Mata kita – manusia berdosa – gampang sekali tertipu oleh fenomena luar, kita melihat apa
yg menempel di luar: merek baju apa yang dipakai, mobil apa yang dikendarai, rumah di
daerah mana, dan sebagainya. Kita bukan menilai siapakah manusia itu sebenarnya.
Berbeda dengan mata Tuhan Yesus. Dia melihat dengan sesungguhnya, sebagaimana apa
adanya. Tidak ada fenomena luar yang bisa menipu mata X-ray tersebut yang melihat hingga
kedalaman hati terdalam. Tuhan menilai kita sebagaimana kita diciptakan, bukan karena kita
lebih mempunyai kekayaan materi, lebih mempunyai pencapaian karir, lalu membuat nilai
kita bertambah atau berkurang. Tidak ada yang kita punya atau kita lakukan dapat mengubah
penilaian-Nya. Manusia melihat fenomena. Tuhan Yesus melihat hati – esensi keberadaan
kita.
Tuhan mengenal kita dari nilai yang sesungguhnya. Nilai kita waktu kita diciptakan. Waktu
penciptaan, manusia adalah puncak dari segala ciptaan. mahluk yang paling mulia. Tetapi
aneh kenapa Tuhan memakai debu tanah yang remeh dan tidak bernilai untuk menjadikan
manusia? Bukankah sebagai makhluk yang mulia seharusnya Tuhan memakai bahan baku
yang paling berharga seperti emas dan permata? Tidak! Dari sini kita mengerti, Tuhan mau
kita melihat satu hal: kemuliaan manusia bukan dari emas atau permata tetapi dari Tuhan
memberikan nafas kehidupan bagi manusia.
Kita adalah peta dan teladan Allah tetapi sejak Adam memberontak, kita semua telah menjadi
peta teladan Allah yang rusak, peta teladan Allah yang telah melawan Sang Pencipta. Itulah
yang Tuhan lihat pada manusia, baik dia seorang imam, orang Farisi, ahli Taurat, ataupun
seorang pemungut cukai. Mereka semua sama-sama orang berdosa yang memerlukan
penebusan dosa.
Orang Farisi marah ketika Yesus menerima Matius karena mereka merasa mereka orang
benar sedangkan pemungut cukai adalah orang berdosa. Pemungut cukai dianggap sebagai
pengkhianat bangsa, pemeras sesama, singkatnya sampah masyarakat. Apa yang terlihat
dari luar sebagai sampah, bisa dilihat oleh Tuhan Yesus sebagai permata yang tersembunyi
dengan bungkusan kotoran sampah.
Pemungut cukai, orang gila, bagi orang Yahudi sama tidak ada harganya. Di perikop
sebelumnya masyarakat Gadara mengusir Tuhan Yesus keluar dari daerah mereka karena
2.000 babi mereka (kalau 1 ekor babi seharga Rp. 2 juta, maka total kerugian sekitar Rp.
4M) terjun bebas ke jurang. Tuhan Yesus melihat jiwa orang gila lebih berharga daripada
sekadar 2.000 babi! Dan Tuhan Yesus memilih 1 Matius menjadi murid-Nya dibandingkan
2.000 orang Farisi lainnya pada saat itu. Tuhan memilih Matius bukan karena apa yang ada
padanya, demikian juga kita dipilih bukan karena apa yang kita punya atau kita perbuat.
Sepenuhnya adalah kedaulatan dan anugerah-Nya semata. Soli Deo Gloria.