Pada renungan yang lalu, kita memenungkan bagaimana Yakub diberkati menjadi Israel
karena dia memegang Malaikat Tuhan erat-erat dan tidak mau membiarkan-Nya pergi
sebelum Dia memberkatinya. Melihat kegigihan Yakub meminta sesuatu yang benar kepada-
Nya, Tuhan pun memberkatinya. Tidak banyak orang mendapatkan anugerah seperti Yakub,
yang dapat secara langsung bertemu dan bergulat dengan Tuhan. Bagi kita yang hidup pada
zaman ini, zaman ketika wahyu sudah selesai dan lengkap, dan Tuhan tidak lagi
menampakkan diri-Nya demi kepentingan pewahyuan, apakah kita masih mempunyai
kesempatan seperti Yakub, sehingga kita disebut orang yang diberkati?
Kita tentu tidak harus bergulat dengan Tuhan seperti Yakub untuk mendapatkan berkat
Tuhan. Cara itu adalah anugerah khusus yang diperoleh Yakub, bukan syarat atau cara untuk
mendapatkan berkat Tuhan. Banyak bagian dalam Alkitab menyatakan bagaimana dan orang
seperti apa yang mendapatkan berkat Tuhan. Kali ini, kita akan melihat apa yang dinyatakan
di Mazmur 1.
“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,
tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.
Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar;
sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.”
Kata “berbahagialah” dalam baris pertama juga dapat, atau mungkin lebih tepat,
diterjemahkan menjadi “diberkatilah”. Diberkatilah orang yang kesukaannya adalah Taurat
Tuhan, dan yang merenungkannya siang dan malam, karena dia dekat dengan Sumber
Kehidupan yang membuatnya berbuah pada musimnya.
Metafora buah di sini sangat penting. Jika kita dapat mengartikan hasil tanaman yang
berlimpah, misalnya panen raya pada bangsa Israel, sebagai tanda dan bukti berkat Tuhan
bagi bangsa itu pada masa Perjanjian Lama, terlebih lagi bagi barang siapa yang hidupnya
panen buah. Namun, mereka yang berbuah pada musimnya adalah mereka yang
merenungkan Taurat Tuhan siang dan malam, yang memegang teguh dan tidak membiarkan
Taurat itu pergi darinya.
Tuhan memang tidak lagi menampakkan diri dalam rupa Malaikat Tuhan kepada kita, tetapi
Tuhan hadir di zaman ini, di tengah-tengah kita, melalui perkataan-Nya. Merenungkan
perkataan Tuhan siang malam dapat kita pahami sebagai “bergulat”, menggumuli firman, dan
mencoba melakukannya sepanjang hari dan sepanjang malam. Orang seperti itu akan berbuah
pada musimnya dan diberkati.