Di dalam beberapa artikel sebelumnya, kita sedikit membahas mengenai latar belakang lahirnya Oratorio Messiah. Maka pada artikel, ini kita akan membahas setiap lagu yang ada di dalam Oratorio Messiah. Secara garis besar, oratorio ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama menceritakan mengenai kedatangan Sang Mesias. Bagian kedua mengenai Kristus sebagai Sang Domba Allah dan Raja di atas segala raja. Bagian yang terakhir berkisah tentang kebangkitan orang mati dan pengagungan kepada-Nya. Rangkaian ketiga bagian ini menjadi sebuah oratorio yang mengisahkan kehidupan Yesus mulai dari kelahiran-Nya hingga kebangkitan-Nya. Oleh karena itu, tidak heran jikalau ada yang mengatakan bahwa Oratorio Messiah itu bagaikan Injil di dalam bentuk musik. Sebutan ini muncul karena seluruh text dari oratorio ini berasal dari Alkitab. Seorang theolog bernama Daniel I. Block merangkumkan referensi ayat-ayat Alkitab dengan teks Oratorio Messiah (lihat Table 1).
Secara keseluruhan, teks dari Oratorio Messiah menggunakan empat puluh tiga ayat dari Perjanjian Lama dan tiga puluh ayat dari Perjanjian Baru. Dari seluruh ayat ini, Handel merangkai melodi yang begitu indah dan dengan tepat menggambarkan makna dari setiap ayat Alkitab ini. Oleh karena itu, Oratorio Messiah adalah salah satu karya musik klasik yang dapat kita gali dan pelajari maknanya baik dari sisi theologis maupun musikalitasnya. Menurut catatan sejarah, Handel menciptakan seluruh karya ini hanya di dalam dua puluh empat hari dari 22 Agustus sampai 14 September 1741.
Kita akan mulai pembahasan dari bagian yang pertama di dalam beberapa artikel ke depan. Berikut adalah urutan lagu yang ada di dalam seluruh Oratorio Messiah:
Messiah Part One
The Coming of Christ
- Orchestra: Sinfony
Scene 1: Isaiah’s Prophecy of Salvation
- Arioso: Comfort ye, comfort ye my people
Accompanied recitative: The voice of him that crieth in the wilderness - Aria: Every valley shall be exalted
- Chorus: And the glory of the Lord shall be revealed
Scene 2: The Coming Judgement
- Accompanied recitative: Thus saith the Lord
- Aria: But who may abide the day of His coming
- Chorus: And He shall purify the sons of Levi
Scene 3: The Prophecy of Christ’s Birth
- Secco recitative: Behold, a virgin shall conceive
- Aria and chorus: O thou that tellest good tidings to Zion
- Accompanied recitative: For behold, darkness shall cover the earth
- Aria: The people that walked in darkness have seen a great light
- Chorus: For unto us a Child is born
Scene 4: The Annunciation to the Shepherds
- Orchestra: Pifa
- Secco recitative: There were shepherds abiding in the field
Accompanied recitative: And lo, an angel of the Lord came upon them - Secco recitative: And the angel said unto them
- Accompanied recitative: And suddenly there was with the angel
- Turba chorus: Glory to God in the highest
Scene 5: Christ Healing and Redemption
- Aria: Rejoice greatly, O daughter of Zion
- Secco recitative: Then shall the eyes of the blind be opened
- Aria: He shall feed His flock like a shepherd
- Chorus: His yoke is easy
Messiah Part Two
Lamb of God, King of Kings
- Scene 1: Christ’s Passion
- Chorus: Behold the Lamb of God
- Aria: He was despised
- Chorus: Surely, He hath borne our grief
- Chorus: And with His stripes we are healed
- Chorus: All we like sheep have gone astray
- Accompanied recitative: All they that see Him, laugh Him to scorn
- Turba Chorus: He trusted in God that He would deliver Him
- Accompanied recitative: Thy rebuke hath broken His heart
- Arioso: Behold, and see if there be any sorrow like unto His sorrow
Scene 2: Christ’s Death and Resurrection
- Accompanied recitative: He was cut off out of the land of the living
- Aria: But Thou didst not leave His soul in hell
Scene 3: Christ’s Ascension
- Chorus: Lift up your heads, O ye gates
Scene 4: Christ’s Reception in Heaven
- Secco recitative: Unto which of the angels said He at any time: Thou art My Son
- Chorus: Let all the angels of God worship Him
Scene 5: The Beginnings of Gospel Preaching
- Aria: Thou art gone up on high
- Chorus: The Lord gave the word
- Aria: How beautiful are the feet of them that preach the gospel of peace
- Chorus: Their sound has gone out into all lands
Scene 6: The World’s Rejection of the Gospel
- Aria: Why do the nations so furiously rage together
- Chorus: Let us break their bonds asunder
- Seco recitative: He that dwelleth in heaven shall laugh them to scorn
Scene 7: God’s Ultimate Victory
- Aria: Thou shalt break them
- Chorus: Hallelujah!
Messiah Part Three
Resurrection of the Dead, Worship of the Lamb
- Scene 1: The Promise of Eternal Life
- Aria: I know that my Redeemer liveth
- Chorus: Since by man came death
Scene 2: The Day of Judgement
- Accompanied recitative: Behold, I tell you a mystery
- Aria: The trumpet shall sound
Scene 3: The Final Conquest of Sin
- Secco recitative: Then shall be brought to pass
- Duet: O death, where is thy sting
- Chorus: But thanks be to God
- Aria: If God be for us
Scene 4: The Acclamation of the Messiah
- Chorus: Worthy is the Lamb
Interpretation and Reflection
1. Overture: Symphony/Sinfony (Orchestra)
Overture/pembukaan dari Messiah (disebut sinfony oleh Handel) memiliki bentuk yang disebut French Overture. Bentuk ini terdiri dari dua bagian:
• Bagian pertama cenderung memakai tempo lambat dan memakai dotted rhythm (pola not dengan ketukan panjang lalu diikuti not dengan ketukan yang pendek dan terus berulang).
• Bagian kedua overture biasanya lebih cepat dan lebih menggambarkan tarian.
Bentuk musik seperti ini dipakai di zaman Baroque untuk menandakan Raja Louis XIV yang akan masuk ke kerajaannya. Bagian pertama dimainkan ketika raja sedang berjalan masuk ke dalam takhtanya. Setelah masuk dan duduk di atas takhtanya, akan ada tarian yang menyambut dengan meriah, dan bagian kedua dimainkan.
Pada zaman Handel, French Overture memiliki makna seremonial yang agung dan menyatakan sifat kerajaan. Namun, uniknya, rhythm seperti ini dapat diatur mengikuti kondisi yang sedang terjadi. Selain digunakan untuk menyatakan perayaan kemenangan, bisa juga untuk nyanyian kematian sang raja. Tentu dalam pembukaan Messiah ini, Handel menggubahnya dengan suasana lebih mulia dan menyatakan keagungan dari seorang raja. Hal ini sangat cocok mengingat lagu ini dipersembahkan kepada Raja di atas segala raja. Karena itu, pembukaannya pun harus menyatakan hadirnya sang Raja dengan perayaan.
Di sisi lain, French Overture juga dapat melambangkan suatu keseriusan yang diharapkan oleh para pendengarnya. Ketika raja sedang menginjak masuk ke dalam kerajaannya, maka seluruh hambanya pun harus bersiap menanti kedatangan sang raja itu. Begitu juga dalam pujian Messiah ini. Handel, melalui pembukaannya, mengingatkan para penonton bahwa ada hal serius, yaitu kedatangan Sang Raja. Handel sangat tepat dalam menggambarkan kedatangan Sang Raja Agung melalui French Overture.
Handel juga menggunakan nada dasar minor dalam pembukaannya. Suasana yang sukacita dan meriah lebih cocok menggunakan nada dasar mayor. Tetapi tidak demikian dengan overture ini. Handel menggunakan rangkaian lagu overture ini dengan suasana yang suram dan terkesan putus asa. Jikalau kita kaitkan dengan lagu berikutnya, kita akan melihat adanya suatu pemahaman yang mendalam dari Handel akan arti kedatangan Mesias ini. Teks yang digunakan dalam lagu setelah overture (lagu ke-2) ini menggunakan teks yang diambil dari Yesaya 40:1-3. Ini adalah salah satu bagian yang begitu memberikan pengharapan dan menghibur hati kita. Namun, sebelum penghiburan itu datang, manusia berada dalam kondisi yang suram dan putus asa karena berada di bawah penghakiman Allah atas dosa-dosa mereka. Sehingga terdapat kontras antara lagu overture ini dan lagu selanjutnya. Terkait dengan bagian ini, Daniel I. Block mengatakan:
“Whether or not Handel intended this pattern of gloom and despair giving way to light and hope to be a reflection of the biblical text, it is possible to interpret the overture as a musical commentary on Isaiah 1-39, whose message and tone is largely judgmental. In these chapters the prophet Isaiah declares over and over again that because of the hardness of Israel’s heart and the persistence of her rebellion against the divine sovereign and gracious redeemer, Yahweh was about to bring in his foreign agents of judgment. But in chapter 40 the tone and the tune change so dramatically that critical scholars have trouble imagining 40-66 to have come from the same prophet. Our task here is not to critique such conclusions, but it strikes me that Handel has caught the spirit of the book better than most contemporary scholars. The point of chapter 40 and the rest of 40-66 is that far in advance Yahweh has foreseen and predicted the end of the judgment. Here the prophet functions as a herald, preparing the way for Yahweh who will go before the people, leading them back to their homeland after their exile in Babylon.”
Menurut Daniel I. Block, Handel sangat mengerti arti kedatangan Mesias yang tidak terduga. Nuansa suram yang terasa di dalam lagu pembukaan ini seolah menggambarkan pesan dari Yesaya 1-39, di mana penghakiman Tuhan sedang dinyatakan kepada manusia berdosa yang telah berpaling dari-Nya. Lagu ini menjadi pengantar atau latar belakang yang membawa kita ke dalam pesan di dalam Yesaya 40:1-3 yang begitu menghibur dan berpengharapan. Dengan cara demikian, kita bisa menafsirkan bahwa Handel ingin menggambarkan kedatangan Mesias sebagai kedatangan yang misterius, dalam arti bahwa tidak banyak orang yang tahu akan kedatangan Sang Mesias. Hal ini tergambar melalui suasana lagu yang suram dalam menyambut kelahiran sang Raja. Selain itu, Handel pun menggambarkan latar belakang kelahiran Kristus di tengah hiruk pikuk masalah yang sedang terjadi di Israel. Dia tidak lahir ketika semuanya tenteram, melainkan dalam kondisi yang kacau.
Sebelum Yesus dilahirkan, bangsa Israel berada di dalam empat ratus tahun periode Intertestamental (masa di antara tulisan terakhir Perjanjian Lama dan kedatangan Kristus, 400 BC-25 AD). Masa ini digambarkan sebagai masa yang penuh dengan gejolak di dalam berbagai aspek seperti politik, sosial, hukum, dan agama. Di dalam konteks inilah Kristus datang. Maka overture dari Oratorio Messiah ini dapat membawa kita ke dalam perenungan mengenai inkarnasi Kristus. Ia datang meninggalkan segala kemuliaan demi menjalankan misi yang berat dan sulit hingga akhir hidup-Nya. Semua ini dilakukan untuk menggenapkan karya keselataman yang Allah telah rencanakan bagi umat-Nya.
Bagian overture ini dapat membawa kita ke dalam perenungan mengenai arti kedatangan Kristus di tengah kekacauan dunia ini. Sebagai Raja, seharusnya Ia disambut dengan suasana yang meriah, tetapi realitasnya Ia datang di tempat yang sangat hina dan dengan suasana yang begitu kacau di berbagai aspek kehidupan manusia. Kehadiran Kristus memberikan pengharapan kepada manusia berdosa. Tanpa kehadiran Kristus di dalam dunia ini, mungkinkah hidup kita memiliki pengharapan? Tidak mungkin. Satu-satunya pengharapan akan keselamatan hidup manusia hanya ada di dalam Kristus. Oleh karena itu, berita mengenai kehadiran-Nya adalah sebuah kabar sukacita bagi manusia berdosa. Suatu penghiburan bagi kita yang hidup di dalam keputusasaan.
2. Arioso: Comfort Ye, Comfort Ye My People (Tenor)
Comfort ye, comfort ye my people, saith your God. Speak ye comfortably to Jerusalem, and cry unto her, that her warfare is accomplished, that her iniquity is pardoned: for she hath received of the LORD’s hand double for all her sins. (Isa. 40:1-2)
Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu, tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya. (Yes. 40:1-2)
Accompanied recitative: The voice of him that crieth in the wilderness (Tenor)
The voice of him that crieth in the wilderness, Prepare ye the way of the LORD, make straight in the desert a highway for our God. (Isa. 40:3)
Ada suara yang berseru-seru: “Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!” (Yes. 40:3)
Setelah overture yang diakhiri dengan suasana yang suram, di nada dasar minor, lagu selanjutnya dimulai dengan suasana yang sangat berbeda. Dari suasana yang seperti tidak ada harapan, Handel memberikan perubahan yang sangat drastis dengan mengganti nada dasar minor menjadi mayor. Nada dasar mayor ini menjadi sangat penting sebab memunculkan sebuah pengharapan dalam suasana yang suram tadi. Suasana ini juga didukung dengan permainan orkestra yang sangat lembut melalui gesekan biola seperti seorang yang membelai bayi yang mungil. Sebelum ada suara nabi yang menyatakan pengharapan akan kedamaian kepada bangsa Israel, para pemain orkestra sudah menyatakan akan kehadiran Sang Penghibur sejati ke dalam dunia.
Setelah pembukaan dari orkestra, lagu diikuti dengan solois tenor yang menyanyikan “Comfort Ye”. Tema melodi lagu ini berupa tiga not yang diulang-ulang sepanjang lagu yang menyatakan tema utama dari lagu ini.
Tema utamanya adalah menyatakan pengharapan kepada umat Tuhan. Teks ini diambil dari Yesaya 40 yang menceritakan nubuat tentang adanya pengharapan akan kelepasan/comfort setelah pembuangan di Babel. Lagu ini dinyanyikan dengan sangat lembut dan nada yang menurun. Tetapi, secara keseluruhan lagu ini memiliki motif nada yang terus naik. Frasa yang dipakai mulai dari yang pendek hingga panjang. Selain memanjangkan frasa, Handel juga menambahkan intensitasnya. Intensitasnya terus memuncak sepanjang lagu sampai ketika kata “speak” diganti menjadi “cry”. Suara tenor menyanyikan lompatan satu oktaf dan bernyanyi tanpa iringan: “and cry unto her”.
Berteriak apa? Berteriak bahwa perhambaannya sudah selesai dan kesalahannya telah diampuni, seperti sebuah teriakan kebebasan. Intensitas tertinggi dari seluruh bagian terfokus di kata “kesalahan” atau “iniquity”. Bagian “iniquity” dinyanyikan dengan nada tinggi dan disonan, tidak harmonis, yang bertahan empat ketuk sebelum adanya resolusi. Adanya resolusi setelah nada disonan yang panjang mengilustrasikan pengampunan akan dosa. Bagian ini juga senada dengan teks “is pardoned” yang berarti kita sudah diampuni. Pengampunan ini mendapat gambaran yang sempurna dari musik melalui nada yang sedemikian.
Masih dalam pasal yang sama, lagu dilanjutkan dengan perkataan Nabi Yesaya, yaitu, “Persiapkan di padang gurun jalan bagi TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!” Bagian ini sedang menceritakan tentang suara yang berada di padang gurun dan dalam Perjanjian Baru yang digenapi oleh Yohanes Pembaptis. Jadi, ketika kita mendengar tenor menyanyikan nubuat Yesaya, kita seakan-akan dibawa untuk mendengarkan khotbah dari Yohanes Pembaptis kepada murid-muridnya. Di sini, Handel mengubah dari jenis arioso yang lebih melodius kepada accompanied recitative yang lebih bersifat proklamasi. Nyanyian ini makin ditegaskan melalui iringan yang kuat. Dari sebuah pernyataan bahwa penghiburan sudah datang, dilanjutkan dengan sebuah seruan yang mengharuskan umat-Nya untuk berespons. Dengan indahnya, Handel membuat lagu dari yang tenang menjadi sebuah proklamasi.
Kitab | Jumlah Ayat | Referensi |
Ayub | 2 ayat | #45 (19:25-26) |
Mazmur | 14 ayat | #27 (22:7); #28 (22:8); #29 (69:20[21]); #32 (16:10); #33 (24:7-9); #36 (68:18); #37 (68:1); #40 (2:1-2); #41 (2:3); #42 (2:4); #43 (2:9) |
Yesaya | 22 ayat | #2 (40:1-3); #3 (40:4); #4 (40:5); #8 (7:14); #9 (40:9; 60:1); #10 (60:2-3); #11 (9:2); #12 (9:6); #19 (35:5-6); #20 (40:11); #23 (53:3; 50:6); #24 (53:4-5); #25 (53:5); #26 (53:6); #31 (53:8); #38 (52:7) |
Ratapan | 1 ayat | #30 (1:12) |
Hagai | 2 ayat | #5 (2:6-7) |
Zakharia | 2 ayat | #18 (9:9-10) |
Maleakhi | 3 ayat | #5 (3:1); #6 (3:2); #7 (3:3) |
Matius | 3 ayat | #20 (11:28-29); #21 (11:30) |
Lukas | 5 ayat | #14 (2:8-9); #15 (10-11); #16 (2:13); #17(2:14) |
Yohanes | 1 ayat | #22 (1:29) |
Roma | 3 ayat | #38 (10:15); #39 (10:18); #52 (8:34) |
1 Korintus | 10 ayat | #45 (15:20); #46 (15:21-22); #47 (15:51-52); #48 (15:52-53); #49 (15:54); #50 (15:55-56); #51 (15:57) |
Ibrani | 2 ayat | #34 (1:5); #35 (1:6) |
Wahyu | 6 ayat | #44 (19:6; 11:15); #53 (5:9, 12-14) |
Refleksi
Kedua lagu ini, “Overture” dan “Comfort Ye”, menjadi pembuka dari Oratorio Messiah. Dari bagian awal kita dibawa untuk merenungkan signifikansi kehadiran Kristus di dalam dunia ini. Kita yang hidup di zaman ini sering kali menganggap sepi arti kehadiran Kristus. Berkali-kali kita mendengarkan khotbah mengenai kelahiran atau kedatangan Kristus ini, bahkan mungkin sebagian dari kita sudah merasa bosan dengan berita tersebut. Hal ini bisa terjadi karena kita tidak sungguh-sungguh mengerti urgensi dari kehadiran Kristus. Melalui dua lagu pembuka Oratorio Messiah ini, Handel membawa kita ke dalam suasana sebelum kehadiran Kristus, dan betapa menghiburkan berita atau nubuat mengenai kehadiran-Nya. Bagian overture membawa kita untuk merenungkan suatu perasaan yang mencekam karena hidup yang tidak berpengharapan. Perasaan ini bagaikan kita yang hidup di dalam keputusasaan, banyaknya masalah yang terjadi di sekitar kita, dan juga di dalam diri kita sendiri. Hidup yang dihantui penghakiman atas dosa, dan juga situasi sekitar yang tak berpengharapan, inilah perasaan ketika mendengarkan overture dari Oratorio Messiah ini. Di dalam situasi seperti inilah Kristus hadir. Sebagai Mesias yang dijanjikan, berita atau nubuat kehadiran Kristus menjadi sebuah penghiburan yang besar bagi manusia. Berita kehadiran-Nya bagaikan cahaya yang menerangi di tengah-tengah kegelapan, dan penghiburan di tengah kegelisahan atas hidup yang penuh kesulitan. Inilah suasana yang digambarkan di dalam lagu kedua (Comfort Ye). Kehadiran Kristus adalah harapan bagi kehidupan kita yang berdosa, inilah berita yang menghiburkan kita. Adakah perasaan seperti ini juga di dalam diri kita? Adakah kelegaan, penghiburan, dan pengharapan yang muncul di dalam diri kita ketika mendengar akan berita kehadiran Kristus di dalam dunia ini? Kiranya melalui kedua lagu ini kita didorong untuk lebih menggali dan mengerti lagi arti kedatangan Kristus dan signifikansinya bagi diri kita.
Simon Lukmana (Pemuda FIRES)
Howard Louis (Pemuda GRII Batam)