Buletin PILLAR
  • Transkrip
  • Alkitab & Theologi
  • Iman Kristen & Pekerjaan
  • Kehidupan Kristen
  • Renungan
  • Isu Terkini
  • Seni & Budaya
  • 3P
  • Seputar GRII
  • Resensi
Alkitab & Theologi
Lukisan Gerakan Anabaptis

Gerakan Anabaptis: Perpisahan Radikal dengan Institusi Duniawi

31 Oktober 2025 | Mario A. J. Sirait 6 min read

Bersamaan dengan gerakan yang dimulai oleh Luther di Jerman pada tahun 1517, terdapat gerakan yang serupa tetapi tidak sama terhadap Gereja Katolik Roma di Zurich, Swiss, pada tahun 1525. Gerakan ini diinisiasi oleh Felix Manz dan Conrad Grebel. Pada awalnya, mereka adalah murid-murid dari Ulrich Zwingli yang merupakan seorang reformator dari Gereja Katolik Roma, tetapi dia menentang baptisan ulang, dan ini bertentangan dengan theologi Manz dan Grebel. Akhirnya, Manz dan Grebel memisahkan diri dari Zwingli dan membuat gerakan Anabaptis ini. Pada masa itu, gerakan Reformasi aliran utama berawal dari gereja-gereja Katolik Roma yang, bersimpatisan dengan para reformator, mengubah aliran theologi mereka dengan para reformator. Misalnya, ketika sebuah gereja Katolik Roma di daerah di mana gerakan Reformasi Luther bergerak memutuskan untuk mengadopsi theologi Luther, maka gereja tersebut menjadi sebuah gereja Lutheran. Sama halnya dengan Reformasi Calvin, juga Reformasi Anglikan nantinya, sehingga Reformasi merupakan gerakan perubahan dari dalam ke luar. Namun, kelompok Anabaptis bergerak secara mengakar. Bukan gerakan yang memecah dari dalam Gereja Katolik Roma, tetapi gerakan yang dimulai oleh kelompok di luar Gereja Katolik Roma. Gerakan ini menolak untuk bekerja di dalam institusi pemerintahan dan di dalam konteks soteriologi, gerakan ini berbeda dalam pandangannya tentang baptisan. Golongan Anabaptis percaya bahwa seseorang tidak boleh dibaptis saat masih bayi (infant baptism) dan gereja tidak boleh bekerja sama dengan institusi duniawi (magistrat gereja-kota). Di sinilah Manz dan Grebel tidak setuju dengan Zwingli, dan Zwingli dituduh berkompromi dengan institusi karena tetap setuju dengan baptisan bayi. Bagi kaum Anabaptis, seseorang harus terlebih dahulu mempelajari firman, bertobat, dan mengaku percaya bahwa Kristus telah menghapus dosanya di salib, dan kemudian baru dia boleh dibaptis. Hal ini tertulis dalam pengakuan iman mereka, yakni Pengakuan Iman Schleitheim sebagai berikut:

“Baptism shall be given to all those who have learned repentance and amendment of life, and who believe truly that their sins are taken away by Christ, and to all those who walk in the resurrection of Jesus Christ, and wish to be buried with Him in death, so that they may be resurrected with Him, and to all those who with this significance request it [baptism] of us and demand it for themselves. This excludes all infant baptism, the highest and chief abomination of the pope. In this you have the foundation and testimony of the apostles.” (Schleitheim Confession of Faith (1527), First Article: Observe Concerning Baptism)

Konsekuensi dari ini adalah seseorang yang hendak bergabung dengan gerakan Anabaptis tetapi sudah dibaptis ketika masih bayi, harus memberikan diri mereka dibaptis ulang ketika bergabung ke Anabaptis. Hal ini dikarenakan baptisan mereka waktu bayi dianggap tidak sah, bukan karena formulasinya salah, tetapi karena yang dibaptis belum memiliki pemahaman dan pengakuan iman. Inilah mengapa mereka disebut Anabaptis, yang berarti “re-baptizer” atau kelompok yang membaptis ulang. Seseorang baru benar-benar bisa mencapai ketaatan apabila mereka belajar firman, bertobat, mengaku percaya, dan memberi diri dibaptis. Ketika seseorang telah menjadi bagian dari kaum yang selamat, mereka harus secara radikal memisahkan diri mereka dari “kejahatan dan segala yang fasik (evil and wickedness)”. Hal ini tertulis dalam pengakuan iman mereka pada Artikel 4, yakni:

“A separation shall be made from the evil and from the wickedness …. For truly all creatures are in but two classes, good and bad … the world and those who [have come] out of the world … Christ and Belial; and none can have part with the other. … From this we should learn that everything which is not united with our God and Christ cannot be other than an abomination which we should shun and flee from. By this is meant all popish and antipopish works and church services, meetings and church attendance, drinking houses, civic affairs, the commitments [made in] unbelief and other things of that kind, which are highly regarded by the world and yet are carried on in flat contradiction to the command of God, in accordance with all the unrighteousness which is in the world. From all these things we shall be separated… (Schleitheim Confession of Faith (1527), Fourth Article: On Separation of the Saved)

Dengan ini, orang yang ada di dalam gerakan Anabaptis waktu itu tidak memberikan diri mereka berbagian di dalam institusi seperti institusi negara, institusi masyarakat, dan lain-lain. Tidak hanya itu, mereka juga memisahkan diri dari aspek-aspek sosial, politik, dan keagamaan. Inilah yang menjadi cikal bakal dari kelompok masyarakat Amish dan Mennonite, yang cukup menolak modernisasi pada taraf tertentu. Pemisahan mereka ini adalah bagian dari soteriologi mereka. Mereka percaya bahwa ketika seseorang sudah mengenal Kristus dan lahir baru, maka ia akan ditarik “keluar” dari dunia, menjadi sangat berbeda dengan dunia. Salah satu yang hendak ditekankan ada dalam Artikel 6, yakni:

“The sword is ordained of God outside the perfection of Christ. It punishes and puts to death the wicked, and guards and protects the good … and the same [sword] is [now] ordained to be used by the worldly magistrates. In the perfection of Christ, however, only the ban is used for a warning and for the excommunication of the one who has sinned … He Himself forbids the [employment of] the force of the sword … The worldlings are armed with steel and iron, but the Christians are armed with the armor of God, with truth, righteousness, peace, faith, salvation and the Word of God” (Schleitheim Confession of Faith (1527), Sixth Article: Concerning the Sword)

Kelompok Anabaptis menggunakan kata “pedang” untuk menggambarkan penghakiman yang dunia pakai untuk memperoleh keadilan. Penghakiman ini dimaksudkan sebagai koersi fisik, yang termasuk di dalamnya adalah hukuman penjara dan hukuman mati. Dengan demikian, seorang Anabaptis harus menjauhkan diri dari menjabat sebagai seseorang yang punya tanggung jawab dalam politik dunia ini, terutama yang bertanggung jawab untuk menjatuhkan hukuman. Bagian ini bukan hanya sekadar nasihat politik, melainkan suatu bentuk keharusan dalam ketaatan rohani, yang mana seseorang harus tekun menjaga kekudusannya dengan menghindari “penggunaan pedang”. Oleh karena itu, seorang Anabaptis yang diselamatkan adalah dia yang bertobat dari dosanya, mengaku percaya kepada Tuhan Yesus, memberi dirinya dibaptis (dan dibaptis ulang, apabila sudah dibaptis waktu bayi, karena tidak sah), kemudian memisahkan diri secara radikal dari nilai-nilai, sistem, organisasi, institusi pemerintahan, metode penghukuman, dan semua hal yang berasal dari dunia secara spiritual. Namun, kaum Anabaptis tetap harus mengikuti peraturan pemerintah yang ada di atasnya, hanya tidak berbagian dalam pemerintah dan hukum pidana, melainkan menggunakan pengucilan dari persekutuan (the ban) sebagai disiplin rohani. Berpisahnya mereka dari hal duniawi adalah ketekunan iman yang harus mereka lakukan, sebagai bentuk menjaga iman yang telah menyelamatkan mereka. Inilah soteriologi Anabaptis yang radikal itu. Pada bagian selanjutnya, kita akan melihat bagaimana pemikiran akan soteriologi melahirkan Theologi Reformed.

Mario A. J. Sirait

Pemuda GRII Pusat

Tag: ajaran, Allah, anabaptis, doktrin, kebenaran, Kekristenan, reformasi, Reformed, teologi

Baca ini juga yuk

Konsili Trente: Respon Gereja Katolik terhadap Soteriologi Luther (Bagian 4)

Dengan gerakan reformasi yang besar dan kian meluas ke seluruh Eropa waktu itu, Gereja Katolik Roma memberikan respon balik terhadap pengajaran soteriologi Luther. Luther menekankan keselamatan yang ...

Alkitab & Theologi - Mario A. J. Sirait 5 min read

Langganan nawala Buletin PILLAR

Berlangganan untuk mendapatkan e-mail ketika edisi PILLAR terbaru telah meluncur serta renungan harian bagi Anda.

Periksa kotak masuk (inbox) atau folder spam Anda untuk mengonfirmasi langganan Anda. Terima kasih.

logo grii
Buletin Pemuda Gereja Reformed Injili Indonesia

Membawa pemuda untuk menghidupkan signifikansi gerakan Reformed Injili di dalam segala bidang; berperan sebagai wadah edukasi & informasi yang menjawab kebutuhan pemuda.

Temukan Kami di

  facebook   instagram

  • Home
  • GRII
  • Tentang PILLAR
  • Hubungi kami
  • PDF
  • Donasi

© 2010 - 2025 GRII