mengatakan bahwa komunisme dibandingkan dengan Islam betul-betul tidak ada apa-apa. Komunisme itu kosong. Itu tidak lebih dari gertakan politik militer yang menakutkan orang, dan dalam beberapa puluh tahun hancur sendiri. Tetapi Islam pengaruhnya tidak bisa dianggap ringan, terus bertahan dan berkembang beribu-ribu tahun dengan kekuatan yang dahsyat. Agama yang hanya berteriak “Allah Maha Kuasa” dan sama sekali tidak mengandalkan mujizat.
Tetapi di seluruh dunia, jika kita melihat perubahan hati, orang yang diperanakkan pula dengan sungguh-sungguh, seorang yang dipenuhi Roh Kudus, mengerti kebenaran dan penuh cinta kasih, dan rela berkorban demi kebaikan dan keselamatan orang lain, ini adalah berita kekristenan. Jikalau kekristenan tidak menjalankan apa yang sesungguhnya dituntut oleh Alkitab, dan hanya ikut ramai-ramai secara fenomenal di luar saja, jangan harap kita bisa mengalahkan agama lain. Kiranya Tuhan terus memimpin setiap kita untuk dibangun menjadi orang yang dipenuhi Roh Kudus, yang menjadi manusia yang agung, yang menyatakan dan memuliakan Allah di dalam kehidupan kita. Amin.