Buletin PILLAR
  • Transkrip
  • Alkitab & Theologi
  • Iman Kristen & Pekerjaan
  • Kehidupan Kristen
  • Renungan
  • Isu Terkini
  • Seni & Budaya
  • 3P
  • Seputar GRII
  • Resensi
Kehidupan Kristen

Bersaksi Bagi Kristus dan Mengingat Wabah COVID-19

1 Juli 2025 | Nathanael Marvin Santino 9 min read

Dapat dikatakan bahwa tahun 2020 adalah tahunnya COVID-19. Selama tahun 2020, selalu ada berita tentang COVID-19, baik di televisi, siaran radio, internet, koran, dan bahkan handphone kita. Semua orang disibukkan dengan berita-berita ini sehingga tanpa sadar, manusia memiliki perilaku baru dalam menghadapi COVID-19. Mau tidak mau, tepat atau tidak tepat waktunya, anak-anak, orang yang muda atau orang yang tua, harus menghadapi bahaya dari penyakit COVID-19.

Mengapa manusia begitu fokus untuk menghadapi COVID-19? Karena taruhannya adalah nyawa seseorang. Yesus pernah memberikan penjelasan betapa berharganya nyawa seseorang. Dalam Matius 16:26, Yesus berkata, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” Kalimat ini memberikan pesan kepada kita bahwa nyawa seseorang itu lebih penting dari segala hal yang dapat diperoleh atau diberikan oleh dunia. Apa yang dapat diberikan oleh dunia? Kekayaan, kuasa, nama, dan kenikmatan hidup. Segala hal yang dikejar dan dicari orang. Akan tetapi, ada yang lebih penting dari itu semua, yaitu nyawa seseorang. Nyawa berarti hidup. Hidup adalah hal yang paling penting bagi manusia. Bila manusia itu tidak punya hidup, berarti dia mayat. Jika manusia sudah menjadi mayat, maka dia tidak ada gunanya. Dia tidak bisa menikmati dunia dan seluruh kenikmatan yang disediakan oleh dunia. Oleh karena nyawa begitu penting dalam hidup manusia melebihi segala hal di dalam dunia ini, maka manusia memproteksinya dengan luar biasa. Jika ada hal yang bisa merenggut nyawa seorang manusia, manusia itu akan memikirkan segala cara agar hal tersebut tidak mengambil nyawanya. Manusia otomatis akan melawan COVID-19 yang bisa membahayakan nyawanya.

COVID-19 diketahui semua orang dalam waktu singkat. Andai saja Injil Kristus diberitakan dengan gencar selama satu tahun, pasti semua orang bisa mengetahui tentang betapa baiknya Tuhan dan banyak orang akan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Percaya Yesus Kristus atau tidak merupakan sebuah hal yang juga menyangkut nyawa seseorang. Antara sorga dan neraka. Percaya Kristus atau tidak adalah pembicaraan soal nyawa manusia. Jika COVID-19 sudah diberitakan ke seluruh dunia, dan mungkin hampir semua penduduk dunia mengetahui COVID-19 ini, mungkinkah Injil diberitakan hingga semua orang juga bisa mengetahui pesan mulia dari Injil Kristus ini?

Apa yang dapat diberikan oleh dunia? Kekayaan, kuasa, nama, dan kenikmatan hidup. Segala hal yang dikejar dan dicari orang. Akan tetapi, ada yang lebih penting dari itu semua, yaitu nyawa seseorang. Nyawa berarti hidup. Hidup adalah hal yang paling penting bagi manusia. Bila manusia itu tidak punya hidup, berarti dia mayat. Jika manusia sudah menjadi mayat, maka dia tidak ada gunanya. Dia tidak bisa menikmati dunia dan seluruh kenikmatan yang disediakan oleh dunia.

Bagaimanakah orang Kristen bersikap di tengah wabah? Bagaimana kita bertindak? Apakah kita bersikap seperti sebagian orang yang takut sekali terhadap wabah? Apakah kita menjadi seperti sebagian orang yang terlalu khawatir tentang nyawa mereka dan keluarga mereka dan akhirnya menjadi paranoid? Apakah kita menjadi seperti orang yang tidak menjaga diri dan masih saja pergi-pergi ke luar dengan sembarangan? Apakah kita menjadi seperti sebagian orang yang tidak peduli sama sekali dengan wabah yang ada? 

Ketika menghadapi COVID-19, sebagian orang menghadapinya dengan bijaksana. Mereka mulai beradaptasi, memakai masker, membeli cairan alkohol, mencuci tangan, dan mengonsumsi vitamin untuk memperkuat daya tahan tubuhnya. Ada juga sebagian orang yang begitu mengerti kondisi orang yang kurang beruntung, sehingga mereka mulai memberikan sebagian harta milik mereka kepada orang yang membutuhkan. Ada juga yang memberikan sembako kepada orang yang kehilangan pekerjaan dan kesulitan ekonomi karena wabah ini, mengirim APD (Alat Pelindung Diri) ke berbagai rumah sakit, dan memberikan imbauan-imbauan pencegahan penyebaran COVID-19. Bahkan, banyak tenaga medis yang rela mati untuk merawat pasien-pasien. Wabah COVID-19 sudah kita dilalui, bahkan mulai dilupakan banyak orang. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan akan ada wabah-wabah yang lain di depan. Kembali lagi ke pertanyaan, bagaimanakah orang Kristen menyikapi situasi dan kondisi dunia ini?

Alkitab memberikan tuntutan yang sangat tinggi kepada kita sebagai orang Kristen dalam segala hal. Matius 5:20 mengatakan, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Dalam ayat ini, Yesus sedang membandingkan antara orang Kristen dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi adalah orang-orang yang kehidupan agamanya paling baik. Mereka memiliki standar tertinggi dalam kehidupan beragama mereka. Mereka berbuat baik, mereka bersedekah, mereka tekun berdoa, mereka berpuasa, mereka menjalankan persepuluhan, mereka menjalankan hukum Taurat dengan sangat ketat. Yesus mengatakan bahwa pengikut Kristus harus melebihi kehidupan baik dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Ini adalah pekerjaan baik yang melampaui kekuatan manusia. Pekerjaan yang Yesus tuntut adalah pekerjaan yang memerlukan anugerah Allah. 

Apa yang bisa dilakukan orang Kristen? Semua hal yang buruk dan bisa menjadi batu sandungan bagi sesama, kita hindari. Lalu, semua hal yang baik dan bermanfaat bagi sesama, kita lakukan dengan maksimal. Ini adalah pekerjaan yang sulit, tetapi kita perlu berusaha semaksimal mungkin menjadi berkat bagi orang lain. Baik di tengah wabah atau tidak, tugas penginjilan yang Tuhan berikan pada orang Kristen tetap harus dilaksanakan. Amanat Agung Tuhan Yesus tidak boleh diabaikan. Perintah Kristus pun tidak menjadi tidak berlaku di saat wabah. Kita punya tugas mengabarkan Injil. Di dalam Amanat Agung Tuhan Yesus, bukankah tidak ada syarat bahwa penginjilan tidak bisa dikerjakan pada saat wabah?

Ada tiga tokoh teladan dalam sejarah kekristenan yang menjadi saksi kebenaran. Pertama, John Hus (1373-1415). Hus dikenal sebagai tokoh reformis pertama gereja, satu abad sebelum Martin Luther. Pada waktu itu, sistem keagamaan sangat kuat dikuasai oleh Gereja Katolik Roma. Gereja Katolik pada waktu itu bagaikan kerajaan yang tanpa celah sedikit pun. Tidak ada orang dari kelompok luar gereja dan kelompok rohaniwan yang mampu mengubah sistem agama Gereja Katolik. Akan tetapi, keyakinan iman Hus yang besar terhadap kebenaran dan sikap tidak komprominya terhadap kebenaran menimbulkan masalah dengan Gereja Katolik. Hal utama yang ditentang oleh Hus adalah pengajaran mengenai indulgensia. Hus membayar mahal untuk keyakinan imannya dan untuk menyatakan kebenaran. Dia menyatakan bahwa upah dosa adalah maut, dan tidak ada usaha atau jasa yang dapat dilakukan oleh manusia agar diampuni dan dilepaskan dari penghukuman Allah, kecuali melalui anugerah Yesus Kristus. Hus dianggap sesat, ditangkap, diadili, dan dihukum. Hus mati dibakar pada sebuah tiang sebagai pemberontak. Apakah sistem keagamaan yang kuat pada saat itu mengurungkan niat Hus untuk menyatakan kebenaran dan memberitakan Injil? Tidak. Apakah hal yang kelihatannya mustahil membuat Hus berdiam diri dan tidak menyaksikan kebenaran? Tidak juga. Kematiannya tidak sia-sia, sebab setelah Hus, ada seseorang yang mengikuti jejak rohaninya, yaitu Jon Amos Comenius.

Tokoh kedua adalah Jon Amos Comenius (1592-1671). Comenius memiliki sifat yang sangat pendiam dan pemalu sehingga banyak orang mengira ia agak terbelakang. Akan tetapi, dia memberikan sumbangsih bagi kemajuan pendidikan modern. Bahan bakar yang membuat Comenius terus mencari ilmu pengetahuan adalah kepercayaan bahwa karena segala sesuatu diciptakan melalui Kristus dan bagi Kristus, sehingga Kristus dapat dilihat dalam segala sesuatu (Kol. 1:16). Ia menyatakan bahwa semua ilmu pengetahuan sejati akan menyatakan kemuliaan Kristus. Dia menyatakan bahwa alam adalah “buku kedua Allah”. Selain itu, ia menjadi orang pertama yang memperjuangkan pendidikan bagi para wanita dan anak-anak dari seluruh golongan; ia mempromosikan kurikulum yang bervariasi, yang mencakup sejarah, geografi, ilmu pengetahuan, musik, nyanyian, drama, ilmu kewarganegaraan dan pekerjaan tangan; ia percaya bahwa seluruh proses belajar patut menggunakan semua indera (penglihatan, peraba, pengalaman, penciuman, dan pendengaran) untuk berinteraksi dengan lingkungan. Comenius bukan saja menjadi berkat dalam pendidikan, tetapi juga menjadi berkat dalam pelayanan gerejawi sebagai hamba Tuhan. Apakah sifat dan karakter Comenius yang pendiam dan pemalu membuatnya tidak menjalankan tugas penginjilan? Tidak. Dia setia kepada kebenaran dan mau dipakai Tuhan untuk berkontribusi di dunia pendidikan dan pelayanan gerejawi.

Tokoh ketiga adalah Count Nikolaus Ludwig von Zinzendorf (1700-1760). Dia berasal dari keluarga yang kaya. Keluarganya sudah mempersiapkan Zinzendorf untuk duduk di kursi paling berpengaruh di salah satu pengadilan daerah. Apakah itu menghentikannya untuk memberitakan Injil? Tidak. Kekayaan maupun kuasa tidak menghentikannya untuk bersaksi. Ia melepaskan itu semua dan menghabiskan masa depannya untuk memberitakan Injil ke ujung dunia. Ia melahirkan misi-misi modern, memperbarui Gereja Moravia, dan menyinari kebenaran-kebenaran Reformasi sehingga menjadi gaya hidup praktis bagi setiap rumah. Salah satu hal unik yang dikerjakan Zinzendorf adalah menjadikan orang-orang Moravia menjadi sebuah gerakan yang besar. Apakah dia melakukan hal tersebut dengan disengaja? Tidak. Zinzendorf tidak bermaksud untuk mengubah pikiran dan doktrin seseorang. Ia mengasihi orang-orang Katolik sama seperti ia mengasihi orang-orang Lutheran, dan ia tetap menjadi seorang Lutheran sampai akhir hidupnya. Dia menyentuh sesuatu yang sangat luhur dan mulia, sehingga orang-orang percaya sejati dari setiap doktrin yang berbeda-beda ingin mengklaimnya sebagai milik mereka, walaupun sebenarnya banyak doktrin mereka yang tercerai-berai akibat pengaruh hidup Zinzendorf.

Kerohanian seperti apakah yang dimiliki oleh Zinzendorf? Zinzendorf mengajarkan kekuatan kasih kepada Tuhan yang begitu besar. Kuasa dari kehidupan Zinzendorf adalah gairahnya yang menyala-nyala bagi Yesus. Kasihnya kepada Tuhan dipancarkan dengan roh yang mulia sehingga membuat pertentangan dan perdebatan sekolah-sekolah theologi yang terpelajar terlihat najis dan tidak masuk akal bila dibandingkan. Jika Luther telah mengubah gereja dengan berdiri di atas kebenaran, Zinzendorf melakukannya dengan berdiri di atas kasih. Kasih ini membawa Reformasi kepada suatu tingkatan baru, seperti dalam 2 Korintus 3:6c, “Hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.” Zinzendorf tidak membuat perbedaan makin tajam. Dia percaya bahwa Alkitab mengajarkan hanya ada satu gereja yang berisi seluruh orang-orang percaya sejati. Baik itu Lutheran, Moravia, atau pun Katolik, semuanya adalah saudara dalam Kristus. Zinzendorf mengenal iman sejati secara pribadi, ia bebas untuk memiliki persekutuan dengan siapa saja yang mengenal dan mengasihi Sang Juruselamat tanpa menghiraukan keanggotaan institusional mereka. Ia tidak pernah menyerang atau mencoba melemahkan institusi, dia bangkit di atas institusi. Dia ingin mengenal orang-orang yang penuh dengan Roh daripada hanya dari penampilan luar, yaitu misalnya berdasarkan keanggotaan doktrinal/institusional saja. Di bawah pengaruh Zinzendorf, Gereja Moravia berkembang menjadi gereja yang kuat dan penuh kasih. Kasih orang-orang Moravia bagi jiwa yang terhilang mendorong mereka mengirimkan misionaris-misionaris sampai ke ujung bumi. Ini merupakan kelahiran gerakan misionaris modern. Zinzendorf dan Gereja Moravia sudah menjadi salah satu inspirasi dan contoh besar dalam penginjilan.

Ingatkah kita akan tugas penginjilan? Sudahkah kita bersaksi kepada orang-orang di sekitar kita? Apakah situasi dan kondisi yang sulit menjadi alasan bagi kita untuk tidak bersaksi? Tuhan sudah pernah memakai tiga orang ini untuk bersaksi di tengah segala ketidakmungkinan yang ada, maka selayaknya kita pun percaya bahwa Tuhan menyediakan kesempatan di mana kita bisa bersaksi bagi Kristus di mana pun atau di tengah-tengah wabah sekalipun. Kiranya Roh Kudus menyertai, memimpin, dan membukakan mata rohani kita untuk melihat kesempatan pelayanan bersaksi bagi Kristus di segala waktu.

Pdt. Nathanael Marvin Santino
Hamba Tuhan GRII Solo

Referensi:
– Tiga Saksi, Rick Joyner. Bandung: Revival Publishing House, 2000.
– http://missionaries.griffith.edu.au/missionary-training/moravians-herrnhut-1722-1869
– https://en.wikipedia.org/wiki/Indulgence

Tag: Amanat Agung, bersaksi, COVID-19, nyawa, penginjilan

Baca ini juga yuk

Panggilan Memuridkan

Pembukaan  Salah satu tanda dari gereja yang sejati adalah mengabarkan Injil yang sejati ke dunia yang jatuh dalam dosa. Ini merupakan sebuah perintah langsung dari Tuhan Yesus ...

Alkitab & Theologi - David Kurniawan 10 min read

Langganan nawala Buletin PILLAR

Berlangganan untuk mendapatkan e-mail ketika edisi PILLAR terbaru telah meluncur serta renungan harian bagi Anda.

Periksa kotak masuk (inbox) atau folder spam Anda untuk mengonfirmasi langganan Anda. Terima kasih.

logo grii
Buletin Pemuda Gereja Reformed Injili Indonesia

Membawa pemuda untuk menghidupkan signifikansi gerakan Reformed Injili di dalam segala bidang; berperan sebagai wadah edukasi & informasi yang menjawab kebutuhan pemuda.

Temukan Kami di

  facebook   instagram

  • Home
  • GRII
  • Tentang PILLAR
  • Hubungi kami
  • PDF
  • Donasi

© 2010 - 2025 GRII