Buletin PILLAR
  • Transkrip
  • Alkitab & Theologi
  • Iman Kristen & Pekerjaan
  • Kehidupan Kristen
  • Renungan
  • Isu Terkini
  • Seni & Budaya
  • 3P
  • Seputar GRII
  • Resensi
Transkrip
Foto Header Filsafat Asia - Bangunan di Forbidden City, Tiongkok

Filsafat Asia: Bagian 18

14 Maret 2025 | Pdt. Dr. Stephen Tong 8 min read

Di dalam konfusianisme, ada empat kitab penting, yang disebut sebagai Si Shu, yang terdiri dari 1) Da Xue (The Great Learning), 2) Lun Yu (The Analects of Confusius), 3) Zhong You (Middle Way), dan 4) Meng Zi (Mencius). Di dalam Da Xue dikatakan bahwa segala sesuatu ada urutannya. Dimulai dari awal yaitu menyelidiki materi; ini adalah wilayah pertama yang disebut ilmu sains. Menyelidiki ilmu sampai menemukan pengetahuan, suatu waktu nanti ini semua akan hilang. Di dalam seluruh sejarah Tiongkok, penyelidikan terhadap materi dan dunia materi itu hilang. Lalu, konfusianisme mulai dari titik ini, yaitu mulai dengan membenahi hatimu, membentuk tubuh dan karaktermu, lalu merapikan keluargamu, kemudian memerintah negaramu, dan pada akhirnya memperdamaikan seluruh alam semesta. Ini yang terus dikerjakan.

Jadi sistem pendidikan konfusianisme dengan sendirinya akan kekurangan aspek menyelidiki dunia materi dan mengejar ilmu sains. Ini karena titik tolak berpikirnya berbeda, bertolak belakang dari Yunani. Filsafat Yunani justru memulai semua dari menyelidiki alam untuk menemukan prinsip dan mengetahui semua dalil di dalam alam semesta. Jadi di dalam buku-buku yang paling penting sebelum Sokrates hanya ada dua judul utama, yaitu On Nature (Tentang Alam) dan On Principles (Tentang Dalil). Mereka hanya menyelidiki alam dan alam dan alam, lalu dari alam mau belajar prinsip dan prinsip dan prinsip yang ada di alam. Hampir semua filsuf dan ilmuwan yang penting harus menuliskan dua topik utama ini. Mereka mempelajari mengapa kalau dipanaskan memuai, mengapa kalau didinginkan menyusut, dan kemudian mencari banyak rumus fisika. Ini adalah dunia Yunani. Kalau di Yunani ada orang yang kemudian meneliti dan menyelidiki bagaimana memupuk karakter manusia, itu adalah perkecualian, misalnya seperti Phytagoras. Kebanyakan para filsuf seperti Thales, Anaximander, Anaximenes, Lukresius, Empedocles, Heraklitos, Parmenides dll., mereka semua sejalan yang umum.

Di Tiongkok tidak demikian. Di Tiongkok justru yang berpikir tentang alam dan mencari dalil-dalil dan prinsip alam itulah yang perkecualian. Orang-orang seperti Konfusius, Lao Tze, Mencius, itulah yang umum. Orang seperti Li Shi Zhen, seorang ahli astronomi, ahli ilmu pengetahuan alam yang hebat, itu adalah perkecualian. Selain itu masih ada yang meneliti bidang kedokteran. Di Yunani orang seperti ini juga ada. Ada juga ahli sejarah. Di Tiongkok ada Sima Qian, di Yunani ada Herodotus. Ahli medis yang besar di Tiongkok adalah Bian Que (扁鵲; 407-310 SM) dan Hua Tuo (華佗; 145-208 AD). Tulisan Hua Duo ditulis sebelum era first emperor Qin Shi Huang, dan banyak dibakar oleh dia, tersisa hanya dua halaman yang terselamatkan oleh orang yang mengetahuinya, yaitu di dalam berbicara tentang mengebiri ayam. Orang Tionghoa bisa mengebiri ayam hanya dalam waktu dua menit. Orang itu luar biasa. Dia hidup sezaman Kwan Kong (Guan Yu) di era Tiga Negara.  

Di era Tiga Negara (Sam Kok) ada tiga orang yang mengangkat saudara, yaitu Liu Bei, Kwan Kong, dan Zhang Fei. Kwan Kong terkenal di dalam dua hal. Pertama, dalam karakternya yang setia total kepada raja. Karakter Kwan Kong ini menjadi idolanya orang Tionghoa, karena Konfusius mengatakan, bawahan terhadap atasan harus setia baru negara bisa beres, dan atasan terhadap bawahan harus mengasihi. Yang menjadi atasan harus mau mengerti bawahan. Ini adalah tulang punggung sejarah Tiongkok. Kwan Kong begitu setia, sehingga ia dianggap dewa, digambarkan sebagai seorang yang gagah perkasa, dengan wajah yang kemerahan dan berjenggot tebal, dan bermuka ganteng. Sifat keduanya, keberaniannya di dalam peperangan. Satu kali dalam peperangan dia terkena panah beracun, ketika pulang panah itu sudah mengenai tulangnya. Dia dengan berani menahan sakit, dioperasi oleh Hua Tuo pakai pisau tanpa obat bius. Lalu sambil diajak main catur sambil dioperasi. Dagingnya dibuka, dia tahan, darahnya muncrat keluar, dan racun yang terkena tulang dikerok sampai bersih. Kwan Kong tahan sakit sambil main catur. Maka dunia sangat menghormati dan mengagungkan dia dan menganggapnya sebagai dewa. Jadi, Kwan Kong (Guan Yu) mendapat nama besar di dalam sejarah Tiongkok karena dia adalah Kwan Kong. Tetapi sedahsyatnya Kwan Kong, dia tetap bukan Tuhan dan dia juga akan menolak jika dia dianggap sebagai Tuhan. Saya pernah mengatakan di New York, jika Kwan Kong tahu engkau menyembah dia, membuat patung dirinya, pasti dia akan menolaknya. Inilah sejarah Tiongkok.

Teori Filsafat Konfusius: Tegas dan Lurus

Kini kita akan berbicara teori filsafat tentang nama yang tegas dan lurus. Ini adalah teori filsafat dari Konfusius. Konfusius lahir sekitar 551 SM dan dia hidup 73 tahun (meninggal 479 SM), hingga saat ini keturunannya masih terus dicatat dan diingat. Jadi hingga masa kini, sudah ada 76 atau 77 generasi dari Konfusius. Di Orchard Rd., Singapore, ada satu Beethoven House. Pemiliknya adalah keturunan Konfusius yang ke-76. Di Taiwan juga ada beberapa keturunan yang bermarga Kong, dan mereka adalah keturunan ke-76 dan 77 dari Konfusius. Jadi dengan demikian, kita tahu bahwa Konfusius bukanlah mitos, melainkan betul-betul pernah lahir di dalam sejarah, menikah, dan memiliki keturunan. Shakyamuni dan Yesus tidak menikah dan tidak memiliki keturunan. Ada legenda yang mengatakan ketika Yesus mau dipaku, Dia ketakutan dan lari dengan kekuatan luar biasa terus sampai ke Kaifeng, Tiongkok. Ini cerita tidak benar.

Ketika Konfusius mati, ada seorang perempuan yang terus tidak mau pergi dari kuburannya. Ia menjaga kuburannya, sambil mengingat-ingat ajaran gurunya, mencatat, diulangi, dikoreksi. Lalu dia dan beberapa orang yang ikut, setelah satu tahun mereka pergi dan berpisah. Tetapi masih ada satu murid yang tetap tidak mau pergi, dia akhirnya menjaga kuburan gurunya hingga tiga tahun baru pergi. Ini adalah murid Konfusius yang paling setia.

Murid Konfusius yang paling baik adalah Yan Hui. Sayang Yan Hui tidak berumur panjang, dia meninggal di usia 30 tahun. Ketika dia meninggal, Konfusius sedih luar biasa, karena dia tidak pernah melihat murid yang lebih baik dari murid ini. Kalau ada kesalahan, cukup diberi tahu satu kali dan dia tidak pernah mengulangi kesalahannya. Dia begitu ingin belajar, begitu rendah hati, begitu cerdas, dan begitu cepat menangkap. Konfusius cukup berkata satu kali, dan tanpa perlu diulangi, dia sudah mengerti apa yang dimaksud. Konfusius begitu sayang kepadanya, tetapi ia terlalu cepat meninggal. Hari itu Konfusius menangis dan mengatakan, “Mungkin Tuhan lagi menghukum saya, maka membawa muridku yang terbaik pulang.” Konfusius suka bermain kecapi, memainkan musik. Dia seorang musikus, seorang seniman juga yang luar biasa, tetapi dia begitu rendah hati. Celakanya banyak orang Tionghoa yang menjadi sombong karena merasa mengerti Konfusius, padahal Konfusius sendiri begitu rendah hati.

Satu kali ketika saya sedang berkhotbah di Taiwan, ada seseorang yang merasa saya terlalu menjunjung tinggi Tuhan Yesus dan kurang menjunjung tinggi Konfusius, lalu dia menjadi marah. Dia menuliskan pertanyaan, “Barang siapa yang tidak menyembah Konfusius, dia pasti bukan orang Tionghoa. Mengapa kalau kamu orang Tionghoa, kamu tidak menyembah Konfusius?” Saya sudah terbiasa digertak atau diberi pertanyaan yang sulit, sehingga saya tidak terkejut mendapat serangan darinya. Ketika saya membaca pertanyaan itu, saya tertawa. Orang semua heran mengapa saya tertawa. Saya menjawabnya, “Jikalau menuruti teorimu, maka Konfusius berarti bukan orang Tionghoa, karena Konfusius tidak pernah menyembah Konfusius.” Tidak mungkin Konfusius menyembah dirinya. Maka giliran semua orang tertawa. Akhirnya dia menangis. Engkau mengagungkan dia karena dia memiliki sesuatu. Apa itu? Pengetahuan. Yang orang lain tidak tahu, dia tahu. Dia mencari kebenaran. Dan Kebenaran yang sejati itu adalah Kristus. Saya ganti memberi tahu dia untuk dia harus mengagungkan Kristus. Jika kita di dalam Kristus yang sejati, kita tidak bisa digertak orang sembarangan.

Kebenaran yang dinantikan oleh Konfusius itu kini sudah datang, yaitu Yesus. Inilah kalimat yang seharusnya boleh diterapkan, “Jika pagi ini saya melihat Firman, sorenya mati pun rela.” Ada seseorang di Alkitab yang mengatakan hal ini. Dia adalah Simeon. Ketika Simeon menatang Yesus yang masih bayi, dia berkata, “Oh Tuhan, lepaskanlah hamba-Mu ini, karena aku sudah melihat.” Saya sudah melihat kemuliaan yang Engkau janjikan, maka sore mati pun rela. Inilah Simeon.

Konfusius dalam hal ini memiliki kemiripan dengan Simeon, tetapi Tuhan tidak memberikan Yesus lahir di Tiongkok, sehingga Konfusius tidak jadi seperti Simeon. Ada seorang mahasiswa National University of Singapore bertanya kepada saya, mengapa Konfusius tidak lahir di Singapore, dan dia tanya mengapa Tuhan Yesus tidak lahir di Tiongkok. Saya jawab dia, “Coba beri tahu saya, kamu orang Tionghoa atau orang Singapore?” Ketika saya tantang seperti ini, dia tidak berani menjawab, karena dia takut nanti kalau dia katakan dia orang Tionghoa maka pemerintah Singapore akan marah. Akhirnya dia menjawab orang Singapore. Lalu saya tanya lagi, mengapa kok bela Tiongkok, bukan bela Singapore. Lalu saya katakan, kalau hari ini Tuhan Yesus lahir di Tiongkok, besok harus lahir di Singapore, lalu lusa harus lahir di Malaysia, betapa repotnya dunia ini. Lalu saya gambarkan peta dunia, dan di situ langsung terlihat bahwa pusat dari seluruh dunia kita bukanlah Amerika atau Inggris, tetapi Tanah Suci. Semua yang ada di kanannya adalah dunia Timur, dan semua yang ada di kirinya adalah dunia Barat. Pusat kebudayaan ada di situ, pusat bangsa juga di situ, maka Yesus lahir di situ. Amin.

Tag: Guan Yu, Konfusianisme, Konfusius, Lao Tze, Mencius, Sam Kok, Tiga Negara

Langganan nawala Buletin PILLAR

Berlangganan untuk mendapatkan e-mail ketika edisi PILLAR terbaru telah meluncur serta renungan harian bagi Anda.

Periksa kotak masuk (inbox) atau folder spam Anda untuk mengonfirmasi langganan Anda. Terima kasih.

logo grii
Buletin Pemuda Gereja Reformed Injili Indonesia

Membawa pemuda untuk menghidupkan signifikansi gerakan Reformed Injili di dalam segala bidang; berperan sebagai wadah edukasi & informasi yang menjawab kebutuhan pemuda.

Temukan Kami di

  facebook   instagram

  • Home
  • GRII
  • Tentang PILLAR
  • Hubungi kami
  • PDF
  • Donasi

© 2010 - 2025 GRII